Peristiwa Daerah

JREF 2024: Langkah Besar Wilayah Jawa Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan

Kamis, 21 November 2024 - 10:19 | 12.73k
Narasumber & moderator diseminasi hasil kajian Forum JREF 2024 (FOTO: ISEI for TIMES Indonesia)
Narasumber & moderator diseminasi hasil kajian Forum JREF 2024 (FOTO: ISEI for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Bank Indonesia (BI menggelar Java Regional Economic Forum (JREF) 2024 bertajuk 'Strategi Hilirisasi Pertanian Guna Meningkatkan Nilai Tambah dan Memperkuat Ketahanan Pangan di Jawa'.

Acara yang digelar bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Investasi/BKPM dan Kementerian Kelautan dan Perikanan ini berlangsung di Hotel Westin, Surabaya, Rabu (20/11/2024).

Advertisement

JREF 2024 mencakup dua agenda utama, yaitu Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) dan Diseminasi Hasil Kajian Hilirisasi Pangan Wilayah Jawa. 

Acara tersebut dihadiri 280 peserta yang terdiri dari perwakilan kementerian/lembaga terkait, kepala perwakilan BI se-Jawa, pemerintah daerah, asosiasi pengusaha, akademisi, hingga pemangku kepentingan lainnya. 

Dalam sambutannya, Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea, menyampaikan bahwa perekonomian Jawa hingga triwulan III 2024 tetap stabil dengan tingkat inflasi terjaga, termasuk perlambatan inflasi pada kelompok makanan dan minuman. 

"Upaya hilirisasi pangan menjadi kunci penting untuk mendukung pemulihan ekonomi dan stabilitas," ungkap Erwin melalui rilis yang diterima pada Kamis (21/11/2024)

Menurutnya, hilirisasi pangan dapat meningkatkan kontribusi sektor agroindustri terhadap perekonomian, menciptakan lapangan kerja, serta mendongkrak pendapatan rumah tangga.

Sementara itu, Maxmilian T. Tutuarima, Deputi Direktur DKEM BI, menambahkan bahwa hilirisasi pangan memperkuat strategi pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan nilai tambah, daya saing, serta pemerataan ekonomi. 

Forum-2.jpg

"Model pengembangan hilirisasi yang efektif biasanya mengikuti pendekatan bisnis end-to-end, yang mencakup aktivitas dari hulu hingga hilir," jelasnya. 

Maxmilian mengidentifikasi tiga faktor kunci keberhasilan hilirisasi pangan. Yang pertama produksi dengan melibatkan adopsi teknologi untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan pengolahan pascapanen.

Yang kedua kelembagaan, berupa penguatan kewirausahaan, standarisasi produk, sertifikasi, dan akses pembiayaan. Dan yang ketiga, pengembangan kemitraan bisnis, optimalisasi teknologi, serta kemudahan ekspor.  

Dalam forum tersebut, Sahara, Guru Besar IPB sekaligus Direktur ITAPS IPB, mempresentasikan hasil riset bertajuk "Strategi Hilirisasi Pertanian Guna Meningkatkan Nilai Tambah dan Memperkuat Ketahanan Pangan di Jawa". 

Riset ini memilih sejumlah komoditas unggulan seperti beras, cabai, bawang merah, rumput laut, ikan (tuna, tongkol, cakalang), udang, lele, dan kopi.

Temuan utama riset ini antara lain, sebagian besar produk hilirisasi masih berupa produk siap konsumsi. Namun, pengembangannya terkendala pasokan bahan baku (on-farm), teknologi, modal, pembiayaan, dan akses pasar (off-farm). 

Potensi diversifikasi produk olahan dapat diarahkan ke sektor makanan dan minuman, farmasi, kesehatan, hingga kosmetik.

Kemudian, dalam sektor perikanan, produk segar memiliki nilai tambah tertinggi. Upaya menjaga kesegaran menjadi langkah penting untuk mendongkrak nilai produk.

Dalam riset juga terungkap bahwa investasi di hilirisasi komoditas seperti beras, cabai, bawang merah, ikan TTC (tuna, tongkol, cakalang), rumput laut, udang, dan kopi terbukti memberikan dampak positif pada output ekonomi, pendapatan rumah tangga, serta penyerapan tenaga kerja.

Sementara itu, perwakilan DIY yang hadir dalam forum ini antara lain Ibrahim (Kepala KPwBI DIY), Yuna Pancawati (Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY), serta sejumlah pejabat dinas terkait.

Dalam kesempatan tersebut, Ibrahim menyampaikan apresiasi atas partisipasi seluruh pihak. “Terima kasih atas kehadiran dan kontribusi rekan-rekan Pemda DIY, anggota tim peneliti, dan ISEI Cabang Yogyakarta," ujarnya.

Dengan sinergi berbagai pihak, hilirisasi pangan diharapkan dapat menjadi fondasi kuat untuk meningkatkan daya saing, memperkuat ketahanan pangan, serta mendorong pemerataan ekonomi di wilayah Jawa. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES