Peristiwa Daerah

Ribuan Santri Arak Bendera 168 Meter, Bupati Pacitan Titip Pesan Persatuan

Selasa, 22 April 2025 - 22:02 | 15.19k
Kirab bender pusaka sepanjang 168 meter dari pendopo Kabupaten Pacitan menuju makam KH Abdul Manan Dipomenggolo Semanten. (Foto: Prokopim for TIMES Indonesia)
Kirab bender pusaka sepanjang 168 meter dari pendopo Kabupaten Pacitan menuju makam KH Abdul Manan Dipomenggolo Semanten. (Foto: Prokopim for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Para santri membentangkan bendera Merah Putih raksasa sepanjang 168 meter. Bendera itu diarak dalam Kirab Panji Negoro menuju Desa Semanten, lokasi pusat acara haul KH Abdul Manan Dipomenggolo Pacitan.

Tradisi ini bagian dari rangkaian peringatan Haul ke-168 pendiri Perguruan Islam Pondok Tremas itu. 

Advertisement

Bentangan bendera raksasa ini menjadi simbol usia haul sekaligus wujud penghormatan kepada K.H. Abdul Manan Dipomenggolo, ulama kharismatik Pacitan yang dikenal sebagai pejuang agama dan bangsa.

Di sela kirab, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji menyampaikan pesan penting kepada seluruh warga, khususnya kalangan pondok pesantren, untuk terus menjaga persatuan, kesatuan, dan ukhuwah Islamiyah.

“Melalui momentum haul ini, mari kita kembali mengingat kisah perjuangan dan jasa-jasa beliau K.H. Abdul Manan Dipomenggolo,” kata Bupati Aji saat memimpin Apel Kirab Panji Negoro di halaman Pendopo Kabupaten Pacitan, Selasa (22/4/2025). 

Ia juga mengajak masyarakat Pacitan untuk bersama-sama mendoakan daerah agar selalu dalam lindungan Allah SWT, dijauhkan dari berbagai bencana, dan pembangunan di Pacitan bisa berjalan lancar.

“Semoga Kabupaten Pacitan senantiasa diberikan keberkahan dan keselamatan, sehingga program-program pembangunan bisa terlaksana menuju Pacitan yang semakin sejahtera bahagia,” lanjutnya.

Kirab Panji Negoro sendiri diawali dengan apel akbar yang diikuti unsur TNI, Polri, Gerakan Pemuda Ansor, santri dari berbagai pesantren di Pacitan, linmas desa, ASN, dan anggota IPSI. Selain Bupati Aji, hadir pula tokoh agama seperti K.H. Muadz Harits Dimyati, Gus Hammam Fathullah HB, K.H. Abdullah Sadjad, jajaran Forkopimda, dan para pimpinan perangkat daerah.

Kirab tersebut membawa Panji Negoro berupa burung Garuda dan bendera Merah Putih yang dikawal menuju Desa Semanten. Selain itu, diarak pula pataka Jer Basuki Mawa Beya, Pataka Pondok Pesantren Tremas dan Kikil Arjosari, Pataka Kecamatan Arjosari dan Pacitan, serta pataka Desa Tremas dan Semanten.

Namun yang menjadi perhatian khusus adalah bentangan bendera Merah Putih sepanjang 168 meter yang dibawa para santri. Angka 168 itu bukan tanpa makna, melainkan menandai usia haul K.H. Abdul Manan Dipomenggolo ke-168 tahun ini.

K.H. Muadz Haris Dimyati yang turut hadir dalam kirab menyebut, haul kali ini tidak hanya jadi peringatan rutin, tapi juga momentum penting untuk merekatkan kembali persaudaraan antarpondok pesantren dan masyarakat.

“Ini bentuk kekompakan dan kepedulian kita dalam menjaga warisan perjuangan simbah K.H. Abdul Manan Dipomenggolo. Semoga ke depan, persatuan di Pacitan semakin kokoh,” ujarnya.

Acara haul dan kirab bendera raksasa itu pun menjadi daya tarik masyarakat yang antusias memadati sepanjang jalur kirab. Banyak warga rela berpanas-panasan demi melihat prosesi unik yang penuh nilai tradisi dan spiritual itu.

Melalui rangkaian kegiatan ini, Haul ke-168 K.H. Abdul Manan Dipomenggolo tak hanya menjadi ritual keagamaan, tapi juga sarana menjaga budaya dan persatuan warga Pacitan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES