Peristiwa Internasional

AS Siapkan Jet Tempur F-22, China Akan Memverifikasi Dulu Soal Balon

Jumat, 03 Februari 2023 - 20:43 | 60.61k
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning. (FOTO: CTV News/AP Photo).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning. (FOTO: CTV News/AP Photo).

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Juru bicara kementerian luar negeri China, Mao Ning mengatakan, Beijing saat ini sedang berusaha untuk memverifikasi laporan balon udara yang melintas di atas udara AS itu.

Sementara itu pemerintah Amerika Serikat sedang menyiapkan jet tempur F-22, dan tinggal menunggu perintah Gedung Putih untuk menembak jatuh obyek balon udara yang diduga milik China.

Ia menambahkan, seyogyanya faktanya harus lebih jelas dulu. "Membuat dugaan dan membesar-besarkan masalah tidak akan membantu menyelesaikannya dengan benar," kata dia.

Kecurigaan AS terhadap China soal balon udara, kini menimbulkan bermacam penilaian.

Seorangn Asisten peneliti di Institut of American Studies di Chinese Academy  of Social Sciences, He Weibao menilai pemerintah AS terlalu membesar-besarkan ancaman balon mata-mata China tanpa sepenuhnya mengumpulkan informasi yang relevan.

"Meskipun beberapa pejabat Pentagon mengklaim bahwa mereka telah mengkonfirmasi bahwa balon mata-mata itu milik China, keraguan tetap ada," kata He seperti dilansir China Daily.

Meskipun beberapa pejabat Pentagon mengklaim bahwa mereka telah mengkonfirmasi bahwa balon mata-mata itu milik China, keraguan tetap ada.

He Weibao mengatakan, sudah diketahui bahwa teknologi pengintaian satelit telah membuat kemajuan besar dalam beberapa tahun terakhir.

"Sulit membayangkan negara besar mana pun di dunia akan cukup kikuk untuk menyerbu balon mata-mata ke wilayah udara negara lain ketika memiliki satelit pengintaian," kata dia.

"Terlebih lagi, masih terlalu dini untuk menilai apakah balon itu untuk militer. Mungkin balon itu untuk tujuan pengamatan meteorologis, atau apakah itu balon penelitian ilmiah yang tersesat," tambahnya.

Pemerintah AS, kata dia terlalu membesar-besarkan ancaman balon mata-mata China tanpa sepenuhnya mengumpulkan informasi yang relevan.

Ini, lanjutnya hanya akan memperburuk keengganan dan ketidakpercayaan warga AS terhadap China.

"Ini tidak hanya tidak bertanggung jawab tetapi juga tidak kondusif bagi peningkatan dan pengembangan hubungan Tiongkok-AS," katanya.

Peneliti lainnya, Wang Wei menyebutkan ini balon politik dari Washington untuk menggerakkan audiens domestik sebelum Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba pada kunjungan pertamanya yang diharapkan secara luas ke China.

Seperti berita tentang jenderal berpangkat tinggi akhir-akhir ini berbicara tentang perang dengan China pada tahun 2025.

"Berita itu berupaya untuk mengingatkan warga AS bahwa ancaman dari China tidak jauh, tetapi di mana-mana dan dalam kehidupan sehari-hari. Militer AS sepenuhnya siap siaga menghadapi China," katanya.

Sampai sekarang AS sedang melacak balon itu yang diduga terbang di atas situs sensitif dalam beberapa hari terakhir.

Namun dilansir BBC, Pejabat pertahanan mengatakan mereka yakin balon pengintai di ketinggian itu itu milik China. Itu terakhir terlihat di atas negara bagian barat Montana.

Militer juga telah memutuskan untuk tidak menembak jatuh balon itu karena khawatir puing-puingnya akan menimpa orang-orang di darat.

China tetap memperingatkan terhadap spekulasi dan "hype" sampai faktanya diverifikasi.

Sementara itu Kanada mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya juga sedang memantau "potensi insiden kedua" yang melibatkan balon itu. 

Kanada tidak mengatakan negara mana yang berada di belakangnya. Dikatakan dalam pernyataan bahwa pihaknya bekerja sama dengan AS untuk melindungi informasi sensitif Kanada dari ancaman intelijen asing.

"Benda itu terbang di atas Kepulauan Aleutian Alaska kemudian melewati Kanada sebelum muncul di atas kota Billings di Montana pada Rabu," kata para pejabat.

Para pemimpin militer terkemuka, termasuk Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, bertemu untuk menilai ancaman tersebut saat Austin masih di Filipina kala itu.

Montana, negara bagian berpenduduk jarang, adalah rumah bagi salah satu dari hanya tiga ladang silo rudal nuklir di negara itu, di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom, dan para pejabat mengatakan pesawat mata-mata itu terbang di atas tempat-tempat sensitif untuk mengumpulkan informasi.

Tapi mereka menyarankan agar tidak mengambil "aksi kinetik" terhadap balon karena bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh puing-puing yang jatuh ke orang-orang di tanah.

Pejabat pertahanan juga menegaskan, tidak ada ancaman yang meningkat secara signifikan dari intelijen AS yang dikompromikan karena pejabat Amerika tahu persis di mana balon ini dan di mana persisnya lewat.

Selain itu juga tidak ada ancaman terhadap penerbangan sipil karena balon tersebut secara signifikan berada di atas ketinggian penerbangan yang digunakan oleh maskapai komersial.

Pejabat Amerika Serikat itu mengatakan balon tersebut tidak mungkin memberikan lebih banyak informasi daripada yang sudah bisa dikumpulkan China dengan menggunakan satelit.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES