Bom Militer Myanmar Tewaskan Sekitar 100 Orang Warganya Sendiri

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Bom dengan jet tempur dan helikopter oleh junta militer Myanmar, menewaskan warganya sendiri pada Selasa, (11/4/2023).
Diperkirakan lebih dari 100 warga di wilayah barat laut Sagaing itu tewas.
Advertisement
Serangan udara oleh militer Myanmar pada warga sipil ini, seperti dilansir BBC adalah salah satu serangan yang paling mematikan.
Para penyintas mengatakan, bahwa mereka telah mengumpulkan setidaknya 80 jenazah, tetapi diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah.
PBB mengutuk serangan itu, yang menargetkan sebuah desa di wilayah barat laut Sagaing. Korban tewas itu termasuk wanita dan anak- anak
Militer semakin sering menggunakan serangan udara terhadap lawan mereka sejak mereka melakukan kudeta pada Februari 2021.
Juru bicara junta militer, Jenderal Zaw Min Tun, mengatakan kepada televisi pemerintah, juga membenarkan serangan itu. "Ya, kami melancarkan serangan udara," katanya.
Zaw Min Tun mengatakan, bahwa mereka memilih menyerbu Pa Zi Gyi karena desa tersebut sedang mengadakan upacara untuk menandai pembukaan kantor pasukan pertahanan sukarela lokal mereka.
Milisi anti-kudeta ini, yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat atau PDFS, menggelorakan kampanye bersenjata melawan militer di berbagai daerah di Myanmar.
Komunitas-komunitas di Sagaing juga melakukan beberapa penentangan kuat terhadap kekuasaan militer.
Karena banyaknya konvoi tentara yang disergap di jalan, junta militer Myanmar akhirnya menggunakan kekuatan udara secara lebih luas, menargetkan simbol pembangkangan terhadap kekuasaannya. Ini termasuk sekolah dan klinik kesehatan.
Tak jarang dalam satu desa dihancurkan dalam kampanye bumi hangus yang diharapkan pada akhirnya akan menghabiskan perlawanan gigih yang dihadapi di sebagian besar negara.
Seorang warga desa di Pa Zi Gyi mengatakan, bahwa sebuah jet militer telah terbang sekitar pukul 07:00 waktu setempat (01:30 WIB) pada hari Selasa, kemudian menjatuhkan sebuah bom langsung ke aula tempat pertemuan tokoh masyarakat, diikuti oleh sebuah helikopter tempur yang juga menyerang desa selama 20 menit.
Bahkan kata para saksi, pesawat-pesawat itu kembali lagi dan menembaki mereka yang berusaha mengumpulkan korban tewas.
Desa tersebut waktu itu penuh sesak dengan orang-orang dari komunitas terdekat yang menghadiri upacara tersebut.
Setelah serangan udara, warga mengunggah video yang memperlihatkan adegan pembantaian yang mengerikan, dengan tubuh terpotong-potong tergeletak di tanah dan beberapa bangunan terbakar.
"Tolong panggil jika kamu masih hidup, kami datang untuk membantumu," mereka bisa mendengar teriakan saat mereka berjalan melewati Pa Zi Gyi mencari korban penyerangan.
Mereka mencoba menghitung mayat-mayat itu, tetapi sulit karena banyak yang terpotong-potong, berserakan di antara pakaian yang robek dan sepeda motor yang terbakar.
"Meskipun ada kewajiban hukum yang jelas bagi militer untuk melindungi warga sipil dalam melakukan permusuhan, ada pengabaian terang-terangan terhadap aturan terkait hukum internasional," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk.
"Ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa militer dan milisi afiliasinya bertanggung jawab atas pelanggaran dan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat luas sejak 1 Februari 2021," katanya lagi.
"Beberapa diantaranya mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang," tambahnya.
Ribuan orang tewas dalam perang saudara, ditambah 1,4 juta orang mengungsi. Hampir sepertiga penduduk negara itu juga membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut PBB.
Setidaknya ada 600 serangan udara oleh militer Myanmar sejak Februari 2021 hingga Januari 2023, menurut analisis data BBC dari kelompok pemantau konflik Acled (Proyek Lokasi Konflik Bersenjata dan Data Peristiwa).
Junta militer Myanmar sangat mengandalkan pesawat Rusia dan China untuk membom desa-desa yang dikuasai oposisi, menimbulkan korban yang jauh lebih tinggi di kalangan non-pejuang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Widodo Irianto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |