Langkah Srategis Kunjungan Wisata Gili Tramena untuk 17 Desa Wisata Lombok Utara

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – Kunjungan wisatawan ke Gili Tramena (Trawangan, Meno, Air) belum berdampak positif terhadap keberadaan 17 desa wisata di Lombok Utara.
Hal ini disebabkan ada banyak ketimpangan yang terjadi antara kemajuan destinasi wisata Gili Tramena dengan kehadiran desa wisata.
Advertisement
Sekretaris Dinas Pariwisata Lombok Utara, Ali Zulkarnain, M.Si mengungkapkan, Gili Tramena sudah lama terkenal dan ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional yang memiliki kunjungan wisatawan setiap tahunnya terus meningkat. Di tahun 2024 hingga September tercatat kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik mencapai 618.241.
“Kunjungan wisatawan di Gili Tramena meningkat terus, tapi nyatanya di lapangan kunjungan itu belum berimbas positif kepada 17 desa wisata yang ada di darat,” ungkapnya kepada TIMES Indonesia, Senin (28/10/2024).
Setelah melakukan penelahan dan pengkajian di lapangan, ternyata ada banyak ketimpangan yang ditemukan. Di antaranya, pemerintah daerah dan pusat memberikan perhatian khusus kepada Gili Tramena sehingga memiliki infrastruktur yang memadai dengan hotel-hotel mewah dan berbagai jenis restauran.
Dari sisi kondisi dan karakteristik destinasi di desa wisata sangat jauh berbeda dari Gili Tramena, baik dari segi aksesbilitas, amenitas, dan atraksi.
“Tidak dipungkiri juga memang ada beberapa masalah mendasar, baik dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusia (SDM),” terangnya.
Langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah daerah, pengembangan desa wisata bukan hanya dengan menyediakan infrastruktur dasar, pemberian pelatihan dan pendidikan terhadap masyarakat lokal untuk meningkatkan keterampilan dalam industri pariwisata.
“Tetapi yang paling penting adalah memfasilitasi dan menjembatani pemberdayaan dan kemitraan antara komunitas lokal dengan swasta yang bergerak di sektor pariwisata. Pemberdayaan dan kemitraan ini seharusnya dilakukan secara parallel,” kata pejabat yang sedang mengikuti Diklat Kepemimpinan Administrator Angkatan V di PPSDM, Kementerian Dalam Negeri Regonal Bandung ini.
Ali melihat permasalahan ini memerlukan solusi yang inovatif sebagai Aksi Perubahan sebagai upaya Peningkatan Kinerja Organisasi. Karena itulah, Dinas Pariwisata ingin menjembatani ketimpangan ini dengan cara melakukan fasilitasi Desa Wisata dengan Industri Pariwisata.
“Yaitu dengan melakukan Penyusunan Paket Wisata atas dasar kesepatakan bersama, baik dalam konteks potensi desa yang akan dimasukkan dalam paket wisata, maupun tatacara pelaksaan penjualan paket wisata tersebut,” tegasnya.
Dari pola penyusunan paket ini, menurut Ali, hasil nyatanya yang didapatkan, desa wisata tidak perlu melakukan promosi ke luar Lombok Utara.
Industri Pariwisata yang ada di Tiga Gili yang akan melakukan promosi dan penjualan kepada wisatawan yang menginap di Tiga Gili dengan cara mengintegrasikan kunjungan ke Desa Wisata ke dalam paket mereka.
Inovasi ini diharapkan akan mampu menambah lama tinggal para wisatawan di Tiga Gili, sekaligus memberikan diversifikasi produk wisata kepada para wisatawan.
“Para wisatawan di Tiga Gili bisa merasakan pengalaman wisata yang berbeda karena adanya penggabungan antara wisata yang identik dengan Tiga Gili dan Desa Wisata yang memiliki kekhasan tersendiri,” katanya.
Ujung dari semua itu adalah peningkatan ekonomi bagi masyarakat lokal yang ada di Desa Wisata. Pariwisata adalah sektor yang sangat menjanjikan.
“Kita semua memiliki tanggung jawab agar supaya sektor ini memberikan menfaat ekonomi bagi semua pihak, baik swasta, pemerintah daerah maupun komunitas lokal yang ada di Desa Wisata,” harapnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Rizal Dani |