Peristiwa Daerah

Pemanggilan Saksi Kasus SMAN 2 Banjar, LBH BPR Berharap Kebenaran Terungkap

Kamis, 17 April 2025 - 22:12 | 27.47k
LBH BPR selaku kuasa hukum keluarga R, pelajar yang meninggal karena loncat ke Sungai Citanduy. (Foto: Susi/TIMES Indonesia)
LBH BPR selaku kuasa hukum keluarga R, pelajar yang meninggal karena loncat ke Sungai Citanduy. (Foto: Susi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANJAR – Babak baru kasus kematian R, pelajar SMAN 2 Kota Banjar yang akhiri hidup di Sungai Citanduy kini memasuki tahap pemeriksaan saksi-saksi di Polres Banjar.

Kuasa hukum keluarga almarhum R, Andi Muhammad Yusuf dan Wahyuni mengungkap pemanggilan para saksi oleh penyidik dalam rangka mengembangkan dugaan kekerasan psikis dan bullying yang dilakukan terlapor A, pembimbing R dalam kegiatan Mojang Jajaka Remaja tingkat sekolah. 

Advertisement

"Saksi yang dipanggil merupakan teman sekolah korban dan karena masih dibawah umur maka mereka didampingi orangtua dan kami dari LBH," tutur Andi, Direktur LBH Benteng Perjuangan Rakyat, Kamis (17/4/2025).

Andi menjelaskan bahwa penanganan hukum R mendapatkan respon positif dari pihak kepolisian Polres Banjar dan pihaknya sangat mengapresiasi hal tersebut.

"Para saksi menjalani pemeriksaan dari pukul sepuluh pagi hingga pukul empat sore. Dari hasil pemeriksaan saksi-saksi, besok akan dilanjutkan dengan agenda pemanggilan ayah bersama sahabat korban," ungkapnya.

Andi berharap dengan pendalaman yang dilakukan Satreskrim Polres Banjar maka dapat membuka tabir misteri tentang penyebab R nekad mengakhiri hidupnya.

Wahyuni selaku Ketua Divisi Perlindungan Perempuan dan Anak LBH BPR mengungkap bahwa dalam pengembangan kasus ini, pihaknya bekerjasama dengan salah seorang psikolog.

"Berdasarkan kesaksian saksi, korban memang curhat sehari sebelum memutuskan mengakhiri hidupnya baik itu kepada keluarganya maupun trman-temannya," terangnya.

Dari pengakuan saksi, ada beberapa pernyataan R di isi chattnya yang lompat dan keluar dari substansi yang sedang di bahas.

"Semoga ini bisa menjadi petunjuk bagi pengungkapan kasus R agar lebih terang benderang," katanya.

Adapun dugaan bulying yang menimpa korban, lanjut Wahyuni, pihaknya menyerahkan kepada pihak penyidik untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.

"Kami menduga depresi yang dialami R terjadi setelah mengenal terlapor sejak aktif di salah satu kegiatan dimana terlapor dihadirkan sebagai juri oleh pihak sekolah. Sebelumnya R tidak memiliki riwayat depresi," tegasnya.

Sementara itu berdasarkan keterangan psikolog anak, Pamela Aprillida Ammarandatu,M.Psi dari Biro Hantari Consulting Jakarta Timur, R diduga alami depresi berat.

"Depresi bisa menjadi pemicu seseorang sampai mengakhiri hidupnya. Salah satu penyebab R meninggal karena adanya tekanan ya dan karena yang bersangkutan sudah meninggal, maka kami akan berkomunikasi dengan keluarga serta orang-orang terdekatnya untuk mendiagnosis depresi yang dialami korban," paparnya.

Terakhir, Pamela menambahkan bahwa R diduga dalam posisi sangat tertekan sehingga akhirnya nekad mengakhiri hidupnya karena kemungkinan adanya suatu kejadian yang menyakiti harga dirinya sebagai seorang laki-laki. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES