Amerika Serikat: Iran Berbohong Soal Pasokan Drone Kamikaze ke Rusia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Amerika Serikat mengatakan, Iran telah berbohong ketika mengaku tidak memasok drone yang digunakan dalam serangan Rusia di Ukraina.
"Ada banyak bukti penggunaannya oleh Rusia terhadap target militer dan sipil," kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam sebuah pengarahan.
Advertisement
"Anda semua juga telah melihat laporan pagi ini tentang apa yang tampaknya merupakan serangan pesawat tak berawak Iran di pusat kota Kyiv. Namun Iran terus berbohong tentang ini," katanya. "Mereka tidak jujur," tambahnya.
Dia juga mencatat bahwa Iran sedang mempertimbangkan untuk mengirim lebih banyak senjata ke Rusia, meskipun mengklaim menentang perang di Ukraina.
Iran telah membantah memasok sistem senjata ke Rusia selama invasi Presiden Vladimir Putin. "Hubungan Rusia-Iran yang semakin dalam bisa menimbulkan ancaman keamanan global yang besar," katanya.
"Kami akan terus menegakkan sanksi terhadap perdagangan senjata Iran dan Rusia," kata Jean-Pierre.
Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre (Foto: AFP/Saul Loeb)
Sejumlah bangunan tempat tinggal di ibu kota Ukraina, Kyiv, Senin (17/10/2022) pagi hancur setelah diserang pesawat tak berawak di distrik pusat.
Walikota Kyiv, Vitali Klitschko menyebutkan, bahwa 28 drone bermuatan bahan peledak telah menghujani ibukota pagi itu dan sebagian lagi bisa dicegat oleh pasukan dan kepolisian Ukraina, namun sejumlah kecil telah menghantam beberapa lokasi dengan setidaknya lima ledakan terdengar di kota.
Empat orang diketahui tewas akibat serangan drone kamikaze itu, termasuk seorang wanita hamil.
Rusia telah meningkatkan penggunaan serangan yang dilakukan oleh pesawat tak berawak seperti drone kamikaze yang diduga kuat buatan Iran dalam beberapa pekan terakhir, dengan berbagai sasaran menghantam Ukraina, khususnya infrastruktur energi.
Dilansir Al Arabiya, Washington telah membunyikan alarm dan mendeklasifikasi bit intelijen sejak awal perang Rusia di Ukraina bahwa Moskow mencari Iran untuk drone dan senjata.
Menurut pejabat NSC, operator Rusia terus menerima pelatihan di Iran tentang penggunaan sistem ini.
Pejabat itu menyebutkan, laporan baru menunjukkan bahwa Iran sedang mempertimbangkan untuk menjual senjata yang lebih merusak untuk mendukung invasi Rusia di Ukraina yang mereka sendiri mengklaim menentangnya.
Amerika Serikat juga terus mendorong menghukum Iran atas dukungan itu.
Negara-negara Eropa mengatakan, Teheran melanggar kesepakatan nuklir 2015, yang mereka katakan mencegah rezim Iran mengekspor dan membeli sistem militer canggih. Reuters melaporkan, hal itu termasuk drone.
Amerika Serikat, Senin mengatakan, juga akan terus "keras" menegakkan semua sanksi Amerika terhadap perdagangan senjata Rusia dan Iran dan mempersulit Iran untuk menjual senjata ke Rusia.
"Kami juga bekerja dengan sekutu dan mitra, termasuk di PBB, untuk mengatasi penyebaran senjata berbahaya Iran ke Rusia," kata pejabat NSC.
"Kami juga akan terus meningkatkan bantuan keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Ukraina, termasuk pertahanan udara dan bekerja dengan sekutu untuk memungkinkan transfer sistem pertahanan udara mereka sendiri ke Ukraina," tambahnya.
Pekan lalu, Amerika Serikat mengumumkan untuk yang ke 23 meluncurkan bantuan senjata dan peralatannya untuk Ukraina sejak Agustus 2021.
Paket senjata terbaru, yang diperkirakan bernilai $725 juta, menjadikan total bantuan militer AS untuk Ukraina menjadi lebih dari $18,3 miliar sejak Januari 2021.
Amerika Serikat Putih juga mengatakan, bahwa Iran telah berbohong ketika mengaku tidak memasok drone kamikaze yang digunakan dalam serangan Rusia di Ukraina pada hari Senin. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |