Peristiwa Internasional

Ada Hembusan Angin Bercampur Debu di Planet Mars

Rabu, 14 Desember 2022 - 18:00 | 27.41k
Ilustrasi Planet Mars. (NASA).
Ilustrasi Planet Mars. (NASA).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pesawat penjelajah Perseverance NASA menangkap suara hembusan angin di planet Mars setinggi 18 meter (390 kaki) ketika melewati di atasnya, pada hari Selasa (13/12/2022).

Ini untuk kali pertama Penjelajah Perseverance NASA secara kebetulan menangkap suara debu merah yang berputar-putar melintas tepat di atasnya saat menyalakan mikrofonnya.

Advertisement

Peristiwa itu terjadi sekitar 10 detik. Tidak hanya hembusan yang bergemuruh hingga 40kph (25mph), tetapi juga ratusan partikel debu. Para ilmuwan merilis audio itu untuk yang pertama dari jenisnya.

"Kami mendapatkan kejutan ketika mikrofon penjelajah menangkap suara yang dibuat oleh debu berterbangan di atas kepala," kata penulis utama studi tersebut, Naomi Murdoch dari Universitas Toulouse kepada AFP.

Menurut para peneliti, seperti dilansir The France24,  kedengarannya sangat mirip dengan debu beterbangan di Bumi, meskipun lebih tenang karena atmosfer tipis di Mars menghasilkan suara yang lebih pelan dan angin yang tidak terlalu kuat.

Para peneliti berharap rekaman itu akan membantu untuk lebih memahami cuaca dan iklim di Mars, termasuk bagaimana permukaannya yang gersang dan atmosfernya yang tipis pernah mendukung kehidupan.

Umumnya di Mars, setan debu adalah angin puyuh berumur pendek yang sarat dengan debu yang terbentuk ketika ada perbedaan besar antara suhu tanah dan udara.

Mereka adalah fitur umum di kawah Jezero, tempat penjelajah Perseverance telah beroperasi sejak Februari 2021, tetapi belum pernah berhasil merekam audio salah satunya.

Secara kebetulan pada tanggal 27 September 2021, debu berterbangan setinggi 118 meter (390 kaki) dan lebar 25 meter melintas tepat di atas bajak.

Kali ini mikrofon di SuperCam penjelajah, yang sebelumnya merekam audio pertama dari permukaan Mars  berhasil menangkap suara debu yang beterbangan itu teredam dan menderu.

"Kami mendengar angin yang diasosiasikan seperti setan debu, saat itu tiba, maka tidak ada apa-apa karena kami berada di mata pusaran," tambah Murdoch yang juga  seorang peneliti planet di lembaga penelitian ruang angkasa ISAE-SUPAERO Prancis, tempat mikrofon SuperCam dirancang.

"Kemudian suara kembali ketika mikrofon melewati dinding kedua" dari setan debu," katanya lagi. 

Misteri Debu Setan Planet Mars

Dampak debu yang membentur permukaan perekam itu, lanjut Murdoch, kemudian membuat suara "tac tac tac" yang memungkinkan peneliti menghitung jumlah partikel untuk mempelajari struktur dan perilaku angin puyuh.

Itu juga bisa membantu memecahkan misteri yang membingungkan para ilmuwan.

Di beberapa bagian Mars, "angin puyuh lewat dengan menyedot debu, membersihkan panel surya dari penjelajah di sepanjang jalan," kata Murdoch.

Namun di daerah lain, angin puyuh berlalu begitu saja tanpa menimbulkan banyak debu. "Mereka hanya bergerak di udara," kata Murdoch, menambahkan bahwa "kami tidak tahu kenapa".

Ia kemudian mencontohkan panel surya pendarat InSight NASA yang "tertutup debu" karena terletak di tempat yang tidak dapat memanfaatkan penyedot debu alami ini.

Memahami mengapa hal ini terjadi akan bisa membantu para ilmuwan membangun model setan debu sehingga mereka bisa memprediksi di mana angin puyuh akan berhembus selanjutnya.

Itu bahkan bisa menjelaskan badai debu besar yang melanda planet ini, yang terkenal digambarkan dalam film fiksi ilmiah 2015 "The Martian", yang dibintangi oleh Matt Damon.

Namun Murdoch mencatat bahwa kekerasan badai debu yang ditampilkan dalam film tersebut tidak realistis.

Sylvestre Maurice, seorang ilmuwan planet dan salah satu penulis studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications mengatakan bahwa menganalisis debu Mars memungkinkan untuk menjelajahi interaksi antara tanah dan atmosfer yang sangat tipis.

"Atmosfer jauh lebih tebal miliaran tahun yang lalu, yang memungkinkan adanya air cair yang menopang kehidupan,' kata Maurice, yang juga bekerja di SuperCam.

"Anda mungkin berpikir bahwa mempelajari iklim Mars saat ini tidak ada hubungannya dengan pencarian jejak kehidupan miliaran tahun lalu," katanya.

"Tapi itu semua adalah bagian dari keseluruhan, karena sejarah Mars adalah salah satu perubahan iklim ekstrem dari planet yang lembab dan panas menjadi planet yang benar-benar kering dan dingin," ujarnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES