Afrika Memanas, Blok Regional ECOWAS Susun Rencana Intervensi Militer ke Niger

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Situasi Afrika tengah memanas. Para pemimpin Afrika Barat merencanakan kemungkinan intervensi militer ke Niger karena semakin dekatnya batas waktu untuk mengembalikan pemerintahan yang sah dari pelaku kudeta.
Republik Niger adalah sebuah negara yang memiliki luas terkurung daratan di Afrika Barat. Negara kesatuan berbatasan dengan Libya (timur laut), Chad (timur) , Nigeria (selatam) Benin dan Burkina Faso (barat daya), Mali (barat), dan Aljasair (barat laut).
Advertisement
Niger dipandang oleh Amerika Serikat dan mantan penguasa kolonial Prancis, sebagai mitra penting untuk mengatasi ancaman keamanan di wilayah tersebut. Negara ini adalah penerima bantuan militer AS terbesar di Afrika Barat, setelah menerima sekitar $500 juta sejak 2012.
Bahkan negara ini juga menampung lebih dari 2.000 tentara Barat, sebagian besar dari AS dan Prancis. Beberapa negara Barat telah membatalkan perjanjian bantuan dan kerja sama dengan pemerintahan militer sejak kudeta minggu lalu.
Mengingat kekayaan uranium dan minyaknya serta peran penting dalam perang melawan pemberontak di wilayah Sahel, Niger juga memiliki kepentingan strategis bagi China, Eropa, dan Rusia.
Minggu lalu, pemimpin Niger, Presiden terpilih Mohamed Bazoum dikudeta oleh Kolonel Abdourahamane Tchiani dan kelompoknya. Bazoum, 63, yang terpilih sebagai Presiden pada 2021, kini ditahan di kediaman presiden di Niamey.
Abdourahamane Tchiani pernah menjabat sebagai komandan batalion pasukan ECOWAS (Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat) selama konflik di Pantai Gading pada tahun 2003. Jadi dia tahu apa saja yang terlibat dalam misi semacam itu.
ECOWAS telah mengambil sikap keras atas pengambilalihan minggu lalu. Itu adalah kudeta ketujuh di Afrika Barat dan Tengah sejak 2020.
"Rencana intervensi, keputusan kapan dan dimana akan melakukan penyerangan akan diputuskan oleh para kepala negara dan tidak akan diungkapkan kepada komplotan kudeta," kata Komisioner ECOWAS untuk urusan politik, perdamaian dan keamanan, Abdel-Fatau Musah.
"Semua elemen yang akan masuk ke intervensi akhir telah dikerjakan di sini, termasuk sumber daya yang dibutuhkan, bagaimana dan kapan kita akan mengerahkan pasukan," kata Musah pada penutupan pertemuan tiga hari di ibukota Nigeria, Abuja.
ECOWAS sendiri telah memberlakukan sanksi terhadap Niger dan mengatakan bisa mengizinkan penggunaan kekuatan jika para pemimpin kudeta tidak mengembalikan kekuasaan kepada Presiden terpilih Mohamed Bazoum pada hari Minggu besok.
Badan yang beranggotakan 15 orang itu sempat mengirim delegasi ke Nigeria, Kamis kemarin untuk mencari "resolusi damai". Tetapi sebuah sumber dalam rombongan mengatakan pertemuan di bandara dengan perwakilan militer itu tidak menghasilkan terobosan.
"Kami ingin diplomasi berhasil, dan kami ingin pesan ini disampaikan dengan jelas kepada mereka bahwa kami memberi mereka setiap kesempatan untuk membalikkan apa yang telah mereka lakukan," kata Musah lagi.
Presiden Nigeria, Bola Tinubu mengatakan kepada pemerintahnya untuk mempersiapkan opsi, termasuk pengerahan personel militer, dalam surat yang dibacakan ke Senat pada Jumat. Senegal juga mengatakan akan mengirim pasukan.
Namun kepemimpinan Utara di bawah naungan Arewa Consultative Forum, telah memperingatkan Bola Tinubu untuk menghindari perang dengan junta militer Niger.
Peringatan itu disampaikan kelompok itu sambil menyerukan dialog untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Jenderalnya, Murtala Aliyu, pada hari Jumat.
Menurut ACF, pengerahan dan intervensi militer untuk menghentikan komplotan kudeta di Republik Niger tidak akan menjamin perdamaian dan stabilitas di sub-wilayah ECOWAS.
Penguasa militer Niger mengecam campur tangan pihak luar dan mengatakan mereka akan melawan. Militer Niger juga mendapat dukungan dari para pemimpin militer lain seperti Mali dan Burkina Faso, meski keduanya juga anggota ECOWAS.
Rusia pada hari Jumat juga mengulangi seruannya agar kembali ke pemerintahan konstitusional. Kepala tentara bayaran Rusia Wagner, Yevgeny Prigozhin, yang memiliki pasukan di Mali dan Republik Afrika Tengah, pekan lalu justru mengatakan pasukannya tersedia untuk memulihkan ketertiban di Niger. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sholihin Nur |