KBA Kampoeng Oase Ondomohen Selalu Jadi Rujukan Pegiat Lingkungan

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Salah satu pionir urban farming di Kota Surabaya, Kampung Berseri Astra (KBA) Kampoeng Oase Ondomohen kerap menjadi rujukan bagi pegiat lingkungan.
Pasalnya, pemandangan menarik nan asri dari berbagai budidaya sumber daya alam untuk ketahanan pangan, disuguhkan kampung yang berlokasi di jantung Kota Pahlawan.
Advertisement
Seperti, daur ulang sampah organik menggunakan magot, budidaya ikan lele dalam selokan, dan utamanya budiddaya tanaman siap pangan menggunakan metode hidroponik.
Hal tersebutlah yang menarik para pegiat lingkungan untuk belajar di KBA Kampoeng Oase Ondomohen. Salah satunya, Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ulum Bata-Bata dari Kabupaten Pamekasan, Madura.
Ketua Rombongan sekaligus Alumni Ponpes Mambaul Ulum Bata-Bata Kabupaten Pamekasan, H. Ismail A. Rohim mengaku bersyukur bisa mengunjungi kampung yang sudah dikenal dengan kredibilitasnya dalam menjaga lingkungan, serta ketahanan pangan di wilayah kota besar seperti Surabaya ini.
"Kami sangat bersyukur, banyak ilmu yang kita peroleh mulai budidaya magot dengan daur ulang sampah organik, dan juga ternak lele. Ada sayuran juga luar biasa," ungkapnya, Senin (14/4/2025).
Menurut Ismail, pilihan KBA Kampoeng Oase Ondomohen sangatlah tepat. Karena di tengah kota besar yang dikenal sangat minim lahan, masih berupaya melestarikan sumber daya pangan dengan berbagai metode budidaya seperti hidroponik.
"Mudah-mudahan di Pondok kami nanti sukses menerapkan ilmu yang kami dapat dari sini. Membudidayakan banyak sumber daya alam. Selain di pondok di rumah, pulang ke rumah, kami juga upayakan lagi. Jadi tidak terlupa nanti kalau di rumah masing-masing warga juga didorong untuk peduli tentang kebersihan, peduli mengolah sampah," ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Pilar Kesehatan KBA Kampoeng Oase Ondomohen Moeshariyani, sangat senang dan bangga apabila kampungnya bisa menjadi inspirasi.
"Ya, Alhamdulillah, kita senang sekali. Tidak nyangka kita kedatangan tamu-tamu dari Pamekasan yang luar biasa. Mereka belajar penghijauan untuk mereka terapkan di pesantrennya," kata Yani, sapaan karibnya.
Menurutnya, rombongan Ponpes Mambaul Ulum Bata-Bata tertarik pada penghijauan tanaman sayur yang dilakukan dengan sistem hidroponik dan infus air metode tetes. Selain itu, sayuran pok coy yang dibudidayakan dan dipanen rombongan ponpes bisa dibuat menjadi puding, dijual, dimasak bersama cap cay, tambahan mi, dan lain-lain.
"Siklus tanam panen sayuran pok coy berlangsung selama tiga bulan. Selama tiga bulan tersebut cuaca dan kondisi lingkungan juga berpengaruh," tutur Yani.
Dalam kesempatan yang sama, Local Champion KBA Kampoeng Oase Ondomohen Adi Candra menyebut, semangat dan antusiasme santri dari lingkungan pondok itu sangat tinggi dalam menjaga dan melakukan pengelolaan lingkungan.
"Jadi kita berbicara soal ketahanan pangan (target SDG's no 2). Kemudian kita berbicara soal SDGs yang ke-11 yaitu kota dan permukiman yang berkelanjutan. Itu penting, kenapa? Karena Pondok Pesantren ini adalah bagian dari sebuah komunitas yang besar. Seluruh Indonesia itu belajar di Bata-Bata. Jika mereka menjadikan kampung ini sebagai role model, kita akan semakin cepat dengan target SDGs yang ada," paparnya.
Adi berharap, hasil kunjungan ini bisa mendekati target pembangunan berkelanjutan (SDG's no 17) untuk pelestarian lingkungan dari berbagai lini.
"Semoga kampung Oase Soroboyo Group, Kota Surabaya, kemudian Madura, terutama Kabupaten Pemekasan dan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata akan semakin dekat dengan target SDGs," tandasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |