Seorang Gembala Selamatkan 6 Pelari Ultramarathon China

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Seorang gembala, Zhu Keming di Gansu, China, dikabarkan sempat menyelamatkan 6 orang pelari ultramarathon dengan memasukkan kedalam goa ketika hujan mulai turun dan suhu anjlok.
Diketahui lomba lari ultramarathon itu membuat 21 pelari meninggal dunia setelah tiba-tiba cuaca ekstrem, hujan es dan suhu anjlok menyerang route mereka.
Advertisement
Zhu Keming, seperti dilansir di BBC mengatakan, dia sedang merumput pada hari Sabtu di provinsi utara Gansu ketika peristiwa itu terjadi.
Di dekatnya, perubahan cuaca yang tiba-tiba telah membuat para pelari terjebak dalam lomba lari lintas alam sejauh 100 km (60 mil).
Zhu sendiri berlindung di sebuah gua tempat dia menyimpan makanan dan pakaian darurat. Tetapi pada saat ia berada di dalam goa, dia melihat seorang pelari yang terserang.
Penggembala itu mengatakan kepada media pemerintah China, bahwa dia mengantar pelari ke dalam gua, memijat tangan dan kakinya, dan menyalakan api untuk mengeringkan pakaiannya.
Empat pelari lainnya yang tertekan juga berhasil masuk ke dalam gua dan memberi tahu penggembala bahwa yang lainnya terdampar di luar, beberapa tidak sadarkan diri, lapor kantor berita AFP.
Dengan menantang hujan es dan suhu beku, Zhu Keming pergi mencari dan menyelamatkan pelari lain yang terserang.
"Saya ingin mengatakan betapa bersyukurnya saya kepada orang yang menyelamatkan saya," tulis seorang pelari yang diselamatkan, Zhang Xiaotao di situs media sosial China, Weibo.
"Tanpa dia, saya akan ditinggalkan di luar sana," katanya.
Zhu akhirnya menyelamatkan tiga pria dan tiga wanita, menurut laporan itu.
Zhu mengatakan kepada media pemerintah, bahwa dia hanyalah orang biasa yang melakukan hal yang sangat biasa.
"Masih ada beberapa orang yang belum bisa diselamatkan," ujarnya. "Ada dua pria yang tak bernyawa dan aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mereka. Maafkan aku," katanya kemudian.
Perlombaan kontroversial itu telah menjadi sumber kemarahan di China setelah penyelenggara tampaknya mengabaikan peringatan cuaca ekstrem.
Balapan dihentikan dan operasi penyelamatan besar-besaran diluncurkan setelah laporan bahwa beberapa dari 172 pelari hilang.
Banyak pelari yang terdampar dilaporkan menderita hipotermia, dan tersesat di rute karena hujan lebat dan hujan es memengaruhi jarak pandang.
Di antara 21 peserta yang meninggal dunia adalah Liang Jing, salah satu atlet ultramaraton paling berprestasi di China. Liang digambarkan memulai balapan hanya dengan celana pendek, jaket tipis, dan topi bisbol.
Pelari berusia 31 tahun itu telah memenangkan banyak balapan jarak jauh di China, termasuk Ultra Gobi pada 2018 - balapan 400 km melalui gurun Gobi.
Korban lain adalah Huang Guanjun, 34, mengalami gangguan pendengaran dan tidak dapat berbicara, kata laporan. Dia dikenal karena memenangkan maraton tuna rungu putra di National Paralympic Games 2019 China.
Peserta yang selamat dari ultramarathon di Gansu, China mengatakan prakiraan telah mengindikasikan akan ada angin dan hujan, tetapi tidak ada yang seekstrem apa yang mereka alami. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |