Peristiwa Daerah

Gus Nasrul di SCCR: Ramadan Jadi Pijakan Kebangkitan Penelitian dan Teknologi

Kamis, 13 Maret 2025 - 21:55 | 40.38k
Ketua Pimpinan Pusat Pergunu, DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, (tengah) saat tausiyah Ramadan di Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia, Semarang. (Foto: Gus Nasrul for TIMES Indonesia)
Ketua Pimpinan Pusat Pergunu, DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, (tengah) saat tausiyah Ramadan di Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia, Semarang. (Foto: Gus Nasrul for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (NU), DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA atau yang akrab disapa Gus Nasrul, menegaskan bahwa Ramadan memiliki dimensi strategis dalam mendorong kebangkitan penelitian dan teknologi. 

Hal itu disampaikannya dalam tausiyah Ramadan di Stem Cell and Cancer Research (SCCR) Indonesia, Semarang, Selasa (11/3/2025). Acara ini dihadiri oleh para peneliti, dokter, staf medis, serta sejumlah undangan lainnya.

Advertisement

Menurut Gus Nasrul, umat Islam sudah terbiasa memperbanyak ibadah di bulan suci, seperti membaca Alquran, qiyamul lail, dan shalat malam. 

Namun, di era modern ini, momentum Ramadan juga seharusnya dimanfaatkan oleh generasi Muslim terdidik untuk membangkitkan semangat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Kenapa Ramadan menjadi pijakan kebangkitan penelitian? Karena Ramadan adalah bulan Al-Quran," tegas Gus Nasrul. 

Ia mencontohkan penelitian ilmuwan Prancis, Dr. Maurice Bucaille, yang dalam bukunya La Bible, le Coran et la Science membuktikan korelasi antara ayat-ayat Al-Quran dengan ilmu pengetahuan modern, termasuk dalam penelitian mumi Firaun.

Lebih lanjut, Gus Nasrul mengapresiasi kiprah Prof. Dr. dr. Agung Putra, M.Si Med., pendiri SCCR Indonesia, yang berkontribusi besar dalam penelitian dan pengobatan kanker di Gunung Pati, Semarang. Lembaga ini telah menarik pasien dari berbagai negara, termasuk pejabat tinggi dan menteri yang datang untuk berobat.

Dalam tausiyahnya, Gus Nasrul mengutip Surat Hud Ayat 6:

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."

Menurutnya, ayat ini menegaskan bahwa rezeki setiap makhluk telah dijamin oleh Allah. Namun, di era modern, rezeki itu banyak datang melalui inovasi dan penelitian ilmiah. 

Ia mencontohkan perjalanan Prof. Agung Putra, yang berkat dedikasinya dalam dunia kedokteran, berhasil mendirikan pusat penelitian dengan lebih dari 400 staf yang kini memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

"Andai saja di Jawa Tengah ada sepuluh orang seperti Profesor Agung, sungguh luar biasa dampaknya bagi umat dan bangsa," ujar Gus Nasrul.

Ia juga mencontohkan bagaimana satu inovasi dalam teknologi, seperti mobil, mampu membuka banyak peluang kerja, mulai dari industri manufaktur hingga bengkel dan jasa tambal ban. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian dan teknologi dapat menjadi sumber rezeki bagi banyak orang.

Dalam pandangannya, Imam Ibnu Arobi al-Ma’afiry dalam kitab Qonun at-Ta’wil juga telah menegaskan bahwa Alquran mengandung ribuan ilmu pengetahuan yang belum sepenuhnya terungkap oleh akal manusia. 

Oleh karena itu, Gus Nasrul menegaskan bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat bagi umat Islam untuk menjadikannya sebagai pijakan kebangkitan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan Islam.

"Jika kita ingin maju, maka Ramadan harus kita manfaatkan bukan hanya untuk ibadah ritual, tetapi juga untuk membangun semangat penelitian dan inovasi," pungkas Gus Nasrul. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES