Peristiwa Internasional

Vladimir Putin Berjanji Akan Teruskan Perangnya di Ukraina

Selasa, 21 Februari 2023 - 19:51 | 116.27k
Presiden Rusia, Vladimir Putin(AP/Sergey Guneev)
Presiden Rusia, Vladimir Putin(AP/Sergey Guneev)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan dalam pidato utama di hadapan elit politik negerinya, Selasa (21/2/2023), secara sistematis akan melanjutkan ofensifnya di Ukraina

Janji Putin itu, seperti dilansir Al Jazeera, disampaikan dalam pidato tahunannya kepada Majelis Federal, siang tadi di Gostiny Dvor, Moskow.

Presiden Rusia telah berjanji untuk "secara sistematis" melanjutkan serangannya di Ukraina.

Diapit empat bendera tiga warna Rusia di kedua sisinya, Putin mengatakan kepada elite politik dan militer Rusia, bahwa Rusia akan dengan hati-hati dan konsisten menyelesaikan "tugas yang dihadapinya" itu.

Selain itu pidato Putin siang tadi berisi tentang keadaan di negara itu, tentang arah utama kebijakan dalam dan luar negerinya, adalah dasar untuk menetapkan tujuan strategis, prioritas pembangunan sosial dan ekonomi, dan memastikan keamanan nasional Rusia.

Format acaranya seperti dilansir The Moscow Times, tradisional, melekat dalam Konstitusi, dan memang sudah lama ditunggu-tunggu.

Terakhir kali, pemimpin Rusia itu menyampaikan pidatonya di parlemen pada April 2021.

Wakil Kepala Pertama Administrasi Kepresidenan, Sergey Kiriyenko mencatat bahwa ini adalah hak presiden, yang  diterapkan "kapan pun dia menganggapnya perlu."

"Pidato agresif" Putin itu ditujukan "merinci keniscayaan" perang di Ukraina dari perspektif Kremlin.

"Dia ingin memberitahu rakyatnya bahwa bukan Rusia yang memprakarsai perang ini,"  tulis  Al Jazeera.

"Dia menuduh Barat berada di belakang 'Nazi' (di Ukraina) sebagaimana dia selalu menyebutnya, dan menganggap penting baginya untuk 'mendenazifikasi' perbatasannya," tambahnya.

Putin juga mengatakan 'rezim' Ukraina telah 'menyandera' rakyat Ukraina

Putin menuduh para pemimpin Ukraina mengambil "sandera" penduduk negara itu, dengan menambahkan bahwa Ukraina  "melayani kepentingan kekuatan asing".

"Rakyat Ukraina sendiri telah menjadi sandera rezim Ukraina dan penguasa Baratnya, yang sebenarnya telah menduduki negara ini dalam arti politik, militer, dan ekonomi," kata Putin. 

“Rezim tidak melayani kepentingan nasional mereka,” tambah Putin.

Namun klaim presiden Rusia yang menyatakan bahwa Ukraina dan Barat yang memulai perang telah ditanggapi dengan kemarahan.

Kami baru saja berbicara dengan Liudmila Zadnipriany yang berusia 58 tahun, yang putranya yang berusia 29 tahun meninggal saat berperang dalam konflik tersebut.

"Oh ya tentu, mereka datang ke wilayah kami, tapi kami yang memulainya," katanya.

"Mereka membunuh warga sipil, wanita, anak-anak… dan kemudian mengatakan mereka datang ke sini untuk membantu kami dan membebaskan kami. Membebaskan kami dari apa? Kehidupan?" katanya.

Berdiri di dekat kendaraan militer Rusia yang hancur di Kyiv tengah bersama suami dan tunangan putranya, Liudmila menangis ketika dia bertanya mengapa perang terjadi.

Seorang analis, Marwan Kabalan yang juga akademisi dan penulis mengatakan, bahwa pidato Putin itu ditujukan untuk menenangkan elit dan penduduk Rusia, karena Moskow belum mencapai tujuan perangnya di Ukraina.

"Dia mengesampingkan kekuatan militer Ukraina dan dukungan Barat, serta “keinginan orang Eropa” untuk membebaskan diri dari pasokan energi Rusia," kata Kabalan seperti yang ia katakan kepada Al Jazeera.

"Dia tidak bisa memberi tahu orang-orang Rusia kabar baik tentang ini, operasi khusus ini seperti yang dia sebut telah berlangsung selama hampir satu tahun dan tujuannya belum tercapai. Dia tidak dapat menghapus pemerintahan Volodymyr Zelenskyy, dia tidak mencegah perluasan NATO," katanya.

"Semestinya dia perlu mengatakan sesuatu kepada orang-orang Rusia yang bertanya-tanya apakah keputusan untuk berperang itu adalah keputusan yang tepat," ujarnya.

"Namun dia mencoba berdalih 'Saya tidak punya pilihan, saya terpaksa pergi ke Ukraina," tambah Kabalan.

Pidato Putin itu disampaikan setelah beberapa tindakan diplomatik berisiko tinggi, termasuk kunjungan mendadak Presiden AS Joe Biden ke Ukraina.

Joe Biden sendiri sekarang berada di Polandia, dimana dia akan berkonsultasi dengan sekutu dari sayap timur NATO.

PBB mengatakan lebih dari 7.000 orang tewas di Ukraina, jumlah yang sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi.

Walaupun jumlah korban jiwa sudah sedemikian banyak, dalam pidatonya, Presiden Rusia, Vladimir Putin berjanji untuk "secara sistematis" akan melanjutkan serangannya ke Ukraina. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES