Peristiwa Daerah

Dispar Kabupaten Malang Dorong Pelestarian Lerok Srudiran Lewat Modul dan Dokumentasi Budaya

Minggu, 22 Juni 2025 - 16:50 | 13.92k
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto bersama Ketua IKA UNS Malang Raya, Pramono saat acara Pasar Kawulo Singhasari, Minggu (22/6/2025).
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto bersama Ketua IKA UNS Malang Raya, Pramono saat acara Pasar Kawulo Singhasari, Minggu (22/6/2025).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto, mengapresiasi pelaksanaan sarasehan budaya dan pertunjukkan Lerok Srudinan di Pasar Kawulo Singhasari, yang digelar di Desa Purwoasri, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Minggu (22/6/2025).

Menurutnya sebuah kegiatan inj mampu menghidupkan kembali seni tradisi Malang Raya, khususnya kesenian Lerok Srudinan.

Advertisement

Menurutnya, Lerok bukan sekadar bagian dari seni pertunjukan, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai sosial dan filosofi kehidupan.

“Di Lerok ada pesan moral, kritik sosial, dan refleksi kehidupan masyarakat. Ini bukan hanya hiburan, tapi warisan budaya yang sangat berharga,” ungkap Suroto saut membuka acara.

Menurutnya, kesenian Lerok, yang berakar dari seni Ludruk khas Jawa Timur, selama ini memang kurang terekspos di tengah gempuran budaya modern.

Melalui Pasar Kawulo Singhasari, tradisi ini kembali ditampilkan di ruang publik sebagai bagian dari pertunjukan budaya yang akrab dengan masyarakat.

Purwoto juga menyampaikan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku seni dalam menjaga keberlangsungan tradisi ini.

Ia mendorong penyusunan modul atau buku ajar tentang Lerok yang bisa menjadi acuan bagi generasi muda, sekolah, dan komunitas seni.

“Kalau tidak didokumentasikan dalam bentuk buku atau modul, kesenian seperti Lerok bisa hilang perlahan. Akademisi bisa berperan menyusun kajian ilmiah dan materi pendidikan, sementara pemerintah siap memfasilitasi pertunjukan dan promosi kesenian ini,” jelasnya.

Untuk itu, Purwoto juga menyampaikan apresiasi kepada Ikatan Keluarga Alumni Universitas Sebelas Maret (IKA UNS) dan para akademisi Universitas Negeri Malang yang mendukung acara ini.

Lerok-Srudinan.jpgPertunjukkan Lerok Srudinan saat pembukaan Saresahan Lerok Srudinan di Pasar Kawulo Singhasari, Minggu (22/6/2025). (Foto: Wahyu Nurdiyanto/TIMES Indonesia)

Tak hanya itu, Purwoto mendukung penuh upaya pendaftaran Lerok Srudinan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ia menyebut pengakuan tersebut sangat penting sebagai langkah awal pelestarian berkelanjutan.

“Warisan budaya seperti Lerok ini adalah identitas kita. Semakin banyak yang tahu, semakin besar peluang untuk melestarikannya,” tambahnya.

Dr. Pramono, S.Pd, M.Or, dosen di Universitas Negeri Malang, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ikut dalam acara ini mendukung dan siap berkolaborasi dalam pembuatan modul atau buku sebagai upaya pelestarian kesenian tradisi.

Pramono juga menekankan pentingnya pengenalan kesenian tradisi kepada siswa sedini mungkin.

Namun, Pramono mengusulkan adanya perubahan pendekatan agar kesenian tradisional seperti Lerok Srudinan bisa diterima kalangan pelajar.

Ia mencontohkan pada penggunaan bahasa Indonesia dan alur cerita yang sekiranya menarik minat pelajar. Tentunya tanpa mengurangi ciri khas Lerok Srudinan.

"Seperti pada parikan-parikannya yang khas harus tetap ada, namun mungkin bisa disesuaikan agar kekinian dan menarik minat pelajar menonton atau mendalami kesenian ini," ucap Pramono yang juga ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Acara Pasar Kawulo sendiri tidak hanya menghadirkan pertunjukan Lerok, tetapi juga diramaikan dengan pameran UMKM, kuliner tradisional, dan workshop budaya. Kegiatan ini dihadiri ratusan pengunjung, termasuk pelajar, pegiat budaya, hingga wisatawan lokal yang ingin lebih dekat dengan seni tradisional Malang.

Dengan semangat gotong royong dan keterlibatan berbagai elemen masyarakat, Pasar Kawulo Singhasari menjadi contoh nyata bagaimana seni tradisi bisa tetap hidup dan relevan di tengah zaman yang terus berubah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES