Peristiwa Daerah

Seni Keramik Menjadi Ruang Pemulihan Diri

Sabtu, 21 Juni 2025 - 18:22 | 15.36k
Acara Lempung dalam Rasa di Kampung Keramik Dinoyo mengajak peserta membuat kerajinan keramik sebagai ruang ekspresi dan penyembuhan. (FOTO: Asa Creative)
Acara Lempung dalam Rasa di Kampung Keramik Dinoyo mengajak peserta membuat kerajinan keramik sebagai ruang ekspresi dan penyembuhan. (FOTO: Asa Creative)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Ada yang berbeda dari suasana Kampung Keramik Dinoyo, Sabtu (21/6/2025) akhir pekan ini. Bukan sekadar bengkel keramik atau galeri kerajinan, melainkan ruang refleksi emosional yang dibentuk dari tanah liat, warna, dan interaksi manusia.

Melalui program bertajuk "Lempung dalam Rasa", seni keramik dipadukan dengan pendekatan penyembuhan emosional, membuka jalan baru dalam memahami dan merawat kesehatan mental secara lebih inklusif dan membumi.

Advertisement

Acara-Lempung-dalam-Rasa-2.jpg

Program ini digagas oleh Asa Creative—kelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Malang—bekerja sama dengan komunitas pengrajin Kampung Keramik Dinoyo.

Tak hanya diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum, acara ini juga dihadiri berbagai tokoh setempat, mulai dari dosen, lurah, Babinsa, Ketua LPMK, RT, RW, hingga Paguyuban Pengrajin dan Pedagang Keramik Dinoyo serta perwakilan Kelompok Usaha Bersama Keramik Jawa Timur.

Acara-Lempung-dalam-Rasa-3.jpg

Mengusung tema "Meracik Emosi dalam Lempung, Menyusun Ketenangan Lewat Warna dan Bentuk", program ini dirancang sebagai ruang ekspresi dan penyembuhan.

Para peserta diajak menyentuh dan membentuk lempung, memberi warna, serta menciptakan karya yang merefleksikan perasaan mereka—dari kegembiraan, keraguan, hingga ketenangan.

Bagi sebagian peserta, pengalaman ini menjadi pertama kalinya mereka terlibat dalam kegiatan seni yang memiliki dampak psikologis langsung.

“Senang sekali bisa ikut kegiatan ini. Baru pertama kali, dan rasanya menyenangkan bisa bertemu teman-teman baru,” ujar Fikha, salah satu peserta yang terlihat antusias selama lokakarya berlangsung.

Acara ini tak hanya berisi sesi praktik seni, tetapi juga dialog interaktif bersama seniman dan psikolog lokal. Mereka membantu peserta memahami bahwa proses kreatif dalam keramik—menekan, membentuk, menunggu, dan membakar—adalah metafora dari proses menghadapi dan menyembuhkan luka batin.

Sebagai penutup, karya-karya para peserta dipamerkan berdampingan dengan hasil seni dari pengrajin lokal.

Pameran ini menjadi bukti bahwa lempung tak sekadar bahan dasar, melainkan medium untuk menyuarakan isi hati dan menyatukan nilai-nilai budaya, keindahan visual, serta keseimbangan emosional.

"Lempung dalam Rasa" bukan sekadar lokakarya seni. Ia adalah gerakan kecil yang menunjukkan bagaimana tradisi bisa hidup berdampingan dengan kebutuhan modern—dalam hal ini, kesehatan jiwa. Acara ini terbuka bagi siapa saja yang ingin lebih mengenal diri, menyentuh akar budayanya, dan merayakan keindahan yang lahir dari dalam. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES