Peristiwa Internasional

Waduh, Rumah Sakit di China Banjir Pasien Covid-19

Rabu, 04 Januari 2023 - 10:14 | 75.06k
Pejabat China mengakui bahwa jumlah total kematian akibat Covid-19 sanhat besar..(FOTO A: Daily Mail/AFP/Getty Image)
Pejabat China mengakui bahwa jumlah total kematian akibat Covid-19 sanhat besar..(FOTO A: Daily Mail/AFP/Getty Image)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pasien Covid-19 saat ini membanjiri banyak rumah sakit di China karena kasus Covid-19 melonjak di negara itu setelah kebijakan 'nol-Covid' nya yang kontroversial dicabut bulan lalu.

China juga mengakui kematian akibat Covid-nya 'besar' dan 70% dari 25 juta penduduk Shanghai telah terinfeksi.

Advertisement

China juga menanam dendam, mengancam akan membalas negara-negara yang memberlakukan pembatasan penumpang udara dari China karena kekhawatiran infeksi itu menyebar lagi. 

Beijing tiba-tiba melonggarkan pendekatan nol-Covid yang dinilai sangat kejam itu sejak bulan lalu. Sejak itu lonjakan kasus Covid dengan cepat membuat rumah sakit dan krematorium di China kewalahan

Sekarang para pejabat akhirnya mulai mengakui jumlah kasus yang tinggi, sementara para ahli di Barat memperkirakan negara itu mengalami 9.000 kematian setiap hari.

Pejabat China seperti dilansir Daily Mail, juga telah mengakui bahwa jumlah total kematian terkait Covid di negara itu 'besar'. Bahkan seorang dokter mengatakan sebanyak 70 persen dari 25 juta penduduk Shanghai diperkirakan telah terinfeksi.

Pejabat-China-b.jpgRumah sakit Tongren di Shanghai, dalam foto, telah kewalahan oleh pasien setelah pendekatan garis keras 'nol-Covid' Beijing tiba-tiba dilonggarkan bulan lalu.(FOTO: Daily Mail/AFP/Getty Image)

Peningkatan tajam infeksi  terjadi setelah pendekatan 'nol-Covid' garis keras Beijing tiba-tiba diakhiri bulan lalu, karena desakan demonstrasi rakyat China yang terkekang karena kebijakan itu.

 Dalam pengakuan yang jarang terjadi, pejabat kesehatan China mengatakan di TV bahwa negara itu melihat peningkatan 'dalam kasus kritis atau kematian'.

Namun, dalam upaya untuk mengecilkan situasi, mereka mengklaim bahwa lonjakan itu seperti yang terjadi di negara lain.  

Ancam Membalas

China juga mengkritik negara-negara yang sekarang mewajibkan penumpang dari China untuk menunjukkan  tes negatif Covid sebelum masuk,  termasuk Inggris dan Amerika Serikat.

China memperingatkan bahwa mereka akan mengambil 'tindakan balasan' atas kebijakan mereka itu sebagai tanggapan.

Kemarin, Presiden China, Xi Jinping akhirnya mengakui kesalahan atas kebijakan nol-Covid-nya yang kejam yang gagal membendung virus dan memicu protes massa pertama yang meluas di negara itu dalam beberapa dekade .

Perdana menteri China pada pidato Malam Tahun Baru juga mengakui 'kesulitan dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya'. Iapun  mengatakan 'wajar saja' bahwa tindakan pengunciannya yang keras mendapat perlawanan.

Xi Jinping membatalkan langkah-langkah nol-Covid pada 7 Desember tetapi strategi barunya untuk hidup dengan virus telah menyebabkan infeksi meroket, dengan infeksi saat ini memuncak di Beijing.

Dalam 20 hari pertama bulan Desember, otoritas kesehatan tertinggi pemerintah memperkirakan 248 juta orang - setara dengan 18 persen populasi tertular virus.

China menyatakan bahwa sekitar 5.000 warganya telah meninggal karena virus Covid-19 tersebut sejak pertama kali mewabah di negara itu pada akhir 2019. Namun para ahli memperkirakan ada 9.000 kematian per hari dalam gelombang yang sedang melanda negara itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES