Peristiwa Daerah

Mengintip Sepinya Terminal Type A Indihiang Kota Tasikmalaya

Selasa, 20 Agustus 2024 - 16:27 | 78.28k
Suasana Terminal Type A Indihiang Tasikmalaya, foto diambil Selasa (20/8/2024) siang. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia) 
Suasana Terminal Type A Indihiang Tasikmalaya, foto diambil Selasa (20/8/2024) siang. (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia) 
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYATerminal Bus Tipe A Indihiang, yang dahulu dikenal sebagai terminal terbesar dan paling ramai di Priangan Timur, kini menyisakan cerita yang berbeda. 

Jika pada masa awal pembukaannya terminal ini dipenuhi hiruk-pikuk penumpang yang turun dan berangkat, kini suasana sepi semakin menguasai. Penurunan jumlah penumpang yang drastis tidak hanya berdampak pada suasana terminal, tetapi juga kehidupan para pedagang yang menggantungkan hidup dari keramaian terminal tersebut.

Advertisement

Terminal Indihiang, yang menjadi ikon transportasi di Priangan Timur, kini lebih banyak menyuguhkan pemandangan bangku kosong dan bus yang menunggu penumpang. Situasi ini berbeda jauh dibandingkan masa kejayaannya, di mana terminal ini menjadi titik vital bagi transportasi antar-kota dan antar-provinsi. 

Banyak faktor yang menyebabkan penurunan aktivitas ini, salah satunya adalah praktik yang dilakukan oleh beberapa Perusahaan Otobus (PO) yang lebih memilih menaikkan penumpangnya di pul atau garasi masing-masing daripada di terminal resmi. 

Praktik ini, yang bertujuan untuk efisiensi bagi perusahaan, ternyata berdampak besar pada operasional terminal.

Selain itu, keberadaan terminal bayangan dan maraknya travel, baik yang resmi maupun ilegal, juga memberikan kontribusi terhadap menurunnya jumlah penumpang di Terminal Indihiang. 

Banyak penumpang yang kini lebih memilih opsi transportasi yang lebih fleksibel dan dekat dengan tempat tinggal mereka, seperti travel yang bisa menjemput langsung di depan rumah, atau terminal bayangan yang lebih mudah diakses dibandingkan harus ke terminal utama.

Dampak dari penurunan aktivitas ini sangat dirasakan oleh para pedagang kecil yang selama ini menggantungkan hidup mereka dari ramainya terminal. 

Salah satu pedagang yang merasakan langsung penurunan ini adalah Anang (46), warga Lewobabakan, Bungursari, Kota Tasikmalaya. Anang, yang telah berjualan di terminal ini sejak tahun 2008, menyampaikan keluh kesahnya ketika ditemui pada Selasa  (20/8/2024) siang

“Sejak tahun 2020 lalu, terminal ini semakin sepi sampai sekarang. Dulu, sebelum pandemi, masih agak ramai, tapi sekarang buka dari subuh jam 5 sampai jam 5 sore, kadang-kadang tidak ada penumpang sama sekali yang beli. Paling-paling yang beli hanya sopir dan kernet bus saja,” ujar Anang dengan wajah penuh harap, Selasa (20/8/2024) siang.

Anang menjelaskan bahwa situasi saat ini sangat berbeda dibandingkan masa-masa sebelum pandemi. Dulu, Terminal Indihiang tidak hanya menjadi pusat perhentian bus, tetapi juga pusat perekonomian kecil bagi pedagang seperti dirinya. Namun, sejak pandemi melanda dan berbagai faktor lainnya, keramaian terminal semakin menurun.

“Mending kalau hari libur atau Lebaran agak sedikit lebih ramai, tapi tetap saja  tidak seramai dulu. Penumpang sekarang lebih banyak naik di pul atau garasi masing-masing PO busnya. Selain itu, banyak juga yang memilih travel atau menggunakan terminal bayangan di tepi-tepi jalan,” tambahnya.

Setiap hari, Anang tetap membuka lapaknya di terminal, menjual kopi, rokok, serta nasi uduk dan nasi kuning pada waktu subuh. Namun, ia mengaku pendapatannya saat ini tidak bisa dibandingkan dengan masa-masa sebelum pandemi.

“Kalau dulu lumayan ramai, sekarang benar-benar beda jauh. Saya hanya bisa bertahan dan berharap kondisi bisa kembali seperti dulu,” tutup Anang dengan nada prihatin.

Kondisi sepinya Terminal Indihiang ini tidak hanya menjadi masalah bagi Anang, tetapi juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pedagang kecil lainnya. 

Mereka yang bergantung pada keramaian terminal kini harus menghadapi kenyataan yang pahit, bahwa terminal yang dulunya penuh dengan aktivitas, kini seolah kehilangan nyawanya.

Para pedagang berharap ada perhatian lebih dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi masalah ini. Revitalisasi terminal dan penertiban terminal bayangan serta travel ilegal bisa menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali Terminal Indihiang sebagai pusat transportasi utama di Priangan Timur. 

Dengan begitu, mereka yang selama ini mengandalkan terminal sebagai sumber penghidupan bisa kembali merasakan masa-masa ramai seperti dulu.

Terminal Indihiang, yang dahulu menjadi simbol kemajuan transportasi di Priangan Timur, kini hanya menjadi saksi bisu dari penurunan aktivitas yang terjadi. Namun, harapan untuk kembali menghidupkan terminal ini tetap ada, baik dari para pedagang maupun masyarakat sekitar.

Para pedagang  semua menanti langkah konkret yang bisa mengembalikan kejayaan Terminal Indihiang, sehingga tidak hanya menjadi tempat pemberhentian bus, tetapi juga kembali menjadi pusat ekonomi kecil yang menggerakkan masyarakat di sekitarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES