Peristiwa Daerah

KH Hasyim Abbas, Ulama Santun dan Ahli Fiqih, Wafat di Malam Isra Mikraj

Senin, 27 Januari 2025 - 15:43 | 69.89k
KH Hasyim Abbas (kiri) semasa hidup. Ulama Nahdlatul Ulama asal Gresik, Jawa Timur ini meninggal Minggu (26/1/2025) malam. (Foto: dok TI)
KH Hasyim Abbas (kiri) semasa hidup. Ulama Nahdlatul Ulama asal Gresik, Jawa Timur ini meninggal Minggu (26/1/2025) malam. (Foto: dok TI)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Umat Muslim di Jawa Timur, khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU), berduka atas wafatnya KH Hasyim Abbas, M.HI, ulama yang dikenal santun, sederhana, dan ahli fiqih.

Beliau berpulang pada Minggu (26/1/2025) malam, bertepatan dengan malam Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW.

Advertisement

Semasa hidup, KH Hasyim Abbas mengabdikan diri di berbagai lembaga, termasuk sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur masa khidmat 2015–2020 dan Dewan Pertimbangan MUI 2020–2025.

Beliau juga aktif sebagai Syuriah PWNU Jawa Timur, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya, Guru Senior Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, serta Dosen Tetap Universitas Hasyim Asy’ari Jombang.

Ketua Umum MUI Gresik, KH Ainur Rofiq Thoyyib, mengenang KH Hasyim Abbas sebagai sosok sederhana dan penuh semangat.

“Saya ingat beliau selalu menggunakan transportasi umum untuk menghadiri kegiatan, bahkan dari Jombang ke Surabaya. Ini menunjukkan kerendahan hati dan dedikasinya,” ujar Kiai Rofiq.

Kiai Hasyim juga dikenal menghindari kesan alim di luar forum kajian. “Beliau jarang memakai kopiah ketika keluar rumah agar tidak dianggap ulama. Namun, dalam forum kajian Islam, kapasitasnya sangat luar biasa,” kenang Kiai Rofiq.

Wasekjen PBNU, H. Nur Hidayat, juga menyampaikan kehilangan mendalam atas wafatnya Kiai Hasyim Abbas.

“Beliau sosok yang sangat tegas dan konsisten. Saat mengajar Ulumul Hadits di Fakultas Ushuluddin, beliau sangat disiplin. Mahasiswa yang terlambat lebih dari lima menit tetap boleh mengikuti kuliah, tetapi dianggap absen. Ini menunjukkan komitmen beliau terhadap kedisiplinan,” ungkap Dayat, sapaan akrab Nur Hidayat.

Dayat menceritakan pengalamannya sebagai mahasiswa Kiai Hasyim. Suatu waktu, ia tidak diizinkan mengikuti ujian akhir semester karena persentase kehadirannya kurang dari 75 persen.

“Meski saya mencoba membantu membagikan soal ujian, beliau tetap memanggil nama saya dan berkata, ‘Absennya kurang satu.’ Tegas, tetapi penuh hikmah,” ujarnya.

Kiai Hasyim juga terkenal menjaga profesionalitas dalam interaksi.

“Saat saya masih mahasiswa, beliau bersikap seolah tidak mengenal saya di luar kelas, meskipun sering bertemu di kantor PWNU Jawa Timur. Namun, setelah saya lulus, beliau justru sangat ramah,” tambah Dayat.

Kenangan lain yang membekas adalah ketika keduanya menghadiri acara di Jakarta dan berbagi kamar hotel. KH Hasyim Abbas memilih tidur di lantai beralaskan bed cover daripada di kasur.

“Sebagai santri, tentu saya merasa tidak pantas tidur di atas kasur sementara guru saya di lantai. Akhirnya, saya ikut tidur di lantai dengan alas seadanya,” kenang Dayat.

Wafatnya KH Hasyim Abbas meninggalkan duka mendalam bagi umat Islam, khususnya di Jawa Timur. Ketegasan, kesederhanaan, dan kerendahan hatinya menjadi teladan bagi semua. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES