Peristiwa Daerah

Kopri PC PMII Minta Pemkot Banjar Serius Tangani Kasus Kekerasan

Rabu, 14 Mei 2025 - 20:40 | 7.49k
Langkah strategis diperlukan dalam upaya menekan angka kekerasan seksual dan perceraian di kota Banjar. (Foto: Istimewa)
Langkah strategis diperlukan dalam upaya menekan angka kekerasan seksual dan perceraian di kota Banjar. (Foto: Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANJAR – Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) PC PMII Kota Banjar, Neesha Nurwahidayah kecam aksi kekerasan Seksual terhadap perempuan dan anak.

"Saya mengajak semua pihak serius menyoroti isu sosial yang menimpa perempuan dan anak di Kita Banjar agar tak lagi dipandang sebelah mata," tegasnya saat menghadiri diskusi publik bersama Kepala Dinas Sosial & P3A, Kepala Pengadilan Agama, & Kementerian Agama Kota Banjar, Rabu (14/5/2025).

Advertisement

Sebagai perempuan dan kader pergerakan Neesha merasa sangat prihatin dengan adanya peristiwa seperti itu. Menurutnya, kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak di Kota Banjar menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.

"Dalam tiga tahun terakhir, laporan terbanyak  mengenai anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual, baik secara fisik maupun psikis. Hal ini menimbulkan keprihatinan mendalam dari berbagai kalangan masyarakat," ujarnya.

Tercatat, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terdapat puluhan kasus kekerasan dan pelecehan terhadap anak di Kota Banjar dengan mayoritas korban berada di rentang usia 7 hingga 17 tahun.

"Bentuk kekerasan yang dialami pun bervariasi, mulai dari pelecehan seksual oleh orang terdekat hingga kekerasan verbal dan emosional yang berdampak pada kondisi mental korban," ungkap Neesha.

Ia menilai bahwa faktor lingkungan keluarga, lemahnya pengawasan, dan rendahnya literasi perlindungan anak menjadi penyebab utama maraknya kasus ini.

“Kita menghadapi situasi darurat perlindungan anak. Banyak kasus terjadi di dalam rumah atau lingkungan terdekat korban,” ujar Neesha.

Situasi ini, lanjutnya, merupakan sebuah ironis dan pukulan telak bagi pemerintah Kota Banjar yang pernah meraih Empat kali penghargaan Kota Layak Anak dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), sebuah penghargaan yang seharusnya menjadi barometer dan komitmen dalam mewujudkan lingkungan yang aman, nyaman dan kondusif bagi anak, menurutnya hal ini tidak sebanding lurus dengan penghargaan yang di peroleh pemerintah Kota Banjar.

Kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak memiliki dampak yang sangat serius, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial, diantaranya seperti dampak Fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan pendidikan.

Selain itu, Kekerasan seksual juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan perceraian. Kekerasan seksual dapat menimbulkan trauma psikologis yang mendalam, sehingga membuat pasangan merasa tidak aman dan nyaman dalam hubungan pernikahan.

Hal ini dapat mengganggu stabilitas rumah tangga dan menyebabkan perceraian sebagai jalan keluar dari kekerasan yang dialami. 

Guna mengambil langkah strategis dalam upaya menekan angka kekerasan seksual dan perceraian di kota Banjar, diperlukan peran strategis antar sektor dalam menekan angka perceraian dan kekerasan seksual.

Neesha menyebut bahwa langkah ini mencerminkan kepedulian KOPRI PC PMII Kota Banjar terhadap isu kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.

"Salah satunya dengan mengadakan acara diskusi publik, kajian internal dan edukasi kepada Masyarakat, sebagai langkah konkret untuk menekan angka kekerasan seksual di Kota Banjar," katanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES