Jepang Segera Membuang Air Limbah Radioaktif ke Laut

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jepang akan memulai membuang air radioaktif yang sudah diolah ke laut menyusul persetujuan dari pengawas nuklir PBB. Rencana kontroversial itu muncul 12 tahun setelah krisis nuklir Fukushima.
Rencana untuk membuang air limbah itu telah dikerjakan selama bertahun-tahun, di mana menteri lingkungan hidup menyatakan pada tahun 2019 bahwa 'tidak ada pilihan lain' karena ruang yang sudah habis untuk menampung bahan yang terkontaminasi.
Advertisement
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi seperti dilansir CNN juga telah tiba di Jepang pada hari Selasa untuk mengunjungi Fukushima dan menyampaikan tinjauan keamanan badan PBB tersebut kepada Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida.
Tumpukan ventilasi dan derek di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang rusak terlihat dari pantai di Namie, sekitar 7 km dari pembangkit listrik, di Prefektur Fukushima. (FOTO: Japan Today/Reuters).
Namun persetujuan PBB tidak banyak membantu menenangkan penduduk yang resah di negara-negara tetangga, dan nelayan lokal yang masih merasakan dampak bencana tahun 2011 itu.
Beberapa orang meragukan temuan IAEA. China baru-baru ini juga menganggap bahwa penilaian kelompok tersebut "bukanlah bukti legalitas dan legitimasi" untuk pembuangan air limbah Fukushima.
Selasa kemarin, nelayan lokal juga menyatakan keprihatinannya atas implikasi dari penegasan Badan Energi Atom Internasional bahwa rencana Jepang untuk melepaskan air radioaktif yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang lumpuh ke laut adalah aman.
"Saya sangat khawatir karena saya tidak tahu sejauh mana pelepasan air yang diolah akan mempengaruhi pekerjaan dan mata pencaharian saya," kata Eitatsu Kikuchi, seorang nelayan yang sedang mempersiapkan perahunya di Soma, Prefektur Fukushima seperti dilansir Japan Today.
Kikuchi, 30, menambahkan, "tidak peduli berapa banyak kami mencoba, kami tidak bisa mencegah merek Fukushima ternoda. Kekhawatiran tetap ada tentang potensi kerusakan reputasi produk mereka, terutama setelah laporan IAEA.
IAEA menyimpulkan dalam laporannya yang dirilis pada hari yang sama bahwa rencana pelepasan air Jepang "konsisten" dengan standar keselamatan internasional dan akan memiliki "dampak radiologis yang dapat diabaikan pada manusia dan lingkungan."
Pemerintah Jepang bertujuan untuk mulai mengeluarkan air olahan dari pembangkit listrik Fukushima Daiichi musim panas ini.
Keisuke Yamada, 33, yang menjual makanan laut dari Fukushima di Iwaki, berkata, "Sejujurnya, saya tidak ingin pemerintah membuang air radioaktif itu".
Bencana nuklir di pembangkit tersebut dipicu oleh gempa bumi besar dan tsunami pada Maret 2011 yang berdampak parah pada Fukushima dan prefektur tetangga Miyagi dan Iwate.
Koperasi perikanan di tiga prefektur mengatakan, mereka akan mengajukan petisi akhir pekan ini kepada pemerintah pusat dan operator pabrik Tokyo Electric Power Company Holdings Inc yang menyatakan penolakan mereka terhadap rencana pelepasan air radioaktif itu.
Koperasi dari tiga prefektur itu mengatakan, mereka bertujuan untuk menyerahkan sekitar 33.000 tanda tangan pada hari Jumat.
Pada hari Selasa, Natsuo Yamaguchi, kepala Komeito, mitra koalisi junior dari Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang, mengklarifikasi pernyataannya pada akhir pekan mengenai rencana pembuangan air. Dia mengatakan hari Minggu bahwa air tidak boleh dilepaskan selama musim berenang.
Namun, dalam konferensi pers hari Selasa, Yamaguchi menjelaskan bahwa ia bermaksud menyoroti perlunya waktu yang cukup untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keamanan rencana pembuangan air, terutama mengingat musim berenang dimulai pada pertengahan Juli ini.
Ia juga mengatakan, waktu pelepasan air adalah keputusan yang harus dibuat oleh pemerintah. Air limbah radioaktif yang diolah itu disimpan di dalam tangki yang menjulang tinggi di Fukushima, Jepang, pada 12 April 2023.
Perusahaan listrik milik negara, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) telah membangun lebih dari 1.000 tangki besar untuk menampung apa yang sekarang menjadi 1,32 juta metrik ton air limbah, cukup untuk mengisi lebih dari 500 kolam Olimpiade.
Tapi ruang dengan cepat menyempit. Perusahaan mengatakan membangun lebih banyak tangki bukanlah suatu pilihan, dan perlu mengosongkan ruang untuk menonaktifkan pabrik dengan aman - sebuah proses yang melibatkan fasilitas dekontaminasi, pembongkaran struktur, dan mematikan semuanya sepenuhnya.
Karena tidak ada pilihan, Pemerintah Jepang akan untuk memulai mengeluarkan air olahan dari pembangkit listrik nuklir Fukushima Daiichi musim panas ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |