Peristiwa Daerah

Bisakah Manusia dan Gajah Hidup Harmonis? Ini Terobosan Unik yang Dilakukan di Bengkalis

Rabu, 14 Agustus 2024 - 11:34 | 14.49k
Kehidupan gajah dan petani kini hidup rukun melalui program agroforestri PHR untuk masyarakat Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. (Foto: ANTARA/HO-Humas PHR)
Kehidupan gajah dan petani kini hidup rukun melalui program agroforestri PHR untuk masyarakat Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. (Foto: ANTARA/HO-Humas PHR)

TIMESINDONESIA, PEKANBARU – Upaya untuk menciptakan kehidupan harmonis antara petani dan gajah di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau terus dilakukan. 

Seperti yang dilakukan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dalam program agroforestri di Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis. Sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), perusahaan ini mulai mengembangkan sistem penanaman di lahan masyarakat dengan berbagai jenis tanaman yang tidak menarik bagi gajah namun memiliki nilai ekonomi tinggi. Seperti durian, matoa, kopi, alpukat, dan aren. 

Advertisement

Upaya tersebut dilakukan agar masyarakat yang lahannya berada di dekat habitat dan jalur perlintasan gajah, terutama di sekitar kantong Gajah Balairaja, tidak lagi didatangi gajah. Atau mencegah kawanan gajah untuk mencari makanan yang disukainya di lahan petani.

Corporate Secretary PHR WK Rokan, Rudi Ariffianto, Rabu (14/8/2024) menjelaskan, inisiatif agroforestri ini memiliki manfaat multi-dimensi. Termasuk mengurangi jejak karbon melalui penanaman pohon, menjaga keanekaragaman hayati, memberdayakan ekonomi masyarakat, serta memperluas ruang di mana gajah dapat diterima oleh masyarakat.

“Upaya ini merupakan implementasi dari program TJSL PHR yang bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF) untuk melindungi dan melestarikan gajah serta habitatnya,” kata Rudi.

Ia menambahkan bahwa gajah adalah hewan penting bagi ekosistem dan berperan dalam menjaga keseimbangan alam. Strategi lain untuk konservasi gajah termasuk penggunaan teknologi GPS Collar, penguatan sinergi pengembangan masyarakat untuk edukasi, pengembangan habitat dan koridor gajah, serta pertanian agroforestri.

Sekretaris Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Pusaka Jaya, Suparto, yang juga pemilik lahan di sekitar kantong Gajah Balairaja, tidak lagi menggunakan petasan sejak 1995-2020 untuk mengusir gajah yang masuk ke perkampungan.

Berkat edukasi dari Rimba Satwa Foundation (RSF), sebuah yayasan konservasi yang fokus pada keharmonisan antara manusia dan lingkungan hidup, serta mitra program TJSL PHR, Suparto dan warga lainnya kini menggunakan solusi jangka panjang untuk mengatasi persoalan gajah.

Mereka membentuk KTH Alam Pusaka Jaya dengan menanam tanaman yang tidak disukai gajah dan merehabilitasi habitat dengan menambah volume tumbuhan yang menjadi pakan gajah, seperti Rumput Odot (Pennisetum purpureum), yang dipelihara di pekarangan kecil di belakang rumah warga.

“Saat ukurannya cukup besar, rumput-rumput tersebut kemudian ditanam kembali di koridor jalur gajah, tepi sungai, atau batas kebun masyarakat agar gajah tetap berada di jalurnya dan mendapatkan sumber makanan,” jelasnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES