Ukraina Bombardir 32 Tank Rusia Hingga Hancur

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Untuk kesekian kalinya, Presiden Rusia, Vladimir Putin dipermalukan pasukan Ukraina. Ini setelah 31 tank pasukan elitnya dibombardir Ukraina hingga hancur di Vuhledar, garis depan Ukraina.
Kendaraan lapis baja yang hancur itu berasal dari Brigade Marinir Pengawal Terpisah ke-155 dari Armada Pasifik Rusia.
Advertisement
Pembantaian yang menimpa pasukan Rusia di garis depan Ukraina itu muncul Sabtu kemarin dalam gambar yang menunjukkan 31 kendaraan lapis baja sedang diledakkan.
Kekacauan itu dialami tentara di barisan "penggiling daging" Vladimir Putin di dekat kota timur Vuhledar. Beberapa tank itu dihancurkan sendiri oleh tank mereka saat mereka melarikan diri.
Rekaman pesawat tak berawak yang melayang di atas medan perang yang tertutup salju itu menunjukkan serangkaian ledakan saat pasukan Rusia terjebak di jalan yang terpencil.
Para komentator Rusia pun langsung bermunculan, dan mereka menyatakan ini kerugian yang sangat besar. Mereka menuduh kesalahan di medan perang ini kepada para komandan yang memerintahkan rekrutan yang kurang terlatih untuk menyerang.
"Unit elit kami menjadi sasaran empuk - setidaknya 30 peralatan hilang dengan tank yang terbakar," kata mereka.
Analis perang Igor Strelkov memposting: "Kerugian ternyata sepihak, Ukraina menembak para penyerang seperti di galeri menembak".
Kendaraan lapis baja yang hancur itu berasal dari Brigade Marinir Pengawal Terpisah ke-155 dari Armada Pasifik Rusia.
Pembantaian yang melanda pasukan Rusia di garis depan Ukraina muncul kemarin dalam gambar mengerikan yang menunjukkan 31 kendaraan lapis baja sedang diledakkan.
Kekacauan terlihat melanda tentara di barisan "penggiling daging" Vladimir Putin di dekat kota timur Vuhledar, dengan beberapa dihancurkan oleh tank mereka sendiri saat mereka melarikan diri.
Apa yang disebut unit elit ditembakkan oleh orang Ukraina seperti galeri menembakKredit: Sekilas Berita
Rekaman yang ditangkap oleh pesawat tak berawak yang melayang di atas medan perang yang tertutup salju menunjukkan serangkaian ledakan saat pasukan Rusia terjebak di jalan terpencil.
Dan para komentator Rusia kemarin mengkonfirmasi kerugian yang sangat besar itu disebabkan oleh kesalahan medan perang oleh para komandan yang memerintahkan rekrutan yang kurang terlatih untuk menyerang.
Seseorang berkata: "Unit elit kami menjadi sasaran empuk - setidaknya 30 peralatan hilang dengan tank yang terbakar."
Analis perang Igor Strelkov memposting: “Kerugian ternyata sepihak. Ukraina seperti menembak di galeri menembak.
"Pejuang kami tidak bisa memberikan kerugian balasan pada mereka. Ini adalah akhir dari serangan tentara Rusia yang diumumkan secara luas di seluruh front Donetsk," ujarnya.
Saluran militer Rusia di Moskow melaporkan bahwa 31 kendaraan yang hancur itu berasal dari Brigade Marinir Pengawal Terpisah ke-155 dari Armada Pasifik Rusia.
Alexander Sladkov, seorang koresponden perang TV negara, juga mengecam "komandan kriminal" di pihak Rusia.
Koresponden perang lainnya, Sergei Mardan berujar: "Inilah Angkatan Bersenjata Federasi Rusia setelah setahun permusuhan berskala besar… diinjak-injak di dekat kota strategis Vuhledar, kehilangan peralatan dan orang," katanya.
"Dan tidak ada yang bisa disalahkan atas apa pun," tambah dia.
Para kritikus menyerang peran komandan kelompok Timur yang kontroversial Letnan Jenderal Rustam Muradov, dan mereka menuntut agar dia bertanggung jawab atas pembantaian tersebut.
Muradov adalah sekutu dekat komandan perang Jenderal Valery Gerasimov. Bahkan saluran pro-perang yang biasanya meneriakkan agresi tiran Putin juga mengecam "ketidakmampuan total" yang ditampilkan pasukannya.
Dalam sebuah video dari Kementerian Pertahanan Inggris yang memperkuat kejadian itu sebelumnya mengungkapkan, bahwa pasukan Rusia kemungkinan melarikan diri dan meninggalkan setidaknya 30 kendaraan lapis baja yang sebagian besar masih utuh dalam satu insiden setelah serangan yang gagal.
Namun terlepas dari pembantaian di Vuhledar itu, Vladimir Putin yang telah dipermalukan pasukan Ukraina itu tetap saja meningkatkan mobilisasi pasukan yang dikirim ke medan pertempuran dan bertekad mempertahankan pertahanan Ukraina untuk serangan musim semi ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |