Penuhi Kebutuhan Labu Darah, PMI Kota Tasikmalaya Dorong Donor Darah Jadi Gerakan Sosial

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Suasana di Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tasikmalaya pada Senin (10/2/2025) terlihat berbeda dari biasanya. Sejak pagi, antrean panjang pendonor memenuhi area UTD yang berlokasi di Jalan Siliwangi Blk No. 31, Kahuripan, Tawang, Kota Tasikmalaya.
Para pendonor dengan sabar menunggu giliran untuk menjalani skrining medis sebelum mendonorkan darahnya.
Advertisement
Antusiasme tinggi masyarakat ini merupakan dampak dari ajakan yang telah disebarluaskan melalui media sosial oleh UTD PMI Kota Tasikmalaya. Kampanye tersebut dibuat dalam rangka perayaan Anniversary ke-4 UTD PMI Kota Tasikmalaya, yang berdiri sejak 9 Februari 2021.
Ketua PMI Kota Tasikmalaya, H. Rahmat Kurnia, dalam wawancaranya dengan TIMES Indonesia, mengisahkan bagaimana inisiasi pendirian UTD ini berawal dari amanat Undang-Undang No. 1 Tahun 2018 Pasal 22.
Di mana menurutnya regulasi tersebut mengharuskan setiap PMI di seluruh Indonesia untuk menyelenggarakan pelayanan darah sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang berlaku.
"Pendirian UTD ini berdasarkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), di mana wilayah kerja PMI mengikuti wilayah kerja pemerintahan. Dalam hal ini, PMI Kota Tasikmalaya bekerja sesuai dengan lingkup Pemerintah Kota Tasikmalaya," ungkap Rahmat. Senin (10/2/2025)
Sebagai bentuk identitas, PMI Kota Tasikmalaya bahkan mengabadikan tanggal berdirinya UTD dengan mencantumkannya dalam nomor layanan darurat mereka, yaitu 08119022021.
Namun, perjalanan UTD ini tidaklah mudah. Sejak resmi berdiri, UTD PMI Kota Tasikmalaya baru berhasil mengumpulkan 75 labu darah pada Maret 2021. Kini, setelah empat tahun beroperasi, mereka telah mampu mengumpulkan rata-rata 1.100 labu darah per bulan.
Meski demikian, jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan darah di Kota Tasikmalaya yang mencapai 2.400 labu per bulan. Saat ini, kebutuhan tersebut masih ditangani oleh tiga UTD utama, yakni UTD RSUD dr. Soekardjo, UTD PMI Kota Tasikmalaya dan UTD PMI Kabupaten Tasikmalaya
"Pada prinsipnya, kebutuhan darah selalu terpenuhi berkat sistem donor pengganti. Namun, yang benar-benar kita harapkan adalah stok darah dari donor sukarela agar ketersediaannya bisa lebih stabil," tambah Rahmat.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi UTD PMI Kota Tasikmalaya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya donor darah secara sukarela.
Untuk mengatasi hal ini, berbagai strategi dilakukan, termasuk memberikan apresiasi berupa bingkisan sembako atau suvenir kepada pendonor.
Menurut Rahmat, pemberian apresiasi semacam ini ternyata memiliki dampak yang cukup besar terhadap partisipasi masyarakat. "Beberapa event yang kami adakan dengan adanya apresiasi terbukti menarik lebih banyak pendonor dibandingkan kegiatan donor darah reguler tanpa bingkisan," jelasnya.
Namun, di balik usaha meningkatkan jumlah donor darah, masih banyak masyarakat yang menghadapi kendala dalam mendapatkan darah di saat genting. Ari Darmawan (46), warga Perum Baitul Marhamah I Sambongjaya, Mangkubumi, mengungkapkan keprihatinannya atas masih kurangnya relawan pendonor darah di Tasikmalaya.
"Kadang keluarga pasien terpaksa membeli darah dengan harga sekitar Rp 350.000 per labu. Ini menjadi beban tambahan bagi mereka yang sedang dalam kondisi darurat," ungkapnya.
Ari yang telah menjadi pendonor darah sebanyak 20 kali juga menyoroti kurangnya sosialisasi dari pihak terkait, baik PMI maupun Dinas Kesehatan, mengenai pentingnya donor darah.
Ia menilai, keberadaan UTD PMI Kabupaten Tasikmalaya yang masih berada di wilayah Kota Tasikmalaya menjadi tantangan tersendiri dalam hal pelayanan dan edukasi masyarakat.
"Seharusnya, PMI atau Dinkes Kabupaten Tasikmalaya segera turun tangan untuk memberikan edukasi ke berbagai lembaga di wilayah kabupaten. Donor darah itu urgen, dan masyarakat harus lebih memahami pentingnya," tegasnya.
Masalah kekurangan stok darah bukan hanya dirasakan oleh para pasien, tetapi juga oleh keluarga mereka. Ari Darmawan menuturkan pengalaman pahitnya ketika sang ayah membutuhkan darah saat dirawat di RS SMC Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
"Saat itu stok darah kosong di semua UTD, dan akhirnya ayah saya tidak tertolong. Meskipun kita tahu usia sudah ada yang mengatur, tetapi tetap saja stok darah seharusnya tersedia bagi yang membutuhkan," kenangnya.
HUT ke-4 UTD PMI Kota Tasikmalaya menurut Ari harus menjadi momentum refleksi bagi seluruh pihak terkait dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya donor darah.
"Diperlukan lebih banyak kampanye, edukasi, serta inovasi dalam strategi pengumpulan darah agar stok darah di Kota Tasikmalaya dapat terpenuhi dengan baik." harapnya
Dengan tingginya partisipasi masyarakat dalam perayaan kali ini, diharapkan gerakan donor darah menjadi bagian dari budaya sosial yang terus berkembang di Tasikmalaya. Sebab, setetes darah yang didonorkan bisa menjadi penyelamat nyawa bagi mereka yang membutuhkan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |