Tujuh Masjid Megah di Rusia, Satu Diantaranya Karena Pengaruh Soekarno

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Rusia mempunyai tujuh masjid megah dan menakjubkan karena keunikan desainnya, dan satu diantaranya difungsikan kembali karena pengaruh Presiden RI pertama, Ir Soekarno.
Ketujuh masjid itu adalah masjid Biru Sankt Peterburg, masjid The Heart Chechnya, masjid Kul Sharif, masjid Juma Derbent, masjid Noorda Kamal, masjid Lala Tulip, dan masjid Muskhtarov.
Advertisement
Masjid-masjid ini mempunyai latar belakang sejarah yang luar biasa, sehingga juga menjadikanya destinasi wisata para pelancong.
Inilah 7 masjid termegah di seluruh daratan Rusia seperti dilansir di Russia Beyond :
Masjid Biru Sankt Peterburg Masjid ini dibangun pada 1910 untuk menghormati Emir Bukhara dan sekaligus menandai bergabungnya Asia Tengah dengan Rusia.
Peristiwa ini terjadi di era pemerintahan Tsar Aleksandr III. Kekaisaran Rusia sangat menghormati kepentingan komunitas Muslim yang saat itu berjumlah lebih dari delapan ribu orang. Setelah proyek pembangunan masjid rampung pada 1913, masjid ini menjadi tempat ibadah terbesar di Rusia.
Masjid ini bisa menampung 5000 jemaah. Dua menaranya menjulang setinggi 49 meter dan tinggi kubahnya 39 meter.
Masjid Biru Sankt Peterburg mempunyai kenangan khusus dengan Indonesia. Saat Presiden RI Soekarno berkunjung ke Uni Soviet pada tahun1956, mampir ke masjid tersebut. Namun ternyata, masjid itu telah beralih fungsi menjadi gudang.
Di bawah pemerintahan komunis Uni Soviet, seluruh masjid dan gereja di seluruh negeri waktu itu beralih fungsi menjadi gudang dan beragam kegunaan lain. Masjid Biru, salah satunya, yang dijadikan gudang sejak Perang Dunia II.
Melihat hal ini, Soekarno yang kemudian bertemu Nikita Khrushchev, pemimpin Uni Soviet, membahas kondisi Masjid Biru yang baru ia kunjungi. Soekarno minta masjid ini dikembalikan sesuai fungsinya. Sepuluh hari setelah kunjungan Presiden Soekarno, bangunan tersebut pun kembali menjadi masjid.
Kubah Masjid Sankt Peterburg hampir merupakan tiruan tepat dari Mausoleum Guri Amir di Samarkand, Uzbekistan, yang dibangun pada abad ke-15. Di mausoleum inilah tersimpan abu kremasi Tamerlane sang penakluk Asia Tengah.
Masjid "The Heart of Chechnya" (Jantung Chechnya) dinamai oleh Akhmad Kadyrov, presiden pertama Republik Chechnya. Salah satu masjid terbesar di Eropa ini mampu menampung lebih dari 10 ribu orang.
Luas total kompleksnya 14 hektar. Jika diperlukan, jemaah bisa melaksanakan ibadah salat di galeri-galeri musim panas dan lapangannya. Empat menara setinggi 63 meter yang mengelilingi masjid ini merupakan yang tertinggi di Rusia.
Eksterior dan interior dinding masjid dilapisi marmer. Para pengrajin asal Turki melukiskan kaligrafi yang diambil dari ayat-ayat suci Alquran di sepanjang dinding-dinding masjid. Kaligrafi ini dilukiskan dengan tinta emas kualitas terbaik.
Kemegahan interior masjid juga dapat dilihat dari delapan lampu gantung kristal Swarovski. Untuk menciptakannya, Swarovski menggunakan beberapa ton perunggu dan 2,5 kg emas berkualitas tertinggi.
Masjid Kul Sharif.
Setelah tiga kali penyerbuan awal abad ke-16, barulah tentara Rusia yang dipimpin oleh Grozny (Ivan si Kejam) mampu menaklukkan Kazan, ibu kota negara Kekhanan Kazan.
Menurut salah satu versi kisahnya, pasukan Ivan Grozny merampas dan membawa "Kazan Cap" (mahkota para Khan Kazan) dari Kazan ke Moskow.
Versi kedua menyebut para pembuat perhiasan dari Kekhanan yang ditaklukkan membuat “mahkota” ini khusus untuk sang Tsar Rusia.
Bentuk “Kazan Cap” itulah yang kemudian mengilhami arsitek utama masjid Kul Sharif di Kazan.
Masjid ini didirikan di lokasi bekas menara masjid yang dihancurkan pasukan Ivan Grozny. Masjid ini dibuka untuk merayakan ulang tahun kota Kazan yang ke-1000 dan merupakan salah satu masjid paling spektakuler di dunia menurut Huffington Post, The Wondrous, dan banyak lainnya.
Masjid dengan menara setinggi 52 meter ini mampu menampung 1.500 jemaah. Sementara sepuluh ribu orang lain bisa ditampung di alun-alunnya. Pendanaan pembangunan masjid yang diperkirakan mencapai 400 juta rubel ini sepenuhnya didapatkan dari sumbangan.
Di aula utama masjid, ada buku-buku yang mencantumkan nama empat puluh ribu orang dan organisasi penyumbangnya.
Masjid Juma Derbent, merupakan masjid tertua di Rusia dan CIS (Persemakmuran Negara-negara Merdeka).
Derbent adalah satu kota tertua di dunia yang didirikan pada 438 M. Masjid Juma dibangun pada tahun 773 M. Sesuai namanya, masjid ini dibangun untuk menampung warga kota menjalankan ibadah salat Jumat. Jangan heran jika bangunannya adalah yang terbesar di Derbent pada masa itu.
Akibat gempa pada abad akhir ke-14, masjid tertua di Rusia ini mengalami rusak parah sehingga harus dilakukan restorasi besar-besaran. Sayangnya, selama berlangsungnya kampanye ateis pada 1930-an, masjid ini ditutup, bahkan beralih fungsi menjadi penjara kota.
Uni Soviet adalah negara pertama yang melakukan penghapusan agama dan menggantinya dengan ateisme universal sebagai tujuan ideologis.
Rezim komunis menyita berbagai properti agama, menertawakan agama, melecehkan orang-orang yang masih berpegang pada keimanan, dan menyebarkan paham ateisme di sekolah. Penyitaan aset agama sering kali didasari atas tuduhan akumulasi kekayaan secara ilegal.
Fungsi Masjid Juma sebagai tempat ibadah ini baru dikembalikan pada pertengahan abad ke-20 yang sekaligus menandai pemulangannya kepada Dewan Ulama Derbent. Saat ini masjid megah ini masuk dalam ke dalam daftar warisan budaya dunia UNESCO.
Masjid Noorda Kamal. Masjid ini adalah salah satu bangunan paling indah di kota Norilsk, Arktik.
Masjid ini juga terdaftar dalam Guinness Book of Records sebagai masjid yang letaknya paling utara di dunia. Desain masjid ini sangat khusus, berbeda dari masjid lain di dunia sebab dibangun menyesuaikan dengan kondisi cuaca dan iklim ekstrim di wilayah Utara Jauh Rusia.
Contohnya menara Norilsk. Tak seperti menara-menara masjid lain pada umumnya. Menara Masjid Noorda Kamal justru bersegi. Hal ini didasarkan fakta bahwa dengan membangun dinding seperti itu, batu bata tidak akan membeku dan lebih tahan terhadap hembusan angin.
Masjid ini dibangun oleh pengusaha Mithada Bikmeyeva, seorang etnis Tatar yang lahir di Norilsk. Masjid ini dinamai Noorda Kamal untuk menghormati ayahnya, Nuritdin, dan ibunya, Gaynikamal.
Masjid Lala-Tulip, lengkapnya masjid Agung-Madrasah Lala-Tulip adalah pusat kegiatan muslim di Republik Bashkortostan. Masjid ini dibangun berkat sumbangan pemerintah dan umat Islam.
Masjid ini menarik karena desain arsitekturnya. Bentuk dan warna bangunan utamanya mirip bunga tulip yang mekar. Puncak kedua menaranya menyerupai tunas.
Kemiripannya memang sengaja dibangun seperti itu. Bunga tulip adalah simbol bangsa Turk dari zaman kuno. Menurut legenda Bashkir, kebahagiaan terletak di dalam kuncup bunga tulip yang belum mekar.
Lala-Tulip bisa menampung hingga 1000 jemaah, dan menaranya yang setinggi 53 meter menjadikannya masjid tertinggi ketiga di Rusia, setelah Masjid Jantung Chechnya (63 meter) dan Kul Sharif (57 meter).
Masjid Mukhtarov atau Masjid Sunni berdiri di tepi kiri Sungai Terek adalah salah satu simbol Vladikavkaz, ibu kota Republik Ossetia-Alania Utara.
Masjid ini dibangun pada tahun 1905 dan selesai dalam waktu tiga tahun. Murtaza Agha Mukhtarov, jutawan minyak dari Baku, membiayai pembangunan masjid ini karena istrinya berasal dari Vladikavkaz.
Masjid ini dibangun dengan gaya Mesir. Ini terlihat dari arsitekturnya yang menyerupai Universitas Al-Azhar yang terkenal itu. Masjid ini dibangun dari batu kapur putih yang dibawa dari pinggiran kota Baku.
Ketika kampanye atheis berlangsung, dewan kota Soviet memutuskan untuk menghancurkan masjid ini pada tahun 1934. Sebagai tanggapan atas perintah tersebut, Komandan Kompi Tatar XXV Y.I, Betkenev memerintahkan anak buahnya untuk melindungi masjid ini.
Pemerintah akhirnya menyerah dan memberikan status monumen arsitektur kepada masjid yang megah ini.
Itulah tentang tujuh masjid megah dan menakjubkan di Rusia karena keunikan desainnya, dimana satu diantaranya difungsikan kembali karena pengaruh Presiden RI pertama, Soekarno. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Widodo Irianto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |