Muslim Uyghur Xinjiang Dipersekusi? Ini Kesaksian Ketua PBNU Syahrizal Syarif

TIMESINDONESIA, TIONGKOK – Banyak informasi simpang siur viral di medsos terkait kekerasan dan persekusi muslim Uyghur Xinjiang. Mulai dari kamp cuci otak hingga perlakuan yang tak manusiawi. Banyak yang meyakini dan meragukan informasi itu. Kesaksian Ketua PBNU Syahrizal Syarif ini menjawab informasi yang simpang siur tersebut.
Mahasiswa Indonesia di Tiongkok, Budy Sugandi, melaporkan untuk TIMES Indonesia, di kawasan Xinjiang, Syahrizal tidak melihat adanya persekusi atas perbedaan agama atau etnis. Karena memang konstitusi RRC menjamin warganya untuk beragama.
Advertisement
Muslim Uyghur di Xinjiang mendapat pelatihan di lembaga-lembaga vokasi yang dibuat pemerintah China. (FOTO: Istimewa)
Hal ini nyata dengan adanya lebih dari 20.000 mesjid dengan lebih dari 30.000 ulama dan pusat pusat pendidikan Islam. Minoritas diperlakukan dgn baik dan hidup dengan damai.
Keadaan menjadi lain ketika dari tahun 1992 - 2015 terjadi lebih dari 200 serangan kekerasan terorisme. Setidaknya ada 14 serangan bermotif separatisme di Xinjiang. Bahkan di Beijing yang mengubah wajah Xinjiang.
Korban terorisme berjatuhan. Umumnya serangan teroris ini dilakukan oleh organisasi teroris East Turkestan Islamic Movement (ETIM) atau Turkestan Islamic Party (TIP). ETIM ini mempunyai hubungan dengan Al Qaeda, Taliban, dan ISIS.
Irjen Pol (Purn) Arief Dharmawan dari BNPT menambahkan bahwa pemberontakan terhadap pemerintah Tiongkok telah berlangsung sejak lama di Xinjiang. Saat ini, kebanyakan pemimpin mereka berada di pengasingan. Antara lain di Turki, Jerman dan Amerika Serikat.
Tempat penginapan yang layak untuk pelatihan Muslim Uyghur di Xinjiang. (FOTO: Istimewa)
"Kebanyakan gerakan ini adalah gerakan kesukuan yang sekuler, walaupun terdapat beberapa gerakan yang berideologi Islam," ucap Budy mengutip laporan itu.
Apa langkah pemerintah China? Tentu pemerintah China akan melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi terorisme. Seperti Indonesia membentuk Densus 88 dan Amerika membuat Guantanamo.
Namun yang tidak dilakukan negara lain dan dilakukam China adalah langkah pencegahan yang menyentuh akar masalah separatisme dan terorisme. Yakni kemiskinan dan kebodohan.
China membuat pola pencegahan dengan melakukan program yang mahal. Yakni "re-edukasi". "Menurut Arief Dharmawan, program deradikalisasi mereka ini sebenarnya juga mencontoh program BNPT," kata Budy.
Resto di lokasi pelatihan dan pendidikan muslim Uyghur di Xinjiang. (FOTO: Istimewa)
Selanjutnya, warga Uyghur yang dinilai radikal masuk program re-edukasi ini selama 1 tahun di Pusat Pendidikan. Program inilah yang kemudian dinarasikan oleh pihak tertentu sebagai “camp konsentrasi”.
Di Xinjiang ini, Syahrizal mengunjungi 3 pusat re-edukasi. Ia berjumpa dan mewawancarai peserta program vokasional. Diselenggarakan di kampus yang bagus dengan asrama, kantin halal, lapangan olah raga, ruang rekreasi, seragam dan fasilitas pelatihan yang luar biasa.
Mereka belajar selama 5 hari. Sabtu sampai Minggu pulang ke rumah. Mereka belajar bahasa Mandarin, hukum negara, dan memilih 2 keterampilan yang akan berguna untuk masa depannya.
Xinjiang akan menjadi pusat industri baru China di wilayah barat. Wilayah Xinjiang yang kaya sumber alam terutama gas. Xinjiang bagian penting dari kebijakan china "one belt one road" yang menjadi ancaman bagi perdagangan pihak barat. Hal inilah yang mendorong isu Uyghur dikobarkan oleh pihak yang berkepentingan.
Sambutan untuk tamu-tamu yang berkunjung ke wilayah muslim Uyghur di Xinjiang. (FOTO: Isitmewa)
Saat ini kunjungan turis ke Xinjiang, terutama Kashgar, yang merupakan pintu barat Jalur Sutera sudah mencapai 200 juta turis. Baik domestik dan manca negara. Bahkan China membuka kesempatan untuk turis melihat pusat-pusat pelatihan.
Xinjiang saat ini merupakan wilayah otonomi yang berkembang pesat. GDP per capita Xinjiang mencapai USD 7.000. Sementara GDP per capita Indonesia sekitar USD 3.900 (2018).
"Jadi jelas 11 juta warga Uyghur dari 23 juta warga Xinjiang lebih makmur daripada kita. Bagaimana mungkin kita mau #SaveUyghur," ucap Budy mengutip Ketua PBNU Syahrizal Syarif terkait muslim Uyghur Xinjiang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |