Jabal Magnet, Endapan Lava Penuh Fenomena yang Ramai Pengunjung

TIMESINDONESIA, MADINAH – Sore, setiba di hamparan parkir yang dikelilingi perbukitan batu menjulang berwarna merah bata. Mata saya menatap sekeliling. Batuan besar terlihat jelas dari bawah ke atas bertumpuk. Lokasi ini, menjadi ujung Jabal Magnet, Wadi Al Baida atau Wadi Al Jinn, sebutan oleh masyarakat setempat.
Rabu (12/7/2023) sore, tim Media Center Haji (MCH) Daker Madinah menyempatkan datang ke Jabal Magnet. Memasuki kawasan Jabal Magnet, perbukitan batu merah bata di sisi kanan dan kiri jaraknya kian dekat. Ya, hingga akhirnya memasuki jalan buntu. Berakhir dengan hamparan pasir gersang dikelilingi bukit batu.
Advertisement
Turun dari mobil, saya penasaran dengan warna batu-batu besar yang cenderung merah bata. Referensi menyebutkan, menurut ilmuwan, Madinah didirikan di atas Arabian Shield yang usianya sudah 700 juta tahun. Daerah ini adalah endapan lava alkali balistik yang terbentuk dan menimbulkan pengaruh magnetik dengan luas wilayah 180.000 km persegi.
Lava tersebut dapat terlihat ke permukaan dan menuju wilayah rekahan sepanjang 60.000 kilometer. Zona rekahan ini membentuk garis vulkanik diberi nama Makkah-Madinah-Nufud. Inilah yang kini disebut Jabal Magnet.
Pantas saja, lama dipandangi, gugusan batu merah bata seolah lava panas menyala dan "hidup" alias tumbuh. Di lokasi ini, tersedia wisata naik unta dengan tarif 10 riyal. Juga banyak warung makanan Indonesia seperti bakso, gorengan dan aneka minuman.
Saya memilih menuju batu besar. Di bawahnya terdapat karpet dan sajadah. Duduk di bawahnya, terasa wow. Karena tepat di bawah batu raksasa. Duduk, berdoa, sambil menyaksikan teman-teman saya tertawa riang menikmati wisata naik unta sambil berfoto ria.
Perjalanan menuju Jabal Magnet ditempuh sekitar 30 menit dari Kota Madinah. Atau jaraknya sekira 60 kilometer. Sepanjang jalan menuju Jabal Magnet, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam nan indah berupa kebun kurma di sisi kanan kiri saat melintas. Setelah itu, disambut perbukitan batu nan tinggi berwarna merah bata hingga ujung jalan.
Ajad Sudrajad, driver mobil tim MCH Daker Madinah saat memasuki kawasan Jabal Magnet menceritakan laju kendaraannya begitu berat karena ada tarikan medan magnet dari belakang. Bahkan saat pedal gas diinjak penuh, kecepatan hanya kisaran 40-50 kilometer per jam. "Berat banget ini, padahal sudah gas pol. Ketarik dari belakang," katanya.
Hal yang sama dirasakan Suryana, driver rombongan mobil kedua tim MCH Daker Madinah. "Mobil berat melaju meski gas diinjak terus," ujarnya.
Tapi saat perjalanan pulang, yang terjadi adalah sebaliknya. Tanpa injak gas, posisi persneling netral, mobil dengan cepat melaju. Bahkan di jalanan yang cukup menanjak. Kecepatan bisa mencapai lebih dari 100 kilometer per jam. "Jabal Magnet adalah fenomena luar biasa. Allah Maha Agung," kata Suryana. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |