Peristiwa Daerah

Berkah Lebaran, Panen Raya Jagung Melimpah, Petani Banyuwangi Sumringah

Rabu, 09 April 2025 - 17:24 | 58.21k
Petani milenial asal Dusun Karang Baru Pal 4, Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Febri Yuda Prasetia di ladang jagung. (FOTI: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Petani milenial asal Dusun Karang Baru Pal 4, Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Febri Yuda Prasetia di ladang jagung. (FOTI: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Suasana suka cita Lebaran tahun 2025 ini terasa semakin istimewa bagi para petani di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Bagaimana tidak, berkah panen raya jagung hadir bertepatan dengan momen Hari Raya Idul Fitri, membawa senyum sumringah di wajah para petani. 

Raut wajah gembira para petani di salah satu setra lumbung jagung terbesar di Banyuwangi itu mulai kentara ketika kulit jagung menguning dan siap panen. Hasil melimpah didukung harga jagung yang meningkat menjadi rezeki nomplok yang patut disyukuri.

Advertisement

Hasil-panen-jagung.jpgHasil panen jagung di Dusun Karang Baru Pal 4, Desa Alasbuluh. (FOTO: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)

Petani milenial asal Dusun Karang Baru Pal 4, Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Febri Yuda Prasetia, menjadi salah seorang yang merasakan berkah hasil panen raya jagung tahun ini.

Pria yang juga berprofesi sebagai guru ini mengungkapkan, bahwa kondisi cuaca dengan curah hujan yang cukup baik, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil panen jagung tahun ini menjadi melimpah.

“Hasil panen raya jagung untuk tahun 2025 ini diperkirakan 6 sampai 7 ton per hektar untuk jagung kering sawah,” kata Yuda, Rabu (9/4/2025).

Yang menjadikan petani jagung Desa Alasbuluh merasakan bahagia dan untung adalah, hasil melimpah tersebut dibarengi dengan harga jagung yang naik. Walau tidak banyak, kenaikan sedikit harga jagung tersebut cukup terasa dan tetap disyukuri.

“Harga jagung pipil kering sekarang Rp4.800 per kilo, sedangkan jagung basah Rp3.350 per kilo,” jelas Yuda.

“Harga jagung untuk tahun 2025 memang sedang naik dibandingkan tahun yang lalu, yang hanya Rp3.100 untuk jagung basah dan Rp4.500 untuk pipil jagung kering di tahun 2024,” imbuhnya.

Adapun rata-rata lahan milik petani jagung di Desa Alasbuluh yaitu 1,5 sampai 2 Hektar. Dari luasan tersebut Yuda menerangkan, memakan pupuk sebesar 1 ton termasuk obat hama.

“Dari luasan tersebut, diperkirakan petani jagung biasanya mendapat keuntungan kotor sekitar Rp20 Juta sampai Rp25 Juta,” terangnya.

Walau terbilang cukup menjanjikan melihat hasil yang diperoleh, faktanya tantangan seorang petani jagung juga cukup berat.

Disebutkan Yuda, dalam penanaman jagung faktor yang perlu diwaspadai adalah serangan hama ulat tanah yang sangat meningkat termasuk ulat daun di tahun ini sehingga para petani jagung harus mengeluarkan biaya lebih untuk membasmi hama tersebut.

Selain persoalan hama, kendala lainya adalah minim sumber air karena memang kawasan kering dan biasanya petani memang kerap memanfaatkan curah hujan untuk bertani atau petani tadah hujan.

Yuda mengatakan, persoalan air bisa diatasi dengan dibuatkan sumur bor, hanya saja hingga saat ini masih terkendala biaya termasuk untuk membuat itu. Termasuk minimnya alat-alat rotari.

“Sehingga hal ini membuat petani jagung Desa Alasbuluh khususnya, Dusun Barang baru Pal 4, hanya bisa panen jagung sekali dalam satu tahun, karena hanya dapat memanfaatkan hujan,” jelasnya.

Alat pengering jagung juga menjadi barang langka yang sangat dibutuhkan masyarakat Dusun Karang Baru Pal 4. Dimana alat tersebut dinilai efisien memangkas waktu untuk pengeringan. Sejauh ini masyarakat hanya mengeringkan jagung secara tradisional.

“Karena harga jagung kering bisa lebih mahal, sehingga bisa sedikit membantu meningkatkan hasil panen jagung,” tutur Yuda.

Yuda berharap, adanya bantuan pembangunan sumur bor di kawasan lahan Dusun Karang Baru Pal 4. Hal ini agar lebih bisa mensejahterakan para petani termasuk, membuat panen jagung menjadi 2 kali dalam setahun.

“Dengan digencarkan program Swasembada pangan, pemerintah harus lebih memperhatikan aspirasi dan kebutuhan untuk para petani yang membutuhkan biaya tinggi,” harapnya.

Saat ditanya persoalan pupuk, Yuda mengatakan, tidak ada masalah dan tidak merasa kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

“Alhamdulillah selama ini pupuk tercukupi dan tidak ada kendala,” cetusnya. (*)

 

Pewarta : Anggara Cahya

Editor : 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES