Politikus PDIP Kecam Arogansi Bupati Lombok Timur yang Usir Pemandu Wisata Lombok Tengah

TIMESINDONESIA, LOMBOK TIMUR – Sikap arogan Bupati Lombok Timur Haerul Warisin atau Haji Iron, yang mengusir seorang pemandu wisata asal Lombok Tengah dari kawasan Teluk Ekas menuai kecaman. Salah satu kritik keras datang dari politisi PDI Perjuangan, Ahmad Amrullah, yang menyayangkan tindakan tersebut dan menilainya berpotensi merusak hubungan sosial antarwilayah serta citra pariwisata daerah.
Peristiwa itu terjadi usai Haji Iron menghadiri Rapat Koordinasi Pelaku Wisata Blue Zone Tourism dan melakukan peninjauan langsung ke area surfing Teluk Ekas. Dalam momen itu, Haji Iron mendekati salah satu perahu wisata dan menegur seorang guide yang diketahui berasal dari Lombok Tengah.
Advertisement
"Kamu dari Lombok Tengah ya, kenapa kamu parkir di sini? Mana tamumu? Bawa tamumu pulang sana. Bawa pulang, ndak boleh ke sini. Berangkat sana, jalan," kata Haji Iron, belum lama ini.
Lukai Perasaan Masyarakat
Tindakan tersebut memantik reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk anggota DPRD Lombok Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Ahmad Amrullah. Ia menyebut, tindakan Bupati tidak mencerminkan etika kepemimpinan yang baik dan bisa melukai perasaan masyarakat Lombok Tengah.
"Tidak elok, tidak bijak seorang pemimpin menunjukkan sikap demikian. Kita ini NKRI, jangan sampai terpecah belah atas sikap arogan Pak Bupati yang mengusir warga Lombok Tengah yang membawa tamu ke daerah kita," tegas Amrullah dalam keterangannya, Kamis (19/6/2025).
Menurut Amrullah, insiden tersebut telah menyinggung aspek sosial yang sangat sensitif di antara dua wilayah yang selama ini memiliki interaksi erat, baik secara ekonomi maupun budaya.
"Ini menyinggung perasaan masyarakat Lombok Tengah. Takutnya berdampak kepada persoalan sosial yang jauh lebih luas. Warga kita juga banyak yang melaut ke wilayah Awang, Lombok Tengah. Kalau masyarakat di sana bersikap serupa, bagaimana?" ujarnya.
Amrullah menilai, Haji Iron seharusnya memilih jalur komunikasi yang lebih elegan, seperti berdialog langsung dengan Pemkab Lombok Tengah, alih-alih mengambil tindakan sepihak yang justru bisa memperkeruh suasana.
"Itu kan lebih elok. Tidak akan ada kegaduhan. Kalau sudah begini kan jadi membuat masalah sendiri," ucapnya.
Dampak Buruk bagi Pariwisata Lombok Timur
Selain berpotensi merusak relasi sosial, Amrullah juga menyoroti dampak tindakan tersebut terhadap citra pariwisata Lombok Timur.
Menurut dia, pemerintah daerah seharusnya lebih fokus pada pembenahan infrastruktur dan pelayanan wisata, bukan justru menghalangi pelaku wisata yang ingin membantu mempromosikan daerah.
"Bupati Lombok Timur harus menyadari kekurangan. Kita ini masih banyak pekerjaan rumah. Misalnya dari sisi infrastruktur, keamanan, dan aspek penunjang pariwisata lainnya. Sehingga lebih banyak tamu yang menginap di Lombok Timur," jelasnya.
Amrullah menambahkan bahwa wisatawan datang untuk mencari ketenangan dan keindahan alam, bukan untuk menyaksikan konflik atau tindakan sewenang-wenang dari pejabat.
"Wisatawan datang untuk menikmati keindahan, bukan melihat konflik internal. Tindakan itu sangat disayangkan," tegasnya.
Ia menyarankan agar Bupati bisa memanggil dan berdiskusi secara langsung dengan pihak terkait bila menemukan masalah di lapangan.
"Seharusnya dilakukan dengan cara dialog, mengundang pihak-pihak yang terkait untuk menemukan solusi. Ini bisa merusak citra pariwisata Lombok Timur jika terus dibiarkan," pungkas Amrullah.
Insiden pengusiran guide asal Lombok Tengah oleh Bupati Lombok Timur menjadi alarm bagi pentingnya etika dalam kepemimpinan serta pendekatan humanis dalam menangani persoalan antarwilayah. Langkah dialog, koordinasi, dan pembenahan internal semestinya lebih dikedepankan, agar harmoni dan kemajuan pariwisata NTB tetap terjaga. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Sholihin Nur |