Peristiwa Internasional

Kala Yusuf Al-Qaradawi Bercanda Soal Tahun Lahirnya yang Sama dengan NU

Selasa, 27 September 2022 - 08:41 | 19.04k
Cendikiawan muslim Mesir Yusuf Al-Qaradawi saat masih hidupnya. (FOTO: Getty Images)
Cendikiawan muslim Mesir Yusuf Al-Qaradawi saat masih hidupnya. (FOTO: Getty Images)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Cendikiawan muslim Mesir Yusuf Al-Qaradawi wafat kemarin sore pada usia ke 96 tahun. Kepergian ulama Islam ternama tersebut juga disampaikan oleh Twitter resminya @alqaradawy.

"Telah berpulang ke rahmatullah, yang mulia  Syahikh Yusuf Al-Qaradawi. Beliau telah memberikan hidupnya untuk menjelaskan hukum-hukum Islam dan membeli umat Islam," demikian bunyi pernyataan akun tersebut.

"Semoga Allah mengangkat derajatnya di derajat tinggi. Dan mengumpulkannya dengan para nabi, shiddiqun, syuhada dan orang-orang soleh. Semoga penyakit dan musibah yang menimpanya meninggikan derajatnya," jelasnya.

Pandangan soal NU

Saat masih hidupnya, Yusuf Al-Qaradawi pernah berkunjung ke Indonesia. Itu saat masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Penulis buku terproduktif tersebut salah satunya mengunjungi kantor organisasi Islam terbesar di dunia yakni PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Kunjungan yang berlangsung Kamis (11/1/2007), Yusuf Al-Qaradawi disambut hangat secara langsung oleh Ketua Umum Kiai Hasyim Muzadi, Kiai Said Aqil Siradj, Kiai Ma'ruf Amin, Kiai Maghfur Utsman, dan Kiai Nazaruddin Umar.

Dalam sambutannya, Kiai Ma'ruf Amin melontarkan candaan kepada Yusuf Al-Qaradawi. Kata pria yang kini menjadi wapres RI itu, di Indonesia nama Yusuf Qaradawi dipanggil secara salah kaprah, Yusuf Qordhawi.

"Padahal kalau dibahasa Indonesia kan, artinya itu 'tukang kritik '. Jadi yang benar Qaradawi," kata Kiai Ma'ruf Amin disambut tawa Yusuf Al-Qaradawi dan para hadirin saat itu dikutip dari NU Online, Selasa (28/9/2022).

Sementara itu, Yusuf Al-Qaradawi mengatakan, dirinya lahir bersamaan dengan NU, yakni tahun 1926. "Berarti saya ini NU," katanya saat itu.

Diketahui, NU didirikan oleh Kiai Hasyim Asy'ari pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Sedangkan Yusuf Al-Qaradawi lahir 9 September 1926 di Saft Turab, Mesir. Yusuf Al-Qaradawi menyampaikan, dirinya pertama mengenal NU saat Kiai Idham Kholid berkunjung ke Universitas Al-Azhar, Mesir.

Yusuf Al-Qaradawi mengharapkan agar NU menjadi pembangkit bagi pergerakan Islam di Indonesia dan dunia. Ia mengatakan, Indonesia sebagai muslim terbesar di dunia berpotensi 'memenangkan' dari tekanan dunia internasional.

"Tapi tanpa mesin penggerak semua itu tidak akan bisa jalan. Ada satu kekuatan lagi yang lebih besar dimiliki oleh NU yakni kekuatan rohani," jelas Yusuf Al-Qaradawi

Ia pun mengaku bangga dengan model Islam moderat yang dilakukan oleh NU. Sistem pengambilan hukum Islam dalam NU yang mengambil salah satu dari empat Mazhab Fiqih dan sistem berteologi dengan mengikuti dua mazhab besar yang diterapkan secara longgar memberikan ruang untuk saling bertoleransi dengan kelompok Islam lainnya.

"Dengan toleransi kita akan bisa bersatu dan memperkecil perbedaan. Dengan toleransi kita akan bisa menyatukan barisan untuk membantu umat Islam di Palestina dan Irak. Saya juga sepakat dengan Kiai Ma'ruf Amin, bahwa umat Islam adalah umat yang mengambil jalan tengah," ujar Yusuf Al-Qaradawi saat itu.

Selain itu, Rais Syuriyah PBNU saat itu, Kiai Maghfur Utsman saat itu juga melontarkan candaan pada Yusuf Al-Qaradawi. Menurutnya, jika Yusuf Al-Qaradawi lahir di Indonesia, dipastikan akan jadi warga NU juga.

"Kalau Syekh Qaradlawi lahir di Indonesia pasti menjadi warga NU. Dan beliau kayaknya punya bakat untuk menjadi rais syuriyah," ujarnya diikuti tawa Yusuf Al-Qaradawi dan para hadirin.

Sekilas Yusuf Al-Qaradawi

Ia lahir pada 9 September 1926 di Mesir. Lalu pindah ke Doha, Qatar karena adanya konflik. Ia dikenal karena programnya 'Syariah dan Kehidupan'. Disiarkan di Al Jazeera. Selain itu, ia juga dikenal dari web IslamOnline.

Yusuf Al-Qaradawi termasuk ulama Islam yang produktif dalam menulis. Buku pentingnya setidaknya sudah pernah terbit 120 buku. Atas dedikasinya, ia pernah penerima delapan penghargaan internasional atas kontribusinya pada keilmuan Islam.

Yusuf Al-Qaradawi juga memiliki peran penting dalam kepemimpinan organisasi Ikhwanul Muslim. Sebagai organisasi politik Mesir. Namun belakangan, ia menyatakan sudah tak lagi menjadi anggota organisasi tersebut.

Beberapa ulama, Yusuf Al-Qaradawi dipandang sebagai sosok ulama yang menganut Islam moderat. Beberapa pandangannya, seperti memaafkan pemboman bunuh diri Palestina terhadap Israel. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES