Peristiwa Internasional

IOC Beri Lampu Hijau bagi Atlet Rusia dan Belarusia Ikuti Olimpiade 2024 Paris

Kamis, 26 Januari 2023 - 14:38 | 136.00k
Atlet Rusia dan Belarusia harus berkompetisi di bawah bendera netral di Olimpiade 2024. (FOTO: PA) 
Atlet Rusia dan Belarusia harus berkompetisi di bawah bendera netral di Olimpiade 2024. (FOTO: PA) 

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Komite Olimpiade Internasional (IOC) mendapat kritikan setelah pada hari Rabu kemarin memberi lampu hijau bagi atlet-atlet Rusia dan Belarusia untuk mengikuti Olimpiade 2024.

IOC meminta federasi untuk mengecualikan atlet dari negara-negara tersebut setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Menanggapi pengumuman hari Rabu itu, para Atlet Ukraina dan Atlet Global mengeluarkan pernyataan bersama yang mengkritik keputusan IOC.

"Keputusan hari ini yang mengizinkan atlet Rusia dan Belarusia berkompetisi dalam kualifikasi untuk mengkuti Olimpiade Paris 2024, telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa IOC mendukung perang brutal Rusia dan invasinha ke Ukraina," bunyi pernyataan bersama.

"Kembalinya atlet Rusia dan Belarusia ke kompetisi internasional, terutama Olimpiade Paris 2024, akan membuat negara Rusia menggunakan atlet, sekali lagi untuk mendukung upaya perang dan mengalihkan perhatian dari kekejamannya di Ukraina melalui salah satu panggung multi-olahraga terbesar di Dunia.

"Penangguhan atlet Rusia dan Belarusia serta ofisial olahraga mereka harus dikembalikan sepenuhnya sampai Rusia menarik diri sepenuhnya dari Ukraina," kata mereka.

"Kami mengakui bahwa mengembalikan larangan tersebut akan merugikan banyak atlet Rusia dan Belarusia dan akan menolak kesempatan mereka untuk mengejar karir mereka di panggung dunia. Kami menyadari bahwa para atlet bukanlah pemegang kekuasaan yang bertanggung jawab atas perang ini," kata mereka lagi.

“Seruan kami hari ini adalah sikap keras dengan biaya manusia yang nyata. Namun, kerugian yang harus ditanggung atlet Rusia dan Belarusia tidak seberapa jika dibandingkan dengan kekejaman yang dialami oleh setiap orang Ukraina," tambah pernyataan bersama itu.

Inilah poin-poin yang dikeluarkan dari hasil diskusi Dewan Eksekutif (EB) Komite Olimpiade Internasional (IOC) dalam pertemuannya Rabu (25/1/2023) kemarin seperti dilansir di laman Olympics.com: 

Diskusi itu terdiri dari tiga season:

Pertama, sanksi terhadap Negara dan Pemerintah Rusia dan Belarusia

Kedua, solidaritas Gerakan Olimpiade dengan atlet Ukraina dan komunitas Olimpiade Ukraina

Ketiga, kemungkinan akses ke kompetisi olahraga untuk atlet individu dengan paspor Rusia atau Belarusia.

1. Mengenai sanksi, peserta dalam setiap panggilan konsultasi dengan suara bulat menegaskan kembali dan menyerukan penguatan sanksi yang sudah ada yakni: 

- Tidak ada acara olahraga internasional yang diselenggarakan atau didukung oleh IF atau NOC di Rusia atau Belarusia.

- Tidak ada bendera, lagu kebangsaan, warna, atau identifikasi lain apa pun dari negara-negara ini yang ditampilkan pada acara atau pertemuan olahraga apa pun, termasuk seluruh tempat.

- Tidak ada pejabat Pemerintah atau Negara Rusia dan Belarusia yang boleh diundang atau diakreditasi untuk acara atau pertemuan olahraga internasional apa pun.

2. Sehubungan dengan solidaritas dengan atlet Ukraina dan komunitas Olimpiade Ukraina, juga terdapat dukungan bulat untuk:

- Lanjutkan dan bahkan perkuat komitmen penuh dan tak tergoyahkan untuk solidaritas dengan para atlet Ukraina dan komunitas Olimpiade Ukraina untuk memiliki tim yang kuat dari NOC Ukraina di Olimpiade Paris 2024 dan Olimpiade Musim Dingin Milano Cortina 2026.

- Dorong semua IF, NOC, dan penyelenggara acara olahraga untuk melakukan semua upaya yang memungkinkan untuk memfasilitasi pelatihan, persiapan, dan partisipasi atlet Ukraina dalam acara olahraga internasional.

3. Sehubungan dengan atlet individu dengan paspor Rusia atau Belarusia, sebagian besar peserta di setiap panggilan konsultasi menyatakan hal berikut:

Komitmen yang kuat terhadap misi pemersatu Gerakan Olimpiade, meminta dan mendorongnya untuk menjalankan misi pemersatu ini, khususnya di masa-masa perpecahan, konfrontasi, dan perang ini.

Hormati hak semua atlet untuk diperlakukan tanpa diskriminasi, sesuai dengan Piagam Olimpiade. Pemerintah tidak boleh memutuskan atlet mana yang dapat berpartisipasi dalam kompetisi mana dan atlet mana yang tidak.

Tidak boleh ada atlet yang dilarang bertanding hanya karena paspor mereka.  Oleh karena itu, jalur partisipasi atlet dalam kompetisi di bawah kondisi yang ketat harus dieksplorasi lebih lanjut.

Desember lalu, Presiden IOC, Thomas Bach mengatakan, IOC menghadapi dilema besar, terutama untuk memastikan bahwa atlet tidak menderita akibat sanksi olahraga .

Beberapa federasi olahraga telah mengesampingkan rekomendasi IOC itu, dan tetap mengizinkan atlet namun atas nama perorangan dan netral untuk bertanding, namun ada juga federasi lain yang mematuhinya.

Dua petenis Belarusia, Victoria Azarenka dan Aryna Sabalenka misalnya,  berpeluang bertemu di final tunggal putri Australia Terbuka akhir pekan ini karena keduanya bersaing sebagai petenis netral.

Asosiasi Tenis Rumput didenda £ 820.000 gara-gara melarang pemain Rusia dan Belarusia dari acara lapangan rumput musim panas lalu, termasuk Wimbledon.

Pemerintah Inggris mengatakan Belarusia membantu dan mendukung invasi Rusia.

Ketika Rusia menginvasi Ukraina Februari lalu, IOC bereaksi dengan rekomendasi agar atlet dari Rusia dan Belarusia dilarang mengikuti kompetisi olahraga internasional.

Tetapi 12 bulan setelah agresi ke Ukraina, Rusia dan Belarusia disinyalkan bakal diizinkan IOC ikut di Olimpiade 2024. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES