Peristiwa Daerah

Bupati Hamid Sebut Situs Megalitikum Bondowoso Sangat Penting di Bidang Pengetahuan

Senin, 21 April 2025 - 15:04 | 35.78k
Salah satu kompleks situs megalitikum di Desa Pekauman Kecamatan Grujugan Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Salah satu kompleks situs megalitikum di Desa Pekauman Kecamatan Grujugan Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, disebut sebagai surganya megalitik. Hal itu karena banyaknya cagar budaya peninggalan era megalitikum yang ada di Bumi Ki Ronggo. 

Era Megalitikum merupakan periode prasejarah, di mana manusia membuat bangunan dan artefak dari batu besar. 

Advertisement

Situs-situs megalitik ini hampir tersebar di seluruh kecamatan di Bondowoso. Terbesar ada di Desa Pekauman Kecamatan Grujugan. Seperti batu dolmen, sarkofagus, batu kenong dan jenis batu lainnya. 

Menurut Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi Jawa Timur, Blasius Suprapta cagar budaya megalitikum di Desa Pekauman Grujugan ada mulai sejak abad ke 3.

Tradisi megalitik kemudian berlanjut sampai akhir Kerajaan Majapahit. Pada waktu Hindu Buddha berkembang di Majapahit, di Kabupaten Bondowoso masih berkembang kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Sehingga tradisi megalitik di Bumi Ki Ronggo berlangsung paling lama. 

Situs megalitikum di Pekauman Bondowoso merupakan pemukiman di zaman prasejarah. Sehingga cagar budaya yang ditinggalkan sangat lengkap. Belum lagi dari hari ke hari ada temuan baru cagar budaya megalitikum. 

Bupati Bondowoso, Abdul Hamid Wahid, menyadari potensi dan kekayaan cagar budaya tersebut. Bahkan dalam diskusi dengan sejumlah anak muda beberapa waktu lalu, dia menyebutkan ribuan cagar budaya merupakan sesuatu yang luar bisa. 

“Bondowoso punya seribu titik lebih. Saya yakin jika dieksplor bukan hanya berkontribusi pada bangsa dan negara tapi pada dunia, khususnya cagar budaya megalitikum,” kata dia, dalam acara sarasehan bersama anggota DPRD Provinsi Jatim, Ahmad Hadinuddin Sabtu (19/4/2025) kemarin. 

Apalagi dirinya mempunyai gagasan Tridharma Bondowoso, yang akan mengkolaborisikan tiga kekuatan. Yakni kearifan budaya lokal, semangat keilmuan dan dorongan berkontribusi aktif untuk masyarakat. 

“Kita akan mempertemukan pengetahuan di berbagai bidang,” kata bupati yang juga mantan Rektor Universitas Nurul Jadid (UNUJA) tersebut. 

Menurutnya, yang memiliki otoritas untuk melakukan kajian terhadap situs megalitikum dan menyatakan ilmuan yang jernih. 

Oleh karena itu kata dia, penelitian itu sangat penting. Bahkan penelitian bisa dalam bentuk apapun, seperti prosa dan sebagainya, tapi harus ada dasar ilmiahnya. “Pengembangan Ijen yang paling terbuka adalah dari sisi Bondowoso, terutama dari sisi kesejarahannya,” tegas dia. 

Bupati Hamid mengaku akan membuat kesepahaman dan kesepakatan dengan perguruan tinggi, untuk melakukan pengabdian pada Bondowoso, tentang kebermaknaan situs megalitik. 

Menurutnya, dengan mempersiapkan pembangunan jangka menengah, pihaknya bertujuan untuk meletakkan pondasi untuk beberapa tahun ke depan. 

"Kita sedang berkoordinasi dengan instansi terkait. Setelah pondasi selesai, maka akselerasi bisa dilaksanakan,” tegas dia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES