Hasil Kolaborasi dengan Unair, Desa di Gresik Kini Ramah Disabilitas

TIMESINDONESIA, GRESIK – Kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah desa terbukti mampu menghadirkan perubahan. Salah satunya terjadi di Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, yang kini dikenal sebagai desa ramah disabilitas.
Bahkan, desa tersebut membentuk kelompok khusus Randuboto Peduli Disabilitas (RPD) di bawah naungan Pemberdayaan (PKK) sejak tahun 2022 silam.
Advertisement
Berkat kerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, desa tersebut menghadirkan layanan pendamping dan pemeriksaan serta terapi kepada disabilitas yang ada di Randuboto dan sekitarnya.
Ketua TP PKK Desa Randuboto Inayatul Fardah mengatakan, pihaknya menghadirkan layanan tiga kali seminggu yang dipusatkan di Balai Desa. Para disabilitas diperiksa rutin dan mendapatkan terapi serta pembelajaran interaktif langsung dari tutornya.
"RPD aktif tiga kali dalam seminggu, yakni setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu. Kami memberikan pendampingan gratis hingga 2024, dan mulai 2025 dikenakan biaya Rp20 ribu per sesi, namun untuk warga asli Desa Randuboto dan anak yatim tetap gratis," jelas Inayatul, Sabtu (10/5/2025).
Kegiatan RPD bersama Unair ini kata Inayatul memberikan tiga layanan utama, yaitu fisioterapi, edukasi, dan terapi wicara. Layanan ini telah menyentuh 15 anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan rincian 7 dari Randuboto dan 8 dari luar desa.
"Selain itu, telah dilakukan skrining awal dan penyuluhan bagi guru serta kader posyandu agar lebih peka terhadap gangguan tumbuh kembang," ujarnya.
Sebagai informasi, Desa Randuboto memiliki lima posyandu aktif, dan RPD diperkuat oleh 11 relawan 9 orang dari Randuboto dan 2 dari luar desa.
Tak hanya Unair, Sejak 2022 pula pihak desa telah menjalin kerja sama (MoU) dengan Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) dalam upaya peningkatan kapasitas dan edukasi.
Perwakilan dari Unair, Prof Imam menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat dengan fokus utama pada deteksi dini tumbuh kembang anak di desa.
"Melalui kolaborasi ini, kami mengajak orang tua, guru, dan kader untuk memahami pentingnya deteksi dini gangguan tumbuh kembang. Jika bisa dikenali lebih awal, anak-anak dapat segera ditangani dan dilatih agar tumbuh dengan optimal," ujar Prof Imam.
Ia menambahkan, dalam proses edukasi ini, pasien menjadi guru, dan dokter serta dosen hanya menjadi perantara ilmu untuk saling berbagi pengalaman.
"Sehingga nantinya kami bisa mendapatkan manfaat, dan desa juga tentunya mendapatkan manfaat," tutup perwakilan Unair Surabaya ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Sholihin Nur |