Marpesta Margondang, Merayakan Kebersamaan Suku Batak di Malang
TIMESINDONESIA, MALANG – Acara Marpesta Margondang sukses digelar di Xoan Lounge, Malang, pada 24 November 2024. Ini merupakan acara besar pertama yang diadakan di Malang sebagai inisiatif dari Hita Hita Fest Surabaya. Sebelumnya, rangkaian acara Marpesta ini sudah sukses diselenggarakan di Kayutangan Malang Cafe NOQDIS pada 11 Oktober 2024 lalu.
Dalam kesempatan ini, Marpesta menghadirkan bintang tamu Guido Hutagalung, vokalis band Panggoaran. Penyanyi asli Batak ini mampu mengobati kerinduan warga Batak di Malang Raya dengan lagu-lagu daerah Batak yang melegenda dan yang sedang hits. Seluruh pengunjung, khususnya komunitas Suku Batak di Malang merasakan atmosfer pesta di kampung halaman sendiri.
Advertisement
Bintang tamu Marpesta dari Guido Hutagalung, vokalis dari band Panggoaran yang menghibur warga Batak dengan menyanyikan 20 lagu Batak. (FOTO: Nanda Viola Vallenxia Sijabat/Times Indonesia)
Kesuksesan acara tak lepas dari dukungan berbagai komunitas dan forum daerah, seperti Keluarga Mahasiswa Malang, Ikatan Alumni Santo Thomas 1 Malang, Ikatan Alumni Bintang Timur, Ikatan Mahasiswa Karo, Ikatan Mahasiswa Muslim Sumatera Utara, serta Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara. Berbagai sub-suku Batak turut hadir, termasuk Batak Toba, Karo, dan Mandailing. Suasana kebersamaan tampak begitu kental, terutama ketika lagu-lagu Batak dinyanyikan bersama, menciptakan harmoni dan keakraban di tengah keragaman.
Kreativitas dan Semangat Kebersamaan
Salah satu daya tarik unik acara ini adalah dress code yang diterapkan. Pengunjung mengenakan warna tertentu sesuai status hubungan mereka: putih untuk yang masih belum berpasangan, hitam untuk yang sudah berpasangan, dan merah untuk hubungan jarak jauh (LDR). Aturan ini disambut hangat, menambah semarak acara.
Nethaneel Yobel Marpaung, Event Director Marpesta, menekankan bahwa acara ini bertujuan untuk mempererat solidaritas di kalangan Suku Batak di Kota Malang.
“Kami ingin membangun kebersamaan yang kuat di tanah rantau, seperti yang sudah dilakukan komunitas Batak di kota lain,” ungkapnya.
Nethaneel Yobel Marpaung menambahkan, acara ini lebih dari sekadar hiburan, Marpesta menjadi ajang silaturahmi. Banyak pengunjung berbincang hangat, saling menanyakan marga, dan membangun koneksi baru. Tradisi khas Batak ini mempererat relasi dengan cara unik, bahkan menciptakan suasana kekeluargaan di antara orang-orang yang sebelumnya belum saling mengenal.
Pelestarian Budaya di Tanah Rantau
Kesuksesan Marpesta Margondang menunjukkan bahwa budaya Batak dapat terus dilestarikan, meski berada jauh dari tanah kelahiran. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa solidaritas dan identitas budaya tetap bisa dijaga di tanah perantauan.
Hita Hita Fest berencana untuk melanjutkan tradisi ini di masa depan, dengan harapan Marpesta menjadi wadah bagi masyarakat Batak untuk berkontribusi memperkuat komunitas dan mengenalkan kekayaan budaya mereka kepada khalayak luas.
"Marpesta Margondang tidak hanya menciptakan momen hiburan, tetapi juga ruang untuk mempererat ikatan sosial dan melestarikan warisan budaya yang berharga," ucap Nethaneel Yobel Marpaung. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |