Ludruk Kolaborasi Gen-Z Surabaya, Hadirkan Kisah Aji Saka Surapringga Geger Ing Bhumi Karembangan

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pemuda Surabaya melalui program “arek enom Suroboyo nduwe gawe” menggelar Pagelaran Ludruk Kolaborasi Gen-Z bertajuk ‘Aji Saka Surapringga Geger Ing Bhumi Karembangan’.
Acara ini digelar untuk memperingati Hari Aksara Internasional 2024. Acara tersebut diadakan di Plaza Internatio, Kota Lama Surabaya, pada Jumat malam (20/9/2024). Ludruk adalah seni teater tradisional dari Jawa Timur, khususnya Surabaya, yang menggabungkan drama dengan musik gamelan dan diselingi humor.
Advertisement
Pagelaran ini diprakarsai oleh komunitas Surabaya Next Leader (SNL) yang berkolaborasi dengan berbagai organisasi kepemudaan seperti Paguyuban Cak & Ning Surabaya, Karang Taruna Surabaya, Luntas, dan Muda Bisa. Kegiatan ini menjadi bukti semangat anak muda Surabaya untuk melestarikan budaya asli daerah mereka, yakni Ludruk.
Antusiasme masyarakat Surabaya dan sekitarnya sangat besar untuk menyaksikan acara ini. Menariknya, tidak hanya orang tua yang biasanya menjadi penonton setia Ludruk, tetapi banyak juga anak muda yang bersemangat menghadiri pagelaran tersebut.
Sejumlah tokoh penting turut hadir, di antaranya Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi beserta istrinya, Rini Indriyani, yang juga Ketua PT PKK, serta Hidayat Syah, Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar). Beberapa konsul jenderal dari berbagai negara seperti Amerika, Australia, India, dan Belanda juga menyaksikan acara ini.
Andranata Prasetya, Ketua Surabaya Next Leader, menyatakan bahwa pagelaran ini memberikan kesempatan bagi anak muda untuk menampilkan budaya khas Surabaya.
“Persiapan kami tidak lebih dari satu bulan, dan dalam dua minggu latihan, kami berhasil menampilkan ciri khas seni budaya Surabaya melalui Ludruk,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa Ludruk memiliki unsur humor yang sangat identik dengan masyarakat Surabaya. “Karena banyak yang pusing dengan kehidupan, Gen-Z Surabaya ini butuh hiburan. Kalau tidak ada guyonan, rasanya kurang masuk,” katanya dengan canda.
Andranata berharap dengan adanya pagelaran ini, semakin banyak masyarakat, khususnya generasi muda, yang peduli dan melestarikan budaya lokal mereka. Ia juga berharap bahwa Ludruk bisa semakin dikenal di tingkat nasional dan internasional.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam sambutannya menyatakan harapannya agar kolaborasi budaya dengan generasi muda terus berlanjut. “Ludruk adalah salah satu kebudayaan yang membuat Surabaya dikenal. Dengan kolaborasi Gen-Z ini, kita harap bisa melestarikan budaya kita dengan cara yang baru dan semangat yang berbeda,” ujarnya optimis.
Sesi Pagelaran
Pagelaran ‘Aji Saka Surapringga Geger Ing Bhumi Karembangan’ mengisahkan tentang Suropringgo, yang kini dikenal sebagai Surabaya, serta daerah Karembangan yang dulunya disebut Karembangan. Kadipaten Suropringgo dipimpin oleh Adipati Kanjengrono, dengan Karembangan sebagai salah satu daerah perdikannya yang aman dan tenteram.
Dalam cerita ini, Lurah Aji Saka Surapringga menghadapi situasi genting dan memutuskan untuk mengirim surat kepada Adipati Kanjengrono melalui dua utusan, Surojoyo dan Kartoboyo.
Penutupan acara Pagelaran Ludruk Kolaborasi Gen-Z dengan penyajian Aksara Hanacaraka. (foto: M Tsabit Taqy Izdihari/TIMES Indonesia)
Scene pertama menggambarkan dialog antara Surojoyo dan Kartoboyo yang berargumen tentang sejarah nenek moyang mereka yang melawan penjajah. Cerita ini terkait erat dengan perjuangan Surabaya sebagai Kota Pahlawan, termasuk peristiwa heroik di Hotel Yamato ketika bendera Belanda dirobek serta Agresi Militer setelah kemerdekaan.
Scene kedua berlatar di Kelurahan Karembangan, di mana Lurah Aji mengumpulkan para punggawa untuk membahas masalah-masalah yang terjadi, seperti PKL, stunting, minuman keras, narkoba, banjir, dan kenakalan remaja. Laporan-laporan tersebut kemudian dirangkum dan dikirimkan ke Kadipaten.
Pagelaran ini ditutup dengan tampilan Hanacaraka oleh para penampil. Sepanjang acara, penonton disuguhi lawakan khas Ludruk yang membuat suasana semakin meriah, dengan banyak penonton tertawa terbahak-bahak dan merasa terhibur.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |