Peristiwa Internasional

China Perkuat Laut China Selatan, Akses Pangkalan Militer AS di Filipina Diperluas

Kamis, 02 Februari 2023 - 19:44 | 93.17k
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr (kiri) saat menemui Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, sebelum pertemuan di Istana Malacanang, Manila. (FOTO:  DW/Reuters)
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr (kiri) saat menemui Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, sebelum pertemuan di Istana Malacanang, Manila. (FOTO:  DW/Reuters)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kawasan Laut China Selatan menjadi tempat persaingan militer AS dan China, setelah Filipina memperluas akses Amerika Serikat di empat pangkalan militernya.

Kesepakatan Amerika Serikat-Filipina itu diumumkan pada Kamis (2/2/2023) tadi setelah Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengadakan pertemuan dengan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr di Istana Malacanang.

Advertisement

Dalam pengumuman itu, Filipina memberi pasukan AS akses ke empat pangkalan lain di negara Asia Tenggara itu, saat sekutu lamanya itu berusaha untuk melawan kebangkitan militer China.

Kesepakatan untuk memperluas kerja sama di "bidang strategis negara" dibuat saat kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin itu.

Saat ini AS dan Filipina sedang berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka yang retak dalam beberapa tahun terakhir.

Presiden Filipina sebelumnya, Rodrigo Duterte lebih menyukai China daripada mantan penguasa kolonial negaranya, tetapi pemerintahan baru Ferdinand Marcos Jr. berusaha membalikkannya.

Ketegasan China tumbuh begitu kuat di Taiwan sampai-sampai membangun pangkalan militer di Laut China Selatan yang disengketakan. Hal itulah yang mendorong Washington dan Manila memperkuat kemitraan mereka.

Mengingat kedekatannya dengan Taiwan dan perairan sekitarnya, kerja sama Filipina dengan Amerika Serikat ini  akan menjadi kunci jika terjadi konflik dengan China, yang telah diperingatkan oleh jenderal bintang empat Angkatan Udara AS bisa terjadi paling cepat tahun 2025.

"Kami dengan senang hati mengumumkan hari ini bahwa Presiden Marcos telah menyetujui empat lokasi baru yakni Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan,  dan itu menjadikan jumlah total situs EDCA menjadi sembilan," kata Austin dalam konferensi pers dengan Menhan Filipina, Carlito Galvez.

"Pembicaraan sedang berlangsung untuk potensi situs ke-10," kata seorang pejabat senior Filipina kepada AFP.

Pengumuman itu dikeluarkan ketika Amerika Serikat membuka kembali kedutaannya di Kepulauan Solomon, setelah absen selama 30 tahun, karena bersaing dengan China untuk mendapatkan pengaruh di Pasifik Selatan.

Amerika Serikat dan Filipina memiliki aliansi keamanan yang sudah berjalan selama puluhan tahun yang mencakup perjanjian pertahanan bersama dan pakta EDCA 2014, yang memungkinkan pasukan AS untuk dirotasi melalui lima pangkalan Filipina, termasuk di dekat perairan yang disengketakan.

Ini juga memungkinkan militer AS bisa menyimpan peralatan dan perlengkapan pertahanan di pangkalan-pangkalan tersebut.

EDCA terhenti di bawah Duterte, tetapi kini Ferdinand Marcos Jr berusaha untuk mengakifkan kembali pelaksanaannya.

Galvez mengatakan kepada wartawan bahwa lokasi situs baru akan diumumkan setelah masyarakat dan pejabat setempat berkonsultasi.

Tetapi telah banyak dilaporkan bahwa sebagian besar lokasi baru akan berada di pulau utama Luzon, daratan Filipina terdekat dengan Taiwan dimana AS sudah memiliki akses di kedua pangkalan itu.

Yang keempat dilaporkan akan berada di pulau barat Palawan, menghadap Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan yang diperebutkan dengan panas, menjadikan jumlah situs di sana menjadi dua.

Klaim tidak sah

Austin mengatakan, sekutu berkomitmen untuk memperkuat kapasitas bersamanya untuk melawan serangan bersenjata, dan dia menuduh China membuat klaim tidak sah di Laut Filipina Barat.

Filipina teguh mengklaim bahwa perairan tepat di sebelah barat negaranya itu sebagai Laut Filipina Barat.

Amerika Serikat juga berusaha untuk memperkuat aliansi dengan negara lain untuk melawan kemajuan militer China yang cepat, termasuk kemitraan AUKUS dengan Australia dan Inggris.

Australia juga setuju untuk meningkatkan interaksi militer dengan AS, sementara Jepang berencana untuk mengadakan latihan bersama dengan kedua negara.

Ferdinand Marcos Jr berusaha mencapai keseimbangan antara China dan Amerika Serikat, dia bersikeras tidak akan membiarkan China menginjak-injak hak maritim Manila.

Sekitar 500 personel militer AS saat ini berada di Filipina, dengan yang lain digilir ke seluruh negeri untuk latihan bersama sesuai kebutuhan.

Kawasan Laut China Selatan menjadi tempat persaingan militer AS dan China, setelah Filipina memperluas akses Amerika Serikat di empat pangkalan militernya. (*)

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES