Kampanye SalingJaga KitaBisa, Bangun Kesadaran Tentang Kekerasan Berbasis Gender Online

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – KitaBisa menggelar kampanye SalingJaga Perempuan dan Voluntrip Kawanpuan di Yogyakarta.
Hal ini dilatarbelakangi kasus begal payudara yang terjadi di Selokan Mataram, Jalan Kabupaten Yogyakarta pada 11 Agustus 2024 lalu. Kasus ini menjadi viral di media sosial dan menambah deretan panjang kasus kekerasan seksual di Indonesia.
Advertisement
Insiden ini tidak hanya menggambarkan maraknya pelecehan seksual di ruang publik, tetapi juga menyoroti kurangnya kesadaran dan perhatian anak muda terhadap kekerasan berbasis gender online (KBGO).
Dengan semakin tingginya penetrasi internet di kalangan generasi muda, kasus-kasus KBGO pun semakin sering terjadi. Sayangnya, banyak dari mereka yang belum sepenuhnya memahami atau peduli terhadap bahaya yang mengintai di dunia maya.
Melihat kondisi inilah, kampanye SalingJaga Perempuan dan Voluntrip Kawanpuan digelar KitBisa di Yogyakarta untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya anak muda, tentang pentingnya literasi digital dan upaya pencegahan KBGO.
Kampanye yang diadakan di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Minggu (18/8/2024) ini tidak hanya menghadirkan diskusi tentang buku 'Luka-Luka Linimasa' karya Kalis Mardiasih, tetapi juga memberikan edukasi tentang cara menyikapi dan mengantisipasi KBGO.
Acara ini menghadirkan sejumlah aktivis perempuan yang juga pegiat media sosial. Antara lain, Kalis Mardiasih, Gita Savitri, dan beberapa tokoh lainnya.
Vikra Ijas, CEO Kitabisa, menekankan pentingnya literasi digital, terutama di kalangan anak muda yang menjadi kelompok paling rentan terhadap KBGO.
Menurut Vikra, meskipun internet sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, masih banyak pengguna yang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang keamanan dan etika digital.
"Kami melihat bahwa banyak anak muda belum sadar sepenuhnya akan risiko yang mereka hadapi di dunia maya, terutama dalam hal kekerasan berbasis gender. Kurangnya literasi digital ini membuat mereka sering kali menjadi korban, atau bahkan pelaku, tanpa disadari," kata Vikra.
Vikra juga menambahkan, SalingJaga tidak hanya menjadi sebuah program, tapi juga sebuah gerakan untuk saling menjaga, khususnya dalam mengantisipasi dan mencegah kekerasan berbasis gender online.
"Dalam acara ini, kami berkolaborasi dengan Kawan Puan dan Kalis Mardiasih untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi digital dan tanggung jawab sosial," jelasnya.
Sementara itu, Kalis Mardiasih, dalam diskusinya, menyoroti bagaimana perbedaan relasi kuasa dalam dunia maya dan nyata sering kali tidak disadari oleh anak muda.
Kalis juga mengungkapkan bahwa di banyak sekolah, terutama di tingkat SMP dan SMA, kasus-kasus KBGO sering kali ditangani secara dangkal tanpa memberikan solusi yang menyeluruh, sehingga korban tidak mendapatkan perlindungan yang semestinya.
"Kejahatan di dunia maya sering kali tidak terlihat, tetapi dampaknya sangat nyata dan bisa merusak kehidupan korban. Sayangnya, banyak generasi muda yang tidak menyadari hal ini karena kurangnya informasi dan edukasi," ujar Kalis.
Gita Savitri, inisiator Kawanpuan, juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya kesadaran anak muda tentang KBGO. Menurutnya, pengalaman pribadi dalam menghadapi kekerasan seksual membuatnya menyadari betapa pentingnya edukasi yang tepat dan dukungan bagi korban.
"Generasi muda perlu lebih banyak diberi ruang untuk belajar dan berdiskusi tentang isu ini, karena merekalah yang paling banyak berinteraksi di dunia digital. Tanpa edukasi yang memadai, mereka akan terus menjadi target atau pelaku kekerasan online," tambah Gita.
Kampanye ini diharapkan dapat mendorong anak muda, terutama mahasiswa di Yogyakarta, untuk lebih peduli dan bijak dalam berinternet.
Dengan lebih banyak mengetahui tentang KBGO dan bagaimana mencegahnya, generasi muda diharapkan bisa menjadi agen perubahan dalam melawan kekerasan berbasis gender online.
Seorang peserta, Syifa Nabila Rahma, mahasiswa semester dua Jurusan Manajemen di Universitas NU, mengungkapkan betapa pentingnya acara ini bagi perempuan muda.
“Karena ini membahas isu KBGO, penting banget untuk perempuan, terlebih narasumber yang hadir sangat berpengalaman. Saya mendapat ilmu baru, apa itu KBGO dan cara mengatasinya,” ungkap Syifa.
Deva Indri, peserta lain yang bekerja di sebuah rumah sakit, juga merasakan manfaat dari acara ini.
“Saya ingin belajar soal KBGO, karena kebetulan saya bekerja di rumah sakit. Saya pernah beberapa kali menemukan pasien yang mendapatkan tindak kekerasan.
Saya penasaran, bagaimana cara menangani orang yang mendapatkan tindak kekerasan seperti itu," ucapnya.
Setelah mengikuti kegiatan yang diinisiasi KitaBisa ini, ia mengaku banyak mendapatkan banyak pengetahuan baru dan informasi mengenai KBGO. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |