Pengawal Revolusi Iran Serang Pangkalan Kurdi Iran dengan Rudal dan Drone, 13 Orang Meninggal Dunia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengawal revolusi paramiliter Iran, Rabu (28/9/202) menyerang dengan menggunakan rudal dan drone terhadap militan di wilayah dekat Irbil dan Sulaimaniya di Kurdistan, Irak utara, 13 orang meninggal dunia dan 58 lainnya terluka.
Kantor berita negara Irak mengutip layanan kontra-terorisme di Kurdistan menyebutkan, serangan itu dilaporkan setelah pihak berwenang Iran menuduh pembangkang bersenjata Kurdi Iran terlibat dalam kerusuhan yang sekarang mengguncang Iran.
Advertisement
Terutama di barat laut dimana sebagian besar penduduk negara itu berpenduduk lebih dari 10 juta orang Kurdi tinggal.
Sumber Kurdi Irak mengatakan, serangan pesawat tak berawak itu menargetkan setidaknya 10 pangkalan Kurdi Iran di dekat Sulaimaniya di Kurdistan Irak pada Rabu pagi, tanpa merinci tentang kemungkinan korban.
Dilansir Arab News, Komando Pusat Angkatan Darat AS mengatakan, telah menjatuhkan sebuah pesawat tak berawak Iran pada hari Rabu ketika sedang dalam perjalanan ke Irbil.
Disebutkan bahwa pesawat tak berawak itu merupakan ancaman bagi personel AS di wilayah tersebut.
"Tidak ada pasukan AS yang terluka atau tewas akibat serangan itu dan tidak ada kerusakan pada peralatan AS," katanya dalam sebuah pernyataan.
Seorang anggota senior Komala, sebuah partai oposisi Kurdi Iran di pengasingan mengatakan kepada Reuters, bahwa beberapa kantor mereka juga diserang.
Walikota kota Kurdi Irak Koye, Tariq Haidari mengatakan kepada Reuters, bahwa dua orang termasuk seorang wanita hamil tewas dan 12 terluka.
"Beberapa dari yang terluka itu dilarikan dalam kondisi kritis ke rumah sakit di Irbil," katanya.
Pengawal Revolusi, pasukan elit militer dan keamanan Iran mengatakan, setelah serangan itu, mereka masih akan terus menargetkan apa yang disebut teroris di wilayah tersebut.
"Operasi ini akan berlanjut dengan tekad penuh kami sampai ancaman itu berhasil diberantas secara efektif, basis kelompok teroris dibongkar, dan otoritas wilayah Kurdi memikul kewajiban dan tanggung jawab mereka," kata Garda dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi pemerintah.
Juru bicara kementerian luar negeri Irak mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, bahwa kementerian akan memanggil duta besar Iran untuk memberitahunya tentang keberatan Irak terhadap serangan di wilayah Irak dan bahwa Irak menganggap tindakan ini sebagai pelanggaran kedaulatan.
Protes meletus di Iran bulan ini atas kematian seorang wanita muda Kurdi Iran, Mahsa Amini, dalam tahanan polisi.
Amini, 22, dari kota Kurdi barat laut Saqez, ditangkap polisi moralitas Iran pada 13 September 2022 di ibukota Teheran karena “berpakaian yang tidak sesuai”.
Pihak berwenang mengatakan dia kemudian mengalami stroke saat dalam tahanan dan meninggal di rumah sakit pada 16 September 2022.
Kematian Amini itu kemudian memicu demonstrasi besar-besaran pertama tentang oposisi di jalan-jalan Iran sejak pihak berwenang menghancurkan protes terhadap kenaikan harga bensin pada 2019.
Protes yang meletus di banyak bagian Iran bahkan sampai memasuki hari ke-11 pada hari Selasa, dimana pihak berwenang juga terus membatasi akses ke internet.
Dalam wawancara dengan media lokal, keluarga Amini menolak klaim pihak berwenang bahwa dia menderita stroke, dan mengatakan dia mungkin telah dipukuli. Investigasi negara atas penyebab kematiannya diperkirakan akan memberikan hasil dalam beberapa minggu.
Sementara itu, seperti dilansir Al Jazeera, protes itu dimulai dari kampung halaman Amini di Saqqez di provinsi Kurdistan kemudian menyebar ke sebagian besar dari 31 provinsi Iran. Puluhan orang diyakini tewas dan sejumlah orang tak dikenal ditangkap. Pihak berwenang belum merilis angka resmi.
Berdalih "alasan keamanan", pihak berwenang kemudian memberlakukan pembatasan internet yang ketat yang melarang akses ke media sosial dan platform perpesanan dan menjadi lebih terbatas mulai sore hari.
Tetapi ratusan klip protes sporadis terus keluar setiap hari, di mana para demonstran terdengar meneriakkan slogan-slogan anti-kemapanan. Dalam beberapa video, terlihat para wanita membakar hijab dan memotong rambutnya.
Amerika Serikat, Uni Eropa dan organisasi hak asasi manusia telah mengutuk penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. AS juga telah menjatuhkan sanksi pada polisi moralitas atas dugaan pelanggaran dan kekerasan terhadap perempuan dan demonstran.
Ada juga demonstrasi di luar Iran untuk mendukung protes hampir dua minggu itu dengan sejumlah selebriti internasional juga menyatakan solidaritas.
Di dalam Iran sendiri sejauh ini ada dua demonstrasi tandingan yang diorganisir oleh negara untuk menyatakan dukungannya terhadap pendirian tersebut.
Pihak berwenang telah mencela "kerusuhan" di mana properti publik telah dibakar. Mereka juga mengatakan elemen "anti-revolusioner" yang dipandu oleh kekuatan asing mendorong gerakan-gerakan ini.
Presiden Ebrahim Raisi dan pejabat tinggi lainnya telah berbicara di telepon dengan keluarga beberapa petugas polisi dan anggota pasukan paramiliter Basij yang terbunuh selama protes. Para petugas ini juga menerima pemakaman yang didukung negara.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) menyerang posisi di wilayah Kurdi di Irak utara setidaknya empat kali selama beberapa hari terakhir, dan terbaru hari Rabu mereka menyerang dengan menggunakan rudal dan drone yang menewaskan 13 orang dan melukai 58 orang Iran lainnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |