Peristiwa Daerah

Karnaval HUT ke-79 RI di Gangga: Momentum Melestarikan Adat Lombok Utara

Minggu, 18 Agustus 2024 - 09:52 | 30.55k
Gendang belek, musik tradisional Sasak ciri khas Lombok Utara. (Foto: Hery Mahardika/TIMES Indonesia)
Gendang belek, musik tradisional Sasak ciri khas Lombok Utara. (Foto: Hery Mahardika/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – Dalam rangka memperingati HUT ke-79 RI, Pemerintah Kecamatan Gangga menyelenggarakan karnaval nuansa adat Lombok Utara.

Karnaval dilaksanakan di Lapangan Gondang, Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Sabtu (17/8/2024). Yang diikuti oleh anak-anak pelajar dari jenjang TK sampai mahasiswa, dan juga masyarakat umum. 

Advertisement

Para peserta karnaval berjalan sekitar lima kilometer yang star dari lapangan umum Gangga melintasi depan Puskesmas Gangga, pasar Gangga, dan kembali ke lapangan Gangga sekitar pukul 15.30 WITA. 

Camat Gangga, Hamzan Zohdi mengapresiasi seluruh peserta karnaval yang turut serta memeriahkan puncak peringatan HUT RI dengan nuansa adat Lombok Utara. 

"Karnaval ini sekaligus menjadi momen penting untuk menghidupkan kembali adat leluhur yang semakin tergerus oleh modernisasi," ucapnya sesuai melepas peserta karnaval. 

Seluruh perangkat pemerintah Kecamatan Gangga dan perangkat desa se-Kecamatan Gangga pun turut serta bersama ribuan peserta dari unsur sekolah hingga masyarakat umum. "Partisipasi masyarakat luar biasa," ujarnya. 

Karnaval bernuansa adat Lombok Utara, menurut Herman, dinilai pentingnya untuk momentum menanamkan kembali kecintaan terhadap budaya lokal yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman. 

"Saya sangat terharu melihat betapa banyaknya masyarakat yang turut serta dalam acara karnaval tahun ini," katanya.

Ia berharap semangat kebersamaan yang tercipta dalam karnaval ini diharapkan dapat terus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan di masa depan. 

Kebersamaan ini adalah kunci untuk menjaga identitas budaya Lombok Utara yang unik. Ia juga menekankan pentingnya melestarikan tradisi leluhur sebagai bagian dari jati diri masyarakat Lombok Utara.

Salah satu atraksi utama dalam karnaval ini adalah penampilan dari Dusun Karang Amor, Desa Gondang, yang menampilkan tradisi Nyongkolang. Nyongkolang adalah prosesi adat khas Lombok Utara yang melibatkan pengantaran pengantin dengan penuh keakraban dan kearifan lokal. 

Tradisi ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat, tetapi juga menjadi simbol upaya melestarikan budaya di tengah gempuran budaya asing.

Karnaval-3.jpgAnggota DPRD Lombok Utara Dapil Gangga, Indra Darmaji ikut memeriahkan karnaval HUT RI ke-79 berprosesi sebagai pengantin. (Foto: Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

Anggota DPRD Lombok Utara Dapil Gangga, Indra Darmaji, yang turut serta meramaikan karnaval yang prosesi sebagai pengantin. Ia mengapresiasi antusiasme masyarakat dalam karnaval kali ini terasa berbeda. 

"Pengangkatan tema pelestarian budaya lokal adalah faktor kunci yang membuat karnaval tahun ini begitu istimewa," katanya terpisah. 

Menurutnya, adat istiadat mulai terkikis oleh arus globalisasi, apalagi jika berbicara tentang anak-anak muda yang semakin sibuk dengan gadget masing-masing. 

"Karena itu, kami ingin melestarikan adat ini, dimulai dari Nyongkolang," harapnya anggota DPRD yang baru saja dilantik ini.

Darmaji menekankan bahwa prosesi Nyongkolang ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sebagai alat edukasi bagi masyarakat, terutama bagi generasi muda. 

"Mari generasi muda dapat memahami pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur yang memiliki nilai-nilai luhur," imbuhnya.

Ia menjelaskan, konsep Nyongkolang yang ditampilkan melibatkan seluruh warga Desa Gondang, dengan tujuan untuk mengembalikan semangat partisipasi dalam prosesi adat, khususnya bagi kaum muda.

"Kami ingin memberikan pelajaran kepada masyarakat sebagai inisiator untuk bagaimana menjaga ketertiban dalam prosesi Nyongkolang ini," jelasnya.

"Semoga ini menjadi perhatian khusus bagi kita di Lombok Utara, bagaimana menjaga agar prosesi Nyongkolang tetap aman dan antusiasme masyarakat tetap tinggi," sambungnya.

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, Darmaji juga berharap agar karnaval ini dapat menjadi ajang promosi wisata. 

"Nanti kita akan suarakan supaya budaya lokal dapat menjadi pemikar wisatawan baik domestik maupun mancanegara," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Gondang, Supriadi menyampaikan, karnaval ini sebagai bentuk apresiasi dan ungkapan terima kasih kepada para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan. 

Karnaval-4.jpgAntusias masyarakat Gangga yang ikut memeriahkan karnaval HUT RI ke-79 dengan bernuansa pakaian adat Lombok Utara. (Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

Selain itu, Supriadi melihat karnaval ini sebagai momentum untuk memperkuat upaya pelestarian budaya lokal yang semakin memudar. 

"Untuk kami di Desa Gondang, insyaallah tahun ini kami akan menertibkan peraturan awik-awik desa, salah satunya adalah melestarikan kebudayaan," ungkapnya.

Dalam aturan awik-awik yang baru, Supriadi menegaskan, setiap warga yang mengikuti prosesi Nyongkolang wajib mengenakan pakaian adat Lombok Utara. 

Bagi mereka yang tidak mematuhi aturan tersebut, tidak akan diperbolehkan untuk turut serta dalam prosesi. 

"Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap prosesi adat berjalan sesuai dengan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur," tegasnya.

Lebih lanjut, Supriadi juga menyoroti pentingnya menghidupkan kembali cara-cara tradisional yang mendukung prosesi Nyongkolang. Salah satunya adalah membawa dulang, yang diisi dengan makanan khas Lombok Utara, seperti bulayak. 

"Mudah-mudahan nanti ini bisa didukung bersama oleh masyarakat kami, khususnya di Desa Gondang," tutupnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES