Dari Loreng ke Hijau: Aksi Sertu Tarsipan Tanam 150 Ribu Pohon untuk Selamatkan Bumi

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Di balik seragam loreng yang melekat di tubuhnya, tersimpan semangat hijau yang menyala. Sertu Tarsipan, seorang Babinsa dari Koramil 0806/11 Panggul, bukan hanya penjaga keamanan. Ia juga penjaga bumi. Penjaga air. Penjaga kehidupan.
Semua berawal dari rasa peduli. Dari mata yang jeli membaca tanda-tanda alam. Dari hati yang tak tega melihat tanah rusak dan air yang hilang. Di Kecamatan Panggul, tanah makin rapuh. Longsor sering datang. Banjir tak lagi asing. Dan saat kemarau, air bersih menjadi barang langka.
Advertisement
“Awalnya tahun 2020. Saya lihat hutan di sini mulai gundul. Tanah rusak. Air susah,” ucapnya penuh keprihatinan.
Tak tinggal diam, Sertu Tarsipan memutuskan bertindak. Ia memilih dua jenis pohon, yakni Gayam dan Gondang. Bukan sembarang pohon. Keduanya punya kemampuan unik, akar kuat dan menjaga tanah tetap utuh, menyimpan air dalam tanah, menjadi sumber harapan.
Gayam dikenal sebagai pohon penyimpan air. Gondang, selain berfungsi sama, juga bermanfaat sebagai pakan ternak. Daunnya disukai kambing, akarnya kuat mencengkeram tanah. Ini bukan hanya pohon. Ini solusi.
Bibit demi bibit ia tanam. Ia kemudian menyebarkannya dan membagikannya ke warga tanpa pamrih.
“Saya gratiskan untuk warga. Yang penting mereka tanam dan rawat,” tuturnya penuh ketulusan.
Kini, bibit-bibit itu tumbuh. Tak hanya di Trenggalek. Tapi juga di Pacitan, Ponorogo, Tulungagung, Blitar, Malang, Kediri, hingga Jombang. Jawa Timur hampir separuhnya sudah terhijaukan oleh dedikasi Tarsipan.
Tak berhenti di situ. Gayam dan Gondang juga dikirim ke luar Jawa. Hingga Salatiga, lereng Gunung Merbabu. Sampai Morowali di Sulawesi Barat.
“Saya pernah kirim 1.500 bibit ke Salatiga. Buat reboisasi di sana. Yang paling jauh ke Sulawesi Barat, 100 bibit ke Morowali,” ungkapnya.
Total hingga hari ini lebih dari 150 ribu bibit tumbuh dari tangan seorang prajurit yang tak menyerah pada keterbatasan.
Kerja kerasnya bukan soal angka. Tapi soal dampak. Soal warisan untuk anak cucu. Soal menjaga bumi agar tetap bisa ditinggali.
“Apa yang saya lakukan ini untuk masa depan. Semoga sumber air tetap ada. Semoga bencana bisa dicegah,” harapnya.
Apa yang dilakukan Sertu Tarsipan adalah teladan. Ia mengajarkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Dari satu bibit. Dari satu tekad.
Semangatnya menular. Dedikasinya menginspirasi. Ia bukan sekadar Babinsa. Ia adalah pahlawan hijau.
Belajar dari Sertu Tarsipan, mencintai tanah air bisa dimulai dari mencintai tanah yang diinjak. Dari menanam, dari menjaga, dari memberi tanpa mengharap kembali.
Pohon yang ditanam hari ini akan menjadi naungan bagi generasi nanti. Dan bumi yang kita rawat sekarang, akan menjadi tempat aman untuk masa depan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |