Nuansa Legenda Meriahkan KCC 2024, Tampilkan pula Cerita di Balik Pesona Alam Malang Selatan
TIMESINDONESIA, MALANG – Atraksi bertema sarat legenda ditampilkan sejumlah peserta Kanjuruhan Culture Carnival 2024 (KCC 2024) Kabupaten Malang, yang dipusatkan di jalur lingkar barat (Jalibar) Kepanjen, Sabtu (31/8/2024).
Dari penampilan 33 peserta KCC yang mewakili tiap kecamatan, mayoritas mengangkat legenda di balik tradisi lokal masing-masing. Atraksi lainnya, mengangatkat keunggulan daerah yang jadi potensi pariwisata dan budaya masyarakat setempat.
Advertisement
Cerita legenda seperti ditampilkan kontingen Kecamatan Tajinan, dengan replika Situs Patirtan Ngawonggo Tajinan. Dalam atraksi perserta ini, bercerita tentang keadaan lingkungan yang mengalami paceklik dan kekeringan, tanah yang tandus dan menyebabkan kelaparan.
Kontingen Kecamatan Bantur yang mengangkat cerita rakyat Kondang Merak, menerima tropi penghargaan atas penampilannya di acara KCC, dari Ketua DKKM Kabupaten Malang. (Foto Amin/TIMES Indonesia)
Mengalami situasi ini, pemimpin lalu bertapa dan bersuci, meminta petunjuk atas musibah yang dialami. Ritual Sesuci pemujaan Dewa Ghana, Sang Penyangga Bumi, dan Dewi Sri Kesuburan dilakukan. Sehingga, kekeringan berhenti dan kembali subur, dan masyarakat sejahtera kembali.
Dari hasil bertapa, konon kemudian muncul tujuh mata air, yang akhirnya digunakan warga sekitar untuk bersuci dan mengairi kehidupan mereka. Dalam pertunjukan ini, juga diselipi petuah dan sabda, bahwa paceklik datang karena penduduk tidak mau melakukan selamatan dan mensyukuri karunia dari alam dan bumi yang didiami.
Peserta dari Kecamatan Bantur, mengangkat potensi pesisir Kondang Merak dalam bentuk tarian kontemporer. Dalam sinopsisnya, cerita rakyat Kondang Merak yang merupakan salah satu pantai selatan di Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, adalah gabungan dua arti.
Kondang berarti muara sungai yang menggenang seperti telaga atau kolam, dan Merak tergolong jenis burung. Burung jantannya memiliki bulu ekor yang indah, yang dapat dikembangkan untuk menarik perhatian merak betina.
Nama Kondang Merak bermula ketika dahulu banyaknya burung merak yang mencari air minum di pantai ini. Air di pantai ini memiliki rasa payau. Ini terjadi akibat percampuran antara air laut dan air tawar. Mulai sejak itulah pantai ini menjadi terkenal dengan sebutan Pantai Kondang Merak.
Keindahan Pantai Kondang Merak dapat dinikmati dengan cara berkeliling menggunakan perahu. Pesona Pantai Kondang Merak melepaskan segala kepenatan duniawi, dan selalu menarik untuk dikunjungi kembali.
Camat Bantur, Bayu Jatmiko mengungkapkan, tari Kondang Merak ini juga pernah diangkat guru SD, dan pernah meraih penghargaan nasional.
Kontingen Kecamatan Donomulyo, juga mengangkat cerita di balik keindahan alamnya, Pantai Ngliyep. Dalam penampilannya, peserta juga menyuguhkan fragmen sosok Ir. Soekarno, Presiden RI pertama, saat mengunjungi pantai ini.
Diiringi puluhan penari yang membawa panji-panji, atraksi juga disuguhkan dengan perayaan seperti ritual tradisi larung sesaji. Di Pantai Ngliyep, tradisi adat ini sudah dilakukan masyakarat setempat turun-temurun. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Rizal Dani |