Peristiwa Daerah

Bende Mbah Camuluk Bumijawa Iringi 5 Desa Launching Desa Bangga Budaya dan Musda DKD-KT

Senin, 24 Februari 2025 - 14:30 | 25.10k
Haryo Susilo Enthus Susmono Ketua Dewan Kebudayan Daerah Kabupaten Tegal bersama Masfui DPRD Provinsi Jateng dan Replika Bende Camuluk (Foto: Cahyo Nugroho/TIMES Indonesia)
Haryo Susilo Enthus Susmono Ketua Dewan Kebudayan Daerah Kabupaten Tegal bersama Masfui DPRD Provinsi Jateng dan Replika Bende Camuluk (Foto: Cahyo Nugroho/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TEGAL – Pembukaan Musyawarah Daerah atau Musda DKD-KT atau Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Tegal pada Senin (24/2/2025) di Pendopo Amangkurat, Kabupaten Tegal, menjadi momen penting bagi para seniman dan penggiat budaya memperkuat persatuan dalam melestarikan budaya lokal.

Acara pembukaan Musda DKD-KT pertama kali ini sekaligus juga menandai peluncuran program Desa Bangga Budaya bertemakan yaitu, Bareng Mbangun Ekosistem, Bangga Budaya, Tegal Berdaya.

Advertisement

Haryo Susilo Enthus Susmono Ketua DKD KT (Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Tegal) Kepada awak media usai perhelatan pembukaan dan launching Desa Bangga Budaya mengatakan dengan adanya Desa Bangga Budaya menunjukan kepedulian pemerintah akan budaya.

"Ada 5 desa yang masuk dalam kategori Desa Bangga Budaya dengan sebelumnya diadakan kompetisi, jadi 5 (lima) desa ini tidak ada yang ditunjuk tetapi justru hasil dari kompetisi yang diadakan oleh Dewan Kebudayaan sebelumnya," ujar Haryo.

Musda-2.jpg

Disebutkan oleh Haryo Susilo keterlibatan 5 Desa tersebut yakni, Desa Bumijawa, Desa Balamoa, Desa Pagongan, Desa Balapulang Wetan dan Desa Kepunduhan sebagai desa cinema.

"Mereka ke 5 (lima) lolos seleksi yang di gelar oleh DKD-KT kala itu dengan banyak peserta dari desa desa di Kabupaten Tegal sebanyak 281 desa di Kabupaten Tegal dan mereka 5 desa mendapat bantuan masing masing senilai 100 juta rupiah," ujar Haryo Susilo Enthus Susmono yang mengeluti seni wayang sebagai dalang.

Sedangkan Masfui Masduki menambahkan sebagai Dewan Provinsi Jawa Tengah pada media mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendukung sepak terjang DKD-KT untuk terus mengangkat potensi yang ada di desa.

"Kami akan melakukan terobosan untuk lebih mengangkat potensi daerah bersama DKD-KT diantaranya dengan membentuk Metra yaitu Media Tradisional," terangnya.

Menurut Masfui, dengan munculnya Media Tradisional, potensi budaya di masyarakat dapat terangkat dan dikenal masyarakat sekaligus sebagai edukasi bagi generasi muda.

Salah satu daya tarik utama dalam acara ini adalah kehadiran replika Bende Camuluk dari Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

Edi, seorang perangkat desa Bumijawa, menjelaskan bahwa Bende Cemuluk asli hanya diperlihatkan pada bulan Maulid dan disimpan di kediaman juru kunci.

Desa Bumijawa, terletak di kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 1.176 meter di atas permukaan laut, memiliki sejarah unik terkait sumber mata air keramat yang dikenal sebagai Mata Air Bulakan atau Tuk Jimat Kali Bulakan.

Menurut Edi, sejarah ini bermula ketika desa mengalami kekeringan panjang, dan seekor burung kuntul putih terlihat mengais tanah di suatu lokasi.

Setelah tanah tersebut digali oleh burung kuntul lalu ditemukan sebuah gong kecil kemudian mengeluarkan air dan menjadi sumber mata air bagi desa.

Musda-3.jpg

Gong kecil ini dikenal masyarakat sebagai Bende Cemuluk, diyakini milik seseorang bernama Mbah Camuluk, sosok sangat dihormati karena kesalehan dan ilmunya.

Dan hingga kini, sumber mata air Bulakan sangat berjasa bagi warga Desa Bumijawa dan masyarakat Kabupaten Tegal sebagai sumber air minum melalui perusahaan air minum daerah.

Sebagai ungkapan rasa syukur, setiap tahun masyarakat Bumijawa mengadakan tradisi "Jamasan Bende", atau satu prosesi pencucian Bende Mbah Camuluk di Tuk Jimat Kali Bulakan.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada tanggal 10 Rabiul Awal, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Prosesi ini diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh juru kunci.

Tradisi Jamasan Bende di Desa Bumijawa ini tidak hanya bentuk pelestarian budaya, tapi juga simbol persatuan dan rasa syukur masyarakat Desa Bumijawa atas anugerah alam yang telah menopang akan kehidupan mereka. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES