Lia Istifhama Bahas Acaman Judi Online Bagi ASN bersama BPSDM Jatim
TIMESINDONESIA, SURABAYA – TIdak bisa dibantah, maraknya penggunaan judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol) di lingkungan Aparatur Sipil Negara (ASN) pasti berpengaruh terhadap kinerja pegawai ASN maupun citra Lembaga pemerintah.
Eskalasi dampaknya bahkan meluas kepada keluarga dan lingkungan sosialnya, deretan masalah seperti kesulitan keuangan, stres akibat utang, rusaknya tatanan hubungan keluarga, penurunan produktivitas kerja dan rentan terjadi korupsi dipastikan akan terjadi.
Advertisement
Menangkap realitas tersebut, jajaran kementerian dan lembaga secara nasional telah membuat pernyataan komitmen bersama untuk meningkatkan tindakan secara nyata dalam bentuk pencegahan, penanganan aduan dan penegakan hukum. Tak terkecuali jajaran pemerintah regional atau provinsi.
Dalam konteks Jawa Timur misalnya, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan pembinaan berupa literasi keuangan bagi aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jatim sebagai bentuk nyata tindakan pencegahan terhadap judol dan pinjol ilegal. Hal ini disampaikan di hadapan DPD RI terpilih Jatim, Lia Istifhama, Rabu (21/8/24).
"BPSDM Jatim telah mengadakan pelatihan bagi ASN untuk meningkatkan integritas dan jiwa korsa (daya juang dalam mengabdi, red.) agar pelayanan terhadap publik semakin baik," ujar Kepala BPSDM, Ramliyanto.
Doktoral Universitas Brawijaya Malang yang sebelumnya menjadi Sekretaris Dinas Pendidikan Jatim dan Asisten Sekdaprov Jatim tersebut menjelaskan secara detail literasi finansial saat disinggung Lia Istifhama terkait resistensi pinjol dan judi.
"Memang selama ini BPSDM berusaha terus meningkatkan mutu kualitas ASN di kalangan Pemprov Jatim. Dan kami menyadari betul bahwa selain asah kualitas maupun penempaan pengabdian kerja, kawan-kawan ASN memang termasuk salah satu target utama oknum tidak bertanggung untuk menjebak mereka dalam pinjol illegal maupun judol.”
“Dan untuk menangkal judol dan pinjol ilegal, kita punya kelas literasi finansial. Dengan adanya kelas tersebut kita harapkan aparatur sipil negara bisa lebih cerdas mengelolah keuangan sehingga tidak terjebak judol dan pinjol. Jadi karena basic saya akademis, maka memang pendekatan dalam edukasi tetap kami pertajam agar kawan-kawan ASN benar-benar mampu membetengi kehidupan mereka dari aktivitas yang hanya memberikan dampak buruk bagi mereka sendiri," tambahnya.
Pendekatan itupun ditangkap secara cerdas oleh ning Lia, senator terpilih yang juga keponakan Gubernur Jatim 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa.
"Kelas literasi finansial ini harus kita apresiasi sebagai ikhtiar bersama dalam menyehatkan pikiran dan perilaku ASN dari jebakan judol dan pinjol ilegal," tutur anggota DPD RI terpilih yang dikenal dengan tagline peran Cantik itu.
“Hal ini karena profesi ASN harus diakui dianggap sasaran empuk bagi perusak ketahanan ekonomi bangsa, yaitu mereka yang selama ini menggerus untung dari aktivitas judi online dengan segala macam variannya seperti bitcoin, krypto, dan sebaganya, serta jeratan pinjaman online illegal. Maka ASN menjadi salah satu lingkungan yang harus resisten atau kokoh membentengi diri dari segala jebakan kejahatan di dunia siber saat ini,” tegasnya.
Doktoral Ekonomi Islam UINSA itu juga memberikan harapan agar upaya BPSDM didukung semua pihak, tak terkecuali keluarga dari para ASN.
Menurutnya, langkah preventif berbentuk pembinaan manajerial keuangan yang sehat bagi ASN, tentu harus didukung semua pihak, terutama keluarga ASN itu sendiri, dalam hal ini istri atau suami dari pegawai.
"Dan dukungan ini akan terbentuk yang sekaligus mengefisiensikan upaya BPSDM Jatim, jika keluarga dari ASN turut memonitor keuangan pasangannya yang bekerja sebagai ASN," ucapnya.
Ning Lia menambahkan, "bila perlu, jadikan BPSDM mitra konsultasi jika menemukan jalan buntu. Karena saya melihat kesungguhan langkah BPSDM ini bukan isapan jempol, jadi jangan sampai berjatuhan korban lagi akibat jeratan pinjol dan judol," ucapnya.
"Intinya mari semuanya bangun resiliensi diri agar kuat melepaskan diri dari problematika judol dan pinjol, dan jangan sampai mengalami keterpurukan ekonomi sehingga hak-hak keluarga terbengkalai karena jeratan kejahatan siber itu,” kata Ning Lia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |