PU Bina Marga Kabupaten Malang Sebut Pekerjaan Jembatan Lebakharjo Tinggal 5 Persen

TIMESINDONESIA, MALANG – Pihak Dinas PU Bina Marga Kabupaten Malang menyatakan, pekerjaan jembatan Lebakharjo, Ampelgading, Kabupaten Malang, bakal rampung akhir tahun 2024 ini.
Kepada TIMES Indonesia, Kepala Dinas PU Bina Marga, Khairul Isnaidi Kusuma menyebut, proyek jembatan yang dikerjakan dengan jenis jembatan balok T di Lebakharjo itu, diyakini rampung tepat waktu, tidak sampai 30 Desember 2024 ini.
Advertisement
Tanggapan PU Bina Marga ini menyusul kritikan sejumlah anggota dewan, pada Jumat (6/12/2024). Menurut Khairul, pengerjaan proyek jembatan senilai Rp1,8 miliar tersebut kini hampir mencapai 95 persen.
Alat berat yang harus melewati sungai lahar Semeru sebelum sampai di lokasi proyek jembatan Lebakharjo. (Foto: DPUBM)
"Proyek ini untuk kepentingan masyarakat, sesuai perintah Pak Bupati (Sanusi). Maka, Saya tak main-main, pasti rampung tepat waktu karena pengerjaannya hampir selesai," kata Khairul.
Pengerjaan terkini pada jembatan di Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, menurutnya sudah dipasang pagar pengaman di kanan kiri jembatan.
Khairul juga menjamin, pembangunan jembatan yang baru tersebut nantinya jauh lebih kokoh dan kuat dari terjangan lahar atau arus aliran Sungai Kondang Lombok.
"Selain lebih tinggi dari sungai di bawahnya, juga lebih nyaman dilewati jenis kendaraan apapun. Termasuk, truk yang tiap hari mengambil pasir dari lahar Gunung Semeru itu akan jauh lebih aman dari jembatan sebelumnya, yang rusak itu," terangnya.
Sebab, lanjutnya, lebar jembatan yang dikerjakan saat ini juga jauh lebih lebar atau sekitar 7,2 meter, dengan tinggi 6 meter, dan panjang bentangan 30 meter. Jenis jembatan Lebakharjo ini adalah balok T, dengan kontruksi beton bertulang.
Dikatakan, leneng atau lekukan jembatan dan pagar besi pengaman yang ada di kanan kiri jembatan sudah rampung. "Itu sudah terpasang, sehingga tinggal dilanjutkan pengecatan," demikian pria yang karib disapa Oong ini.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Peningkatan Jalan dan Jembatan Dinas PU Bina Marga Kabupaten, Anita Aulia membenarkan, progress pengerjaan jembatan Lebakharjo per hari ini sudah 95 persen.
Pekerjaan yang tersisa, menurutnya tinggal pekerjaan minor berupa bangunan pelengkap, finishing leneng, pengecatan railing, dan perapian.
"InsyaAllah selesai tepat waktu, bahkan selesai sebelum akhir kontrak (30 Desember 2024)," kata Anita, Sabtu (7/12/2024).
Ditambahkan, proyek jembatan Lebakharjo punya karakter tersendiri yang sangat menantang. Dimana, topografi wilayah berasa di daerah pegunungan, dengan morfologi sungai dan jalur yang berkelok.
"Medannya cukup sulit, sehingga menjadi tantangan tersendiri dari pelaksana pekerjaan. Alur pengiriman alat berat dan material harus melewati medan cukup sulit dan melewat sungai terlebih dahulu," bebernya.
Menurut Anita, perjalanan sampai ke Desa Lebakharjo memakan waktu selama 3 jam. Untuk menuju lokasi pekerjaan jembatan Lebakharjo dan membawa material besi, lanjutnya, harus memakai dump truck melewati jalur Tumpak Harapan selama sekitar 1,5 jam.
Sedangkan untuk membawa alat berat, material batu, pasir, atau lainnya, pekerja harus menyeberang sungai Gladak sepanjang 100 meter selama 30 sampai 45 menit.
"Selama proses pengerjaan, tantangannya memang sangat berat. Tetapi, kami Dinas PU Bina Marga Kabupaten Malang selalu berupaya mewujudkan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Jadi, harus selesai akhir tahun ini," tandasnya.
Jembatan baru tersebut ada di Dusun Lebaksari, Desa Lebakharjo, Ampelgading, Kabupaten Malang, yang dibangun menggantikan jembatan lama yang terseret aliran lahar erupsi Gunung Semeru pada 2021 lalu.
Selama proses pengerjaan, sejak jembatan itu dibangun, masyarakat juga anak sekolah yang tinggal di sekitar aliran lahar Gunung Semeru itu berangkat lewat jembatan darurat, ala kadarnya itu. Yakni, jembatan sesek yang terbuat dari anyaman bambu.
Di bawah jembatan darurat tersebut, ada aliran Sungai Glidik, yang selebar 100 meter. Kondisi ini dikhawatirkan membahayakan, karena selain jadi jalur lahar Gunung Semeru, arusnya juga sangat deras jika hujan turun seperti dua pekan terakhir.
Hal ini yang kemudian sempat memantik keprihatinan sekaligus kritik beberapa anggota Komisi III DPRD Kabupaten Malang. Diantaranya, Rahmat Kartala dari Fraksi Partai Gerindra, Agung Dwi Susanto dari Fraksi NasDem, dan Abdul Qodir, dari Fraksi PDI Perjuangan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |