Peristiwa Daerah

Festival Lembutan Bansari 2024, Daulat Tembakau di Negeri Sendiri

Jumat, 02 Agustus 2024 - 15:47 | 63.38k
Kirab Tumpeng dan Gunungan berlatar Gunung Sindoro yang tertutup kabut. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Kirab Tumpeng dan Gunungan berlatar Gunung Sindoro yang tertutup kabut. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TEMANGGUNGFestival Lembutan Bansari 2024 digelar di Kecamatan Bansari, yang letaknya di lereng Gunung Sindoro. Festival ini merupakan perayaan bagi penikmat tembakau.

Bagi warga Temanggung, tembakau bukan hanya tanaman pertanian semata. Melainkan disakralkan karena telah menjadi sumber kehidupan. Begitu sakralnya, sehingga tembakau diperlakukan lazimnya pusaka atau benda mulia serupa emas. Emas hijau yang tumbuh subur di lereng-lereng Gunung Sumbing dan Sindoro itu dibuatkan upacara atau ritual yang telah dilakukan sejak dulu kala.

Advertisement

Ada upacara Wiwit Mbako, dan Among Tebal di lereng Sumbing. Juga ada Rejeban Plabengan dengan prosesi ziarah di petilasan Ki Ageng Makukuhan, leluhur yang dipercaya petani tembakau sebagai orang yang pertama kali menanam tembakau di lereng Gunung Sumbing yang ada di Temanggung.

Sejarah yang panjang ditambah folklore dan kisah-kisah yang bertebaran di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro tentang asal mula tembakau membuat keberadaan tembakau jadi begitu sangat dekat dengan masyarakat Temanggung. Namun keberadaan tembakau sebenarnya dalam posisi yang rentan karena selalu ditekan oleh regulasi yang dibuat oleh pemerintah terutama kenaikan cukai yang terus menerus dengan alasan pengendalian.

Sehingga Kabupaten dengan julukan Negeri Tembakau ini, yang di setiap lereng dan lembahnya ditumbuhi aneka varietas tembakau yang menghidupkan dan membanggakan masyarakat di sekitarnya ini sebenarnya juga resah atas hal itu.

Namun petani tembakau selalu punya acara, daya hidupnya liat meghadapi tekanan. Sehingga apapun regulasinya terhadap tembakau, mereka selalu menemukan cara untuk bertahan hidup. Setiap petani tembakau selalu mempertahankan daulat atas tanaman yang menghidupi mereka. Dalam jiwanya selalu tertanam bahwa tembakau adalah Sata Nara Kisma.

Di Kecamatan Bansari, yang letaknya di lereng Gunung Sindoro, terdiri dari 13 desa juga punya perayaan atas nama tembakau. Hanya saja perlakuan atas tembakau pada perayaan ini dikhususkan bagi penikmat rokok lintingan.

Perayaan Festival Lembutan Bansari 2024

Kirab-Tumpeng-2.jpgTembakau Lembutan petani Desa Mranggen Tengah saat hendak dijemur di atas rigen. (Foto: EKo Susanto/TIMES Indonesia)

Festival ini sudah berlangsung sejak tahun 2017. Dan pada tahun 2024 kali ini, Festival Lembutan Bansari sudah menginjak tahun kelima atau Kaping Gangsal. Karena dua tahun masa pandemi festival ditiadakan demi keamanan.

Festival Lembutan Bansari dimulai, Kamis (1/8/2024) di Desa Mranggen, Kecamatan Bansari, dan akan berlangsung hingga tanggal 3 Agustus 2024. Hadir dalam acara pembukaan Festival Lembutan Bansari Pj Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo, beserta jajaran pejabat Temanggung lainnya.

Festival Lembutan Bansari Kaping Gangsal mengusung tema “Sata Nara Kisma” yang bermakna Tembakau Kebanggaan Petani. Tembakau lembutan adalah tembakau yang dirajang secara tipis, halus, dan lembut. Berbeda dengan tembakau rajangan kasar yang dikirimkan ke pabrik pabrik rokok, tembakau lembutan biasanya digunakan oleh penikmat rokok lintingan.

Hary Agung Prabowo, Pj Bupati temanggung kepada wartawan usai membuka acara mengatakan, sejak jaman dulu nenek moyang mereka terutama di Kecamatan Bansari memang ada yang merajang lembutan untuk dikonsumsi sendiri. Namun akhir-akhir ini, atau sejak 6 atau 7 tahun lalu, tembakau lembutan sudah digunakan untuk konsumsi masyarakat.

"Tidak hanya di Bansari melainkan di seluruh Indonesia. Karena teman teman petani yang merajang lembutan ini juga melakukan ekspansi sampai di wilayah luar pulau jawa. Ini sangat bagus untuk meningkatkan produktifitas petani tembakau di Temanggung,” kata Hary Agung.

Sementara Kepala Desa Mranggen Tengah, Rohiman, mengatakan Festival Lembutan Bansari ke 5 tahun 2024 bertujuan untuk mengenalkan tembakau lembutan ke masyarakat luas sebagai produk asli dari Temanggung. Lembutan, kata Rohiman, diharapkan bisa meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat, khususnya Bansari dan Kabupaten temanggung.

Hal senada juga disampaikan oleh Lurah Bansari, Herlan (53 thn). Festival Lembutan Bansari 2024 bertujuan untuk mengangkat produk tembakau olahan dari para petani.

"Karena disaat ini harga tembakau kering untuk pabrikan menurun secara harga per kilogramnya. Jika tembakau ditujukan untuk pabrikan yang menentukan harga itu pabrikan namun jika tembakau dijadikan lembutan, yang menentukan harga petaninya sendiri,"  ujarnya.

Lebih lanjut Herlan mengatakan, harga dari pabrikan menurun bukan karena kualitas tembakau dari petani yang jelek, karena petani selalu menjaga kualitas keaslian dari tembakau khas Temanggung. Tapi, harga dan serapan pabrikan atas tembakau petani menurun mungkin karena dampak cukai yang selalu naik. Cukai yang terlalu tinggi sehingga membuat pabrik jadi berat. Akhirnya pabrik dalam pembelian ditingkat petani jadi tidak tinggi.

Jadi, masih kata Herlan, petani melakukan inovasi dengan mengadakan Festival Lembutan agar pembeli bisa langsung merasakan tembakau dengan harga dari petani.

Namun pendapat berbeda datang dari Lurah Candisari, Ceper Parmadi, yang juga hadir dipembukaan Festival Lembutan Bansari. Ceper mengatakan, Festival Lembutan Bansari saat pertama kali digagas merupakan wujud protes terhadap pabrikan yang membeli tembakau kurang maksimal pada petani tembakau.

"Serapannya sedikit juga harganya yang kurang memuaskan. Juga wujud protes pada pemerintah karena membuat regulasi regulasi yang memberatkan petani tembakau," kata Herlan.

Sehingga, lanjut Ceper, kita bersama Komunitas Sahabat Kecamatan Bansari yang terdiri dari 13 desa pada tahun 2017 menggagas Festival Lembutan Bansari. Agar dengan cara yang berbeda tembakau petani bisa terserap dengan penentuan harga oleh petani sendiri.

Lebih lanjut Ceper mengatakan, dalam mata rantai Industri Hasil Tembakau (IHT) posisi petani adalah posisi yang paling lemah, sehingga Ketika pemerintah menaikkan cukai secara terus menerus, pabrik tidak mau rugi.

"Pabrik ‘kan maunya untungnya gede. Ketika cukai naik, pabrikan secara otomatis tidak mau mengambil tembakau dalam jumlah besar. Jika mengambil pun harganya diombangambingkan semaunya. Karena posisi petani berada di titik paling lemah sehingga paling gampang ditekan dan diombang ambingkan," katanya.

Ceper juga mengatakan, selama ada Festival Lembutan transaksinya lumayan. Harga juga ditentukan oleh petaninya sendiri. Dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan. Festival ini melibatkan ribuan petani tembakau dari 13 desa dan transaksi lembutan berjalan sesuai yang diharapkan.

Belum lama ini, Jumat (26/7/2024) Presiden Jokowi telah meneken PP Nomor 28 tahun 2024 Tentang Pelaksanaan UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Dalam PP tersebut pada pasal 434 ayat (1) huruf c mencantumkan larangan menjual produk tembakau dan rokok elektronik secara eceran satuan per batang, kecuali bagi produk tembakau berupa cerutu dan rokok elektronik.

Pj Bupati Temanggung Hary Agung Prabowo saat diminta pendapatnya mengatakan jika menjual rokok eceran boleh saja asal yang bercukai.

“Rokok eceran itu boleh asal memang bercukai. Intinya sesuai dengan ketentuan pemerintah itu ‘kan harus bercukai. Kalau untuk dikonsumsi sendiri itu boleh tapi kalo untuk diperjual belikan ke masyarakat dalam bentuk seperti rokok begini (sambil menunjukkan lintingan tembakau) dan ada kemasannya itu harus bercukai,” jawabnya.

Lalu apakah Festival Lembutan Bansari ini jadi salah satu bentuk perlawanan perokok terhadap peraturan pemerintah tersebut?

Hary Agung Prabowo menjawab: “Ya, salah satunya begitu, ya. Oleh karena itu bagaimana kita nguri uri tembakau lembutan ini agar ke depan jadi lebih baik lagi.”

Pada musim panen tahun ini kualitas tembakau sangat bagus. Apalagi jika tidak ada hujan turun selama panen raya. Para petani tembakau lembutan tetap berupaya berdaulat dengan tembakau lembutan. Karena semuanya petani yang menentukannya sendiri. Bukan pabrikan atau pihak lain.

Kirab Tumpeng dan Gunungan Festival Lembutan

Kirab-Tumpeng-3.jpgWarga berebut Gunungan usai didoakan pada pembukaan Festival Lembutan Bansari 2024 di Desa Mranggen Tengah. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)

Sejak pagi ratusan warga Desa Mranggen Tengah sudah berkumpul di sepanjang jalan desa. Perempuannya memakai kain dan berkebaya. Sedangkan para lelakinya mengenakan sorjan lurik dan memakai ikat kepala bercorak batik. Ratusan perempuan petani tembakau itu berbaris sambil membawa tumpeng dan ayam ingkung.

Para lelaki dibarisan belakangnya ada yang memanggul gunungan berisi hasil bumi berupa sayuran yang pada bagian atasnya diberi satu ikat daun tembakau serupa mahkota. Yang paling depan membawa bendera merah putih. Sedangkan di belakangnya para lelaki ada yang memanggul cacak; alat untuk merajang tembakau lembutan. Cacak tersebut berselimut kain putih dan dipanggul oleh 4 lelaki.

Desa Mranggen Tengah memang menjadi tuan rumah Festival lembutan Bansari pada tahun 2024 ini. Setiap tahun, tuan rumah Festival Lembutan digilir agar tiap desa yang terdiri dari 13 desa sekecamatan Bansari merasakan keramaian dan kemeriahan menjadi tuan rumah Festival Lembutan Bansari. Tahun lalu, Desa Campuranom yang menjadi tuan rumah Festival Lembutan Bansari kaping papat.

Ratusan tumpeng, dan gunungan hasil bumi itu mulai dikirab pada jam 9 pagi. Berjalan menysuri jalanan keliling desa, dibawa menuju ke titik keraaian acara yang lokasinya berada di lapangan di tengah desa Mranggen Tengah. Usai barisan kirab sampai di titik acara, Cacak diserahterimakan dari Pj Bupati kepada tokoh desa Mranggen tengah.

Usai penyerahan Cacak, ratusan tumpeng yang telah diletakkan di area sekitar panggung utama itu didoakan lalu dimakan bersama warga. Sedangkan gunungannya ditaruh di tengah jalan dan diperebutkan oleh warga yang hadir pada pembukaan festival.

Pada hari kedua, Jumat,2/8/2024, ada lomba merajang tembakau dan nganjang, menata rajangan tembakau di atas rigen sebelum dijemur. Lalu ada lomba nglinting tembakau untuk masyarakat umum. Sementara acara sosialisasi cukai oleh kantor Bea dan Cukai Kabupaten Temanggung dilakukan pada hari pertama usai pembukaan. Pada hari kedua dan ketiga, atau hari terakhir Sabtu (3/8/2024) rangkaian acara festival Lembutan Bansari diisi oleh kesenian lokal warga sekitar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES