Peristiwa Daerah

Derap Bangkitnya Karapan Sapi, Mimpi Besar untuk Piala Presiden

Senin, 24 Februari 2025 - 13:35 | 39.13k
Suasana penyerahan piala kepada pemilik sapi karapan yang meraih juara. (Foto: Sarifah Latowa/Times Indonesia)
Suasana penyerahan piala kepada pemilik sapi karapan yang meraih juara. (Foto: Sarifah Latowa/Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Siang yang terik, menyapu kerumunan penonton yang seakan tidak sabar menunggu kibasan bendera start, Para butoh sibuk mengatur posisi sapi, joki sudah nangkring di Kleles, lampu start sudah menyala hijau, daan….. Cuuuuuul!!!!

Deru pasangan sapi berpacu, tanah beterbangan. Sorak-sorai membahana. Aroma lumpur bercampur keringat. Inilah Karapan Sapi. Nyawa budaya Madura. Satu-satunya di dunia.

Advertisement

Desa Jebunih, Galis, Bangkalan. Sabtu dan Minggu, 22-23 Februari 2025. Lapangan penuh sesak. Ribuan mata tertuju ke arena. Para pemilik sapi, butoh (perawat sapi) dan joki bersiap. Sapi-sapi terbaik berjajar. Berkilau di bawah sinar matahari. Otot-otot mereka menegang. Napas berat. Tali kendali erat di genggaman.

Di tengah gegap gempita, Mayjen TNI Dr. Farid Makruf berdiri. Matanya tajam. Suaranya lantang.

Karapan-Sapi-2.jpg

"Sejak 1945, Karapan Sapi Piala Presiden sudah digelar. Tapi belum pernah sekalipun Presiden RI hadir." Hening sejenak. Pertanyaan besar ia lontarkan. "Bisakah kita menghadirkannya di Tahun 2025 pada bulan Oktober atau November ini? Bukankah ini saatnya? Para tokoh terdiam. Merenung. Lalu anggukan muncul satu per satu. Ada harapan. Ada kebanggaan. Karapan Sapi bukan sekadar perlombaan. Ia identitas. Ia marwah. Harus dijunjung tinggi.

Bangkit dari Keterpurukan

Dulu. Pandemi Covid-19 dan wabah PMK menghantam. Peternak merintih. Butoh dan joki kehilangan mata pencaharian. Sapi-sapi terbaik terpaksa dijual. Arena kosong. Hanya debu yang menari.

Kini. Alhamdulillah. Karapan Sapi bangkit. Para joki kembali ke lintasan. Peternak mulai tersenyum. Putaran ekonomi bergerak. Harapan tumbuh. 

Harga sapi karapan kembali melambung, sepasang sapi pemenang kerapan Piala Presiden bisa mencapai harga Rp 1 miliar.

Terbaru, dalam karapan kali ini, pasangan sapi “Ancaman Marino” dibeli seharga Rp500 juta dan menjadi juara satu di ajang kerapan hari ini. "Terima kasih, Pak Klebun dan Tuan Rumah Tim Putra Mahkota yg telah menggelar acara karapan ini," ujar Farid. 

"Tahun depan harus diadakan lagi perayaan yang sama ya, budaya ini kalau bukan kita, siapa lagi yg akan melestarikan," tambah Farid.

Ia benar. Tanpa perawatan, budaya bisa punah. Tanpa perhatian, marwah bisa luntur. Tapi Madura tak ingin itu terjadi. Tidak kali ini. Tidak selamanya.

Di antara sorak sorai penonton, ada harapan baru yang tumbuh.

Kerapan-sapi-ss.jpg

Anak-anak kecil duduk di pinggir lintasan, menyaksikan dengan mata berbinar. Mungkin, suatu hari nanti, merekalah penerus para joki yang kini berjaya. Mereka memimpikan hal yang sama. Memacu sapi terbaik. Menjadi juara. Membawa kebanggaan bagi keluarga dan kampung halaman.

Para Juara, Para Pejuang. Mereka bertarung. Mereka bertahan. Mereka menang.

Sapi Pemenang Golongan Atas:

• Ancaman Marino - Kades Kirno, Sumenep

• Setan Balap - H. Hamdan, Bangkalan

• Sonar Muda - H. Syamsuddin, Bangkalan

 

Sapi Pemenang Golongan Bawah:

• Tembak Langsung - RHM. Thohir, Bangkalan

• Jenderal Muda - Misdu, Bangkalan

• Anak Sonar - Fais Jr, Bangkalan

Poin Super Champion 2025 tetap dipegang oleh Tim Gagak Rimang dari Bangkalan keluar sebagai penguasa arena. Lima gelar dengan 101 poin. Tak terbantahkan.

Namun, kemenangan bukanlah segalanya. Ada kebanggaan yang lebih besar. Kebanggaan menjaga tradisi. Kebanggaan mengangkat derajat Madura. Mengingatkan Indonesia bahwa di tanah garam ini, ada perayaan. Ada pertarungan. Ada sejarah yang hidup.

Karapan Sapi bukan sekadar adu cepat. Ini tentang kerja keras. Tentang harga diri. Tentang warisan leluhur yang harus dijaga.

Dan kini, harapan membuncah. Ada tekad yang kuat bahwa tahun ini, Presiden harus datang. Harus menyaksikan. Harus memberi pengakuan.

Madura menunggu. Indonesia menanti.

Kini, semua mata tertuju pada Oktober atau November 2025. Mungkinkah sejarah baru terukir? Mungkinkah Presiden akhirnya hadir menyaksikan perlombaan yang telah hidup selama puluhan tahun?

Rakyat Madura tak akan berhenti berharap. Mereka akan terus berjuang. Agar suatu hari nanti, Karapan Sapi tak hanya dikenal di Madura, tetapi di seluruh Nusantara. Bahkan dunia.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES