Hari Raya Idul Fitri 'Zuckerfest' di Jerman

TIMESINDONESIA, MALANG – Bulan puasa di Jerman tak seperti di Indonesia. Durasi puasa umat Islam di Jerman sekitar 14 jam sehari. Begitu juga dengan Hari Raya Idul Fitri.
Waktu berbuka di Jerman beda 2 jam dengan Indonesia. Waktu Maghrib juga beda 2 jam dengan Indonesia. Kalau waktu berbuka puasa di Indonesia sekitar pukul 18.00, di Jerman sekitar pukul 20.00.
Advertisement
Apalagi kalau sudah masuk Hari Raya Idul Fitri. Tak ada tradisi meriah seperti di Indonesia. Apalagi tradisi mudik.
Tak seperti di Rusia atau Ukraina yang menetapkan hari raya Idul Fitri aebagai hari libur nasional. Di Jerman Hari Raya Idul Fitri tidak libur. Maklum agama Islam di Jerman adalah masih agama minoritas.
Jadi, bagi umat Islam yang ingin merayakan Hari Raya Idul Fitri, mereka jauh sebelumnya harus mengajukan cuti kerja atau izin tak masuk sekolah bagi siswa yang beragama Islam.
Hari Raya Idul Fitri 'Zuckerfest'
Di Jerman, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran disebut dengan Zuckerfest. Zucker artinya gula dan Fest artinya perayaan.
Mungkin orang Jerman menyebutnya Zuckerfest karena melihat kebiasaan orang Turki (memang banyak tinggal di Jerman) saat merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan berbagi makanan yang manis atau permen.
Saat Hari Raya Idul Fitri di Jerman tak ada istilah baju baru, mudik, halal bihalal, dan mudik. Apalagi THR.
Saat Shalat Ied, biasanya umat Islam di Jerman berkumpul di mesjid yang ada di daerah itu. Bila tak ada, mereka akan shalat di gedung Islamic Center. Maklum tak semua wilayah di Jerman ada mesjidnya.
Usai shalat Ied, biasanya mereka merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan makan bersama, bersalaman dan bersilaturahmi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |