Peristiwa Daerah

Kisah Babinsa dan Warga Serang Merawat Sumber Air Pertanian

Sabtu, 19 April 2025 - 17:32 | 14.20k
Babinsa dan Warga Serang Merawat Sumber Air Pertanian. (FOTO: Pendim Blitar for TIMES Indonesia)
Babinsa dan Warga Serang Merawat Sumber Air Pertanian. (FOTO: Pendim Blitar for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BLITAR – Sabtu pagi, mentari baru saja naik. Udara di Dusun Serang masih dingin dan lembap. Tanah berembun. Embusan angin membawa aroma tanah basah dan daun-daun yang gugur. Di antara rimbun pepohonan, terdengar suara cangkul menghantam tanah, gemericik air yang mengalir pelan, dan obrolan ringan penuh semangat.

Di situlah, Sertu Indro Widakdo berdiri. Lengannya digulung. Bajunya basah oleh keringat dan percikan lumpur. Senyum kecil menghiasi wajahnya, meski peluh menetes deras.

Advertisement

Tangannya tak diam. Ia ikut mengangkat rumpun ilalang yang menyumbat saluran air bersama warga Dusun Serang, Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo.

Pagi itu, mereka bergotong royong membersihkan sumber air pertanian. Bukan sekadar kerja bakti. Ini kerja harapan. Kerja hidup.

Babinsa-dan-Warga-Serang-Merawat-Sumber-Air-Pertanian-2.jpg

“Kalau tidak dibersihkan, nanti pas musim tanam airnya nggak cukup,” ujar Indro sambil menarik gulma dari tepi saluran. “Ini bentuk kepedulian bersama. Air ini nyawa petani di sini,” tambahnya.

Sumber air yang mereka bersihkan bukanlah sungai besar. Hanya mata air kecil, mengalir tenang di bawah semak. Tapi dari situlah, aliran penghidupan bagi ratusan petak sawah bermula.

Selama bertahun-tahun, air itu menjadi andalan. Namun kini, salurannya mulai dangkal. Tertutup lumpur, daun mati, dan tanaman liar.

Wajah-wajah warga yang bekerja bersama tampak letih, tapi bahagia. Salah satunya, Bapak Susiali, petani berusia 47 tahun. Ia datang sejak pagi, membawa cangkul dan senyum.

“Senang lihat Pak Babinsa turun langsung,” katanya sambil mengusap peluh. “Bukan cuma menyuruh, tapi ikut kerja. Kami jadi semangat.” tuturnya.

Warga mengenal Sertu Indro bukan hanya sebagai aparat. Tapi juga sebagai bagian dari mereka. Ia hadir di sawah, di balai desa, di masjid, bahkan saat panen dan musim paceklik.

“Beliau itu kayak keluarga,” tambah Susiali pelan, matanya menatap saluran air yang mulai jernih.

Kerja bakti ini bukan kegiatan seremonial. Tak ada panggung, tak ada pengeras suara. Hanya ada gotong royong tulus, dan kesadaran bersama bahwa air adalah hidup. Bahwa menjaga lingkungan adalah tugas semua.

Kapten Czi Gutarno, Danramil 0808/18 Panggungrejo, menyampaikan apresiasinya. “Inilah pembinaan teritorial yang sesungguhnya,” ucapnya. “Babinsa harus menjadi jembatan antara negara dan rakyat. Semangat gotong royong seperti ini harus terus tumbuh.”

Langit makin terik. Tapi semangat di Dusun Serang tak surut. Anak-anak berlarian di pematang. Para ibu menyiapkan teh dan gorengan untuk para pekerja.

Suasana seperti hari raya. Tapi bukan karena pesta, melainkan karena rasa kebersamaan yang menghangatkan.

Di tengah semua itu, Sertu Indro masih mengayunkan cangkul. Sesekali ia berhenti, berdiri menatap aliran air yang mulai lancar. Ada kepuasan dalam diamnya.
“Air ini bukan hanya untuk hari ini,” katanya kemudian. “Tapi untuk besok, untuk anak-anak kita nanti.” Kata-kata itu sederhana. Tapi mengandung makna yang dalam.

Di tengah zaman yang serba cepat, di tengah masyarakat yang kadang lupa arti kebersamaan, di sebuah dusun kecil di Blitar, semangat gotong royong masih hidup. Di sanalah, harapan terus mengalir bening, tenang, dan tak kenal lelah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES