Peristiwa Daerah Mozaik Ramadan 2025

Parikhin, Kakek 85 Tahun Penarik Becak di Pemalang Tetap Puasa di Tengah Terik Matahari

Kamis, 20 Maret 2025 - 17:41 | 14.97k
Parikhin sedang menunggu penumpang di Halte bus jalan Gatot Subroto Pemalang kota. (FOTO: Ragil/TIMES Indonesia)
Parikhin sedang menunggu penumpang di Halte bus jalan Gatot Subroto Pemalang kota. (FOTO: Ragil/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PEMALANG – Di usianya yang sudah menginjak 85 tahun, Parikhin, seorang kakek penarik becak asal Pemalang, Jawa Tengah, tetap setia menjalankan ibadah puasa Ramadan meski harus bekerja keras di bawah terik matahari.

Kakek dengan 8 anak dan belasan cucu ini telah menjalani profesinya sebagai tukang becak selama lebih dari setengah abad. Kisahnya yang penuh ketabahan dan keikhlasan patut menjadi inspirasi bagi umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Advertisement

Parikhin-sedang-menunggu-penumpang-2.jpg

Parikhin ditemui di Halte Jalan Gatot Subroto, Pemalang, pada Kamis, (20/3/2025). Meski tubuhnya sudah terlihat uzur, semangatnya untuk berpuasa tak pernah pudar. “Berpuasa itu urusan hati. Kalau sudah niat, kesulitan apa pun tidak bisa menghalangi,” ujarnya dengan tegas.

Meski harus mengayuh becak di cuaca panas yang membuat keringat bercucuran, Parikhin tetap tegar. Bunyi deritan pedal becak tuanya seolah menjadi saksi bisu perjuangannya mencari nafkah. “Saya sudah narik becak sejak tahun 1960-an, sebelum peristiwa G30S/PKI. Kira-kira sudah 50 tahun lebih, sejak zaman Presiden Soekarno,” kenangnya.

Penghasilan Pas-pasan, Tapi Tetap Bersyukur

Parikhin mengaku penghasilan sebagai tukang becak tidak menentu. Setiap hari, ia mangkal di Halte Jalan Gatot Subroto atau di sebelah utara Pasar Bojongbata, Pemalang. Kadang, ia hanya membawa pulang Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per hari.

Bahkan, tak jarang ia pulang tanpa uang sama sekali karena sepi penumpang. “Saya buka puasa seadanya. Yang penting minum teh panas, makan nggak perlu banyak. Kalau ada anak-anak yang kirim makanan, ya syukur. Kalau nggak, ya ke warung,” ceritanya sederhana.

Meski hidup pas-pasan, Parikhin tetap bersyukur bisa mencari nafkah secara halal. Baginya, puasa bukanlah alasan untuk berhenti bekerja. “Saya sudah terbiasa puasa dari muda. Meski kerja narik becak di jalanan, puasa tetap jalan. Semuanya tergantung niat,” ujarnya.

Kisah Parikhin adalah bukti nyata bahwa ibadah puasa tidak mengenal batas usia atau kondisi. Meski harus berjuang di jalanan, kakek tua ini tetap teguh menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Ketabahan dan keikhlasannya dalam menghadapi tantangan hidup patut menjadi teladan bagi generasi muda.

“Saya hanya ingin menjalani hidup dengan ikhlas. Puasa itu mengajarkan kita untuk sabar dan bersyukur,” tutur Parikhin dengan senyum yang menyejukkan. (Ragil). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES