Sawah Rojo, Inovasi Art Farming di Kota Batu

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sawah Rojo adalah sebuah ikon wisata pertanian baru yang memadukan teknologi dan seni. Destinasi wisata baru ini terletak di Desa Pesanggrahan Kota Batu, tepatnya di belakang Gedung Among Tani Pemerintah Kota Batu, Jawa Timur.
"Lokasi berupa hamparan lahan hijau dengan sudut padang melingkar 360 derajat, sungguh menakjubkan," ujar Founder Sawah Rojo, Herman Aga kepada TIMES Indonesia beberapa waktu lalu.
Advertisement
Herman mengatakan Sawah Rojo Art Farming menawarkan kepada masyarakat untuk mengikuti kegiatan edukasi dan pengalaman bercocok tanam (Farming Education & Experiences) seperti menanam bibit, merawat lahan hingga memanen hasil pertanian pada lahan hamparan seluas 4000 meter. Sawah Rojo Art Farming juga menawarkan konsep sewa kelola lahan.
Herman menjelaskan konsep Sewa Kelola Lahan ini sebagai alternatif solusi bagi permasalahan petani saat ini. Biasanya saat panen raya tiba, bisa dipastikan harga hasil pertanian anjlok, dan harga dimainkan tengkulak. Melalui program sawah rojo diharapkan ada kepastian bayar di muka dari para member yang menjadikan aktvfitas berkebun sebagai rekreasi keluarga.
"Dengan adanya konsep yang kongkrit ini petani tidak akan lagi menjual lahan nya untuk dijadikan perumahan, dan praktis alih fungsi lahan tidak akan terjadi. Banyak petani yang mengaku bahwa untuk mengerjakan lahan seluas 1.000 meter persegi dengan cara konvensional , hasilnya sangatlah tidak mencukupi, namun melalui program Sawah Rojo Art Farming , penghasilan petani bisa tumbuh signifikan," jelasnya.
Sementara itu Co Founder Sawah Rojo, Andi Antono mengatakan manajemen menerapkan sistem membership “Sewa Kelola Lahan” dengan berbagai paket ukuran lahan yaitu Luas 50 Meter Persegi dengan harga sewa Rp 3 juta dan Luas 100 Meter Persegi dengan harga sewa Rp 5 juta dengan masa sewa selama tiga bulan. Selama masa sewa sudah dihasilkan sayuran dan buah-buahan siap panen dan sepenuhnya adalah hak para member.
"Dengan harga paket Sewa Kelola Lahan tersebut para member sudah mendapatkan fasilitas perawatan lahan selama tiga bulan, tersedia 27 lebih varian tanaman seperti varian tomat, varian cabe, varian wortel, varian jagung, paprika, kacang panjang, terong ungu, okra, padi merah, kubis, pacoi, kailan, andewi, slada krop dan masih banyak lagi dan tentunya sangat menyehatkan tubuh bila dikonsumsi, dan khusus para member berhak mendaptan Free Lunch ala desa setiap bulannya," jelas Andi.
Para member yang hadir tentunya akan membawa jejaring baru bagi petani, sangat dimungkinkan adanya peluang kerjasama lebih jauh lagi dengan petani seperti terbukanya akses pasar langsung hingga kerjasama strategis lainnya yang bersifat Business To Business (B2).
"Transfer knowledge juga akan terjadi secara alamiah, saling tukar pengalaman dan keilmuan antara para member dengan petani, baik dalam hal alih teknologi pertanian hingga kisah - kisah kehidupan lainnya," tuturmya.
Inspirasi dari para member yang mempunyai latar belakang profesi beragam diharapkan menjadi motivasi bagi petani muda di desa untuk berkarya di tanah kelahirannya sendiri, tidak perlu berkarir ke kota, sebab banyak potensi desa bila dioptimalkan akan menjadi pusat perekonomian yang luar biasa dan tetap ramah lingkungan, menjaga konservasi lahan dan senantiasa mempertahankan kearifan lokal.
Ifan Desprantika sebagai Inisiator Otomatisasi Pertanian Sawah Rojo menjelaskan Sawah Rojo Art Farming sebagai manajemen professional tengah melibatkan generasi millenial desa sebagai petani muda yang siap meneruskan perjuangan nenek moyangnya dalam menjaga ketahanan pangan, tentunya dengan model pertanian kekinian.
"Semangat ini terus di dorong oleh berbagai pihak, termasuk peran Ibu Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko yang tiada henti mensupport generasi penerus petani sebagai petani millennial yang tangguh, dan tentunya telah dipersiapkan program “Inkubasi Bisnis Teknologi Kreatif” yang didukung oleh para mentor berpengalaman untuk meng Upgrade Skills para petani millennial demi mewujudkan visi pertanian desa yang berdaulat," ujar Ifan
"Petani millennial akan di bekali dengan mindset industri 4.0 seperti Internet Of Things, Big Data, Artificial Intelligent, Robotic hingga Cloud Computing. Tidak zaman nya lagi membajak sawah dibawah terik matahari, tidak perlu lagi susah payah buka lapak di pasar pagi, tidak perlu risau lagi dengan tengkulak jahat, kini Petani Millennial tetap keren bertani dengan Teknologi Digital," tambahnya.
Optimasi lahan di kawasan desa sangat berpotensi menjadi bahan konten kreatif , dan hal ini sudah dilakukan generasi muda asal desa sekitar di Kota Batu seperti menjadikan kawasan desa menjadi latar set lokasi film (komunitas sinema Mbatu Adem), mewujudkan e-commerce pertanian (Tuku Nuku Market Place Lokal Batu) , platform logistics (KuLo/ Kurir Lokal) dan segera hadir Inkubator Mayangsari dari BUMDES Pesanggrahan, dan tentunya akan banyak konten kreatif lainnya.
"Hal ini tentu menggembirakan semua pihak, bawa dimulai dari kemandirian Petani Millennial Desa maka kesejahteraan negeri ini akan terbangun dengan kuat. Konsep Sawah Rojo ini bisa di akses melalui internet di sawahrojo.com, sehingga program yang di dedikasikan kepada petani ini diharapkan menjadi inspirasi dunia," jelasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |