Peristiwa Internasional

Bawa Spirit Forum R20 Ketum PBNU Gus Yahya Gaungkan Ngaji NU di London

Rabu, 23 November 2022 - 20:28 | 75.74k
Ketum PBNU Gus Yahya.
Ketum PBNU Gus Yahya.

TIMESINDONESIA, LONDON – Gelaran Forum R20 di Nusa Dua Bali awal November lalu, Ketum PBNU Gus Yahya (KH Yahya Cholil Staquf) makin gencar membawa NU ke pentas global. Kali ini di London, Gus Yahya "ngaji" NU bersama para kaum terpelajar di The Policy Exchange London dan mahasiswa The Oxford Union Society (BEM-nya mahasiswa Oxford, Red).

Dalam forum yang didesain debat terbuka itu, Gus Yahya menjelaskan seputar jatuh bangunnya peradaban dunia. Untuk itu NU mengajak semua pihak untuk duduk bersama. 

Gus Yahya menjadi pembicara kunci di kampus bergengsi dunia, Universitas Oxford, Inggris pada Selasa, 21 November 2022 waktu setempat. Mengawali diskusinya, Gus Yahya menyampaikan sejarah panjang dinamika peradaban Islam. Setelah runtuhnya Ottoman, komunitas muslim dunia menghadapi persoalan global yang cukup kompleks. 

NU, kata dia, mengajak seluruh pihak perlu mau duduk bersama, mengungkap secara jujur akar pesoalan yang dihadapi, lalu merumuskan solusi bersama secara komprehensif. Gus Yahya juga memaparkan empat persoalan yang dihadapi oleh ummat Islam saat ini. 

Pertama, penggunaan istilah “kafir” kepada pemeluk agama yang berbeda. "Terminologi ini seringkali secara politis digunakan sebagai dalih untuk melakukan kekerasan kepada pihak lain. NU secara tegas menolak hal tersebut. Problem identitas muslim-kafir harus diatasi dengan cara yang tidak boleh menimbulkan masalah baru,” tegas Gus Yahya. 

Kedua, perlunya mengembangkan cara pandang baru tentang konsep Syari’ah. Menurut Gus Yahya, konsep ini seringkali dipahami sebagai sesuatu yang sudah selesai. Padahal pengembangan pemikiran Syariah Islam perlu dilakukan terus-menerus supaya ajaran Islam semakin relevan dengan kondisi dan kearifan masyarakat di seluruh dunia. 

Gus-Yahya-2.jpg

Ketiga, perlunya mengatasi berbagai konflik yang terjadi dengan jalan dialog dan perdamaian untuk meminimalisir berbagai benturan baik dalam kelompok-kelompok Islam sendiri maupun Islam dengan pihak lain. 

Keempat, isu formalisasi negara Islam. Menurut Gus Yahya, kehidupan organisasi negara sangat tergantung kepada pilihan terbaik dari masyarakat negara yang menjalaninya.

"Islam secara spesifik tidak menawarkan bentuk negara, namun Islam memberi dasar nilai-nilai universal yang bisa dijadikan rujukan dalam membangun relasi sosial dalam masyarakat negara," ucapnya. 

Gus Yahya juga menegaskan, melalui pengalaman panjang Nahdlatul Ulama dalam mengelola dan mengembangkan peradaban Islam di Indonesia, NU memiliki kemampuan otoritatif sebagai representasi Islam untuk memberi penjelasan kepada masyarakat dunia. 

“Dunia hari ini perlu membangun cara pandang baru dalam membangun misi peradaban Islam agar peradaban Islam terasa lebih segar dan kontekstual dengan situasi kita hari ini,” tegasnya. 

Untuk mewujudkan hal tersebut, imbuh dia, NU terus bekerja sama dengan berbagai tokoh dan organisasi agama di seluruh dunia. Salah satunya melalui pertemuan Religion 20 (R20) yang baru saja dilakukan di Bali, Indonesia. 

Perlu diketahui, acara diskusi tersebut digelar oleh The Oxford Union Society (berdiri 1823), salah satu lembaga bergengsi di Universitas Oxford, yang sering menghadirkan para pemimpin dan tokoh berpengaruh dunia. Seperti Albert Einstein, Dalai Lama, Mother Theresa, Stephen Hawking, Michael Jackson, Bill Clinton, David Cameron, Malala Yousafzai, dan tokoh berpengaruh dunia lainnya. 

Forum-forum di luar negeri ini akan terus dibangun Ketum PBNU Gus Yahya usai gelaran Forum R20. Terkhusus untuk membangun spirit NU di dunia internasional. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imam Kusnin Ahmad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES